"Master Justin!" Setelah tersadar dari keterkejutannya, Yudas pun maju untuk memapahnya. Dia mencoba untuk membangunkan Justin, tetapi tidak berhasil. Sebaliknya, Justin malah mengejang. Darah segar bahkan mengalir dari hidungnya, membuat situasi makin mengerikan."Apa yang terjadi padanya? Dia nggak kerasukan, 'kan?" tanya Julia dengan mata terbelalak. Justin jelas-jelas baik-baik saja sebelumnya, tetapi sekarang tiba-tiba terkapar tak berdaya, bahkan seperti orang yang terkena epilepsi. Aneh sekali."Cepat, kita antar dia ke rumah sakit." Yudas benar-benar panik sehingga buru-buru menyuruh anak buahnya untuk mengangkat Justin dan membawanya ke rumah sakit untuk diselamatkan. Lagi pula, Justin berasal dari Sekte Sihir. Jika mati di kediaman Keluarga Suratman, bukankah mereka yang akan terkena masalah?....Malam makin larut. Di sebuah bangsal, kondisi Justin sudah stabil setelah ditolong oleh tim medis. Sementara itu, Yudas mondar-mandir di dalam bangsal dengan cemas.Adapun Julia, di
Umumnya, serangan balik yang dirasakan hanyalah pusing. Kalaupun parah, paling-paling hanya merasa lemas selama beberapa hari.Akan tetapi, serangan balik tadi justru hampir mencabut nyawanya. Hal ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa lawannya ini sangatlah mengerikan. Kalau orang itu ingin membalas dendam, Justin sudah pasti akan mati tragis."Master, apa kepalamu terbentur tadi? Kenapa tiba-tiba bicara omong kosong? Luther cuma dokter, memangnya bisa punya kemampuan apa? Kamu ketakutan sampai pucat pasi begini?" tanya Julia."Benar, Master. Apa ada kesalahpahaman di sini?" tanya Yudas yang juga merasa aneh. Dia sudah menyelidiki latar belakang Luther, pria ini hanya orang kampungan. Meskipun menguasai sedikit ilmu bela diri dan ilmu medis, Justin tidak seharusnya ketakutan sampai seperti ini."Kalian benar-benar tak kenal takut!" Justin berseru dengan gusar, "Orang yang bisa menggagalkanku mana mungkin orang biasa! Kemampuannya jelas jauh lebih kuat dari yang kalian bayangkan! Kala
Tengah malamnya, Luther berpamitan dengan Bianca dan kembali ke vilanya. Meskipun merasa agak enggan, keduanya tidak boleh berhubungan dengan terlalu terang-terangan.Bagaimanapun, hal yang akan dilakukan Luther sangat berbahaya. Dia tidak ingin melibatkan Bianca dalam masalah.Itu sebabnya, mereka tidak boleh terlalu sering bertemu atau harus bertemu secara diam-diam. Sebagai cucu Ezra, status Bianca terlalu menarik perhatian. Jika terlalu sering menghabiskan waktu bersama Luther, identitasnya ini pasti akan terbongkar.Malam berlalu dengan cepat. Keesokan paginya, Luther bangun pagi-pagi dan menuju ke Restoran Sultan untuk bertemu dengan Berry. Mereka bertemu di ruang privat dan jam yang sama seperti sebelumnya. Keduanya duduk, lalu minum teh sambil mengobrol."Tampan, aku sudah mendapat dukungan keluarga tentang kerja sama kita. Keluarga Chuwardi akan mengerahkan seluruh kemampuan untuk meneliti dan mempromosikan Salep Halimun," ujar Berry yang menyeduh teh dengan santai. Kemudian,
Berry tersenyum dan berkata, "Di antara delapan keluarga kaya, ada empat keluarga yang hampir setara, termasuk Keluarga Oktavius. Sementara itu, Keluarga Ghanim, Keluarga Suratman, Keluarga Fabiano, dan Keluarga Kantata, kalah sedikit dari mereka. Asalkan bisa bekerja sama dengan Keluarga Oktavius, mudah saja untuk melawan Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman.""Bagus, kita pilih Keluarga Oktavius kalau begitu." Luther mengangguk dan menyahut dengan nada agak memuji, "Sepertinya, kamu sudah melakukan penyelidikan secara menyeluruh. Kamu sudah menghubungi orang Keluarga Oktavius?""Tampan, kamu memang cerdas." Berry mengangkat alis dan tersenyum, lalu berucap, "Tebakanmu benar, aku sudah menemukan targetku di Keluarga Oktavius. Asalkan berhasil membujuknya untuk bekerja sama, semuanya akan berjalan lancar.""Oh ya? Siapa orang itu?" tanya Luther dengan penasaran."Putra bungsu Keluarga Oktavius, namanya Hemdar," jawab Berry."Hemdar? Nama yang menarik." Luther mengangkat alisnya."Tamp
Berry tersenyum nakal, lalu menggunakan dagunya untuk menunjuk suatu tempat. Luther pun memandang ke arah tersebut. Terlihat seorang pemuda tampan yang berpakaian mewah menuju ke lantai 2 dengan dikelilingi orang-orang.Pemuda ini berambut panjang. Dia memegang kipas sambil melangkah dengan mantap. Sekujur tubuhnya memancarkan pesona pria kuno.Di sampingnya, terlihat sekelompok pengawal yang mengikuti. Siapa pun yang mencoba mendekati akan langsung diadang oleh mereka. Bahkan, yang bertindak keterlaluan akan langsung dibunuh di tempat."Gimana? Cukup tampan, 'kan? Kalau benar-benar terjadi sesuatu, kamu nggak bakal rugi kok," ujar Berry sambil menutup bibirnya yang tersenyum. Dia tidak bisa menutupi antusiasme pada matanya. Menurutnya, pasti seru kalau pria bermain dengan pria. Dia akan mencari kesempatan untuk diam-diam merekamnya dan menikmatinya di rumah nanti."Nona Berry, tolong bersikap serius sedikit. Oke?" tegur Luther dengan kesal. Entah apa saja yang dipikirkan wanita ini."
"Pokoknya, semua harus sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan," tolak pengawal itu."Sudahlah, sebaiknya aku mengobrol langsung dengannya. Semuanya, maafkan aku." Usai berbicara, Luther tiba-tiba mengangkat satu tangannya.Whoosh, whoosh, whoosh .... Terlihat jarum perak memelesat dan menancap leher para pengawal. Tubuh mereka sontak membeku. Mereka tidak bisa bersuara, hanya bisa memutar bola mata yang dipenuhi keterkejutan."Aku nggak punya pilihan lain, maaf sekali," ujar Luther sambil menangkupkan tangan. Kemudian, dia langsung melangkah masuk.Begitu masuk, Luther bisa merasakan tatapan tajam yang tertuju padanya. Selain itu, masih ada niat membunuh yang mengerikan.Detik berikutnya, sebilah pisau baja hitam yang berkilat dingin tiba-tiba menebas ke leher Luther. Luther pun mengangkat alisnya sedikit, lalu tanpa sadar mundur beberapa langkah. Cahaya pisau itu hanya berjarak beberapa sentimeter dari lehernya. Bulu kuduk Luther sampai meremang.Bam! Pintu yang terbuka sontak ter
"Istimewa?" Menghadapi tatapan Hemdar yang misterius, sudut mata Luther berkedut beberapa kali dan merasa merinding. Dia berpikir apakah orang ini benar-benar menginginkan tubuhnya?Luther menarik napas dalam-dalam dan berkata setelah menenangkan pikirannya, "Tuan Hemdar, aku dengar perkembangan Keluarga Oktavius dalam bidang farmasi sangat bagus. Aku punya sebuah obat luka yang luar biasa namanya Salep Halimun. Obat ini bukan hanya bisa menghentikan pendarahan dan menyembuhkan luka, tapi bisa menghilangkan bekas luka juga. Begitu obat ini dipromosikan, pasti akan membuat Keluarga Oktavius mendapat keuntungan yang melimpah.""Obat luka?"Hemdar mengangkat cangkir tehnya dan meminumnya, lalu berkata dengan nada yang kurang berminat, "Keluarga Oktavius punya banyak obat seperti ini, contohnya Salep Emas Oktavius yang khusus untuk menyembuhkan luka dan menghilangkan bekas, efeknya juga jauh lebih unggul daripada obat-obat di pasaran.""Aku tentu saja sudah mendengar tentang Salep Emas Okt
Dilihat dari luka Eira, sayatannya itu cukup dalam. Jika dia adalah orang biasa, mungkin sudah menjerit kesakitan. Namun, Eira tetap tanpa ekspresi dan hanya mengernyitkan alisnya sebentar, seolah-olah bukan tubuhnya yang terluka. Wanita ini memang kuat."Sini obatnya!" Eira mengangkat kakinya dan menginjak di kursi, lalu mengoyak setengah celananya dan memperlihatkan pahanya yang putih dan cantik. Setelah itu, dia mengambil Salep Halimun dan mengoleskannya ke luka itu dengan santai. Kemudian, keajaiban pun terjadi. Tak lama kemudian, darah di luka itu sudah tidak mengalir lagi. Rasa dingin dan kebas membuatnya merasa agak aneh. Sebagai seorang master bela diri, dia tentu saja bisa merasakan perubahan di tubuhnya. Bisa dibilang, obat ini memang luar biasa.Setelah setengah jam kemudian, Eira membersihkan salep di lukanya dengan handuk. Luka pisau sebelumnya memang sudah pulih sepenuhnya dan hanya tersisa bekas luka merah muda yang samar. Itu adalah daging yang baru tumbuh."Nona Eira h