"Aku selalu memberi serangga peliharaanku esensi darahku. Seiring berjalannya waktu, kami akan memiliki kontak batin. Begitu seranggaku berhasil, aku akan langsung tahu," jelas Justin."Sehebat itu?" Julia mengangkat alisnya dengan terkejut."Ini namanya ilmu sihir, nona besar sepertimu tentu nggak mengerti hal misterius seperti ini," timpal Justin dengan angkuh."Kalau berhasil, kamu akan bisa merasakannya. Gimana kalau gagal?" tanya Julia lagi.Begitu mendengarnya, Justin tak kuasa mengernyit. Wanita ini sengaja mencari masalah dengannya, ya?"Nggak akan gagal," ujar Yudas buru-buru untuk mencairkan suasana. Dia tersenyum sambil berkata, "Julia, jangan sembarangan berpikir. Master Justin sangat hebat, dia punya berbagai metode untuk berhasil dan nggak pernah melakukan kesalahan.""Aku hanya bertanya untuk jaga-jaga," sahut Julia."Huh! Nggak ada hal seperti itu. Asalkan belum menjadi manusia suci, dia nggak mungkin bisa lolos dari seranggaku," ujar Justin dengan ekspresi masam."Aku
"Master Justin!" Setelah tersadar dari keterkejutannya, Yudas pun maju untuk memapahnya. Dia mencoba untuk membangunkan Justin, tetapi tidak berhasil. Sebaliknya, Justin malah mengejang. Darah segar bahkan mengalir dari hidungnya, membuat situasi makin mengerikan."Apa yang terjadi padanya? Dia nggak kerasukan, 'kan?" tanya Julia dengan mata terbelalak. Justin jelas-jelas baik-baik saja sebelumnya, tetapi sekarang tiba-tiba terkapar tak berdaya, bahkan seperti orang yang terkena epilepsi. Aneh sekali."Cepat, kita antar dia ke rumah sakit." Yudas benar-benar panik sehingga buru-buru menyuruh anak buahnya untuk mengangkat Justin dan membawanya ke rumah sakit untuk diselamatkan. Lagi pula, Justin berasal dari Sekte Sihir. Jika mati di kediaman Keluarga Suratman, bukankah mereka yang akan terkena masalah?....Malam makin larut. Di sebuah bangsal, kondisi Justin sudah stabil setelah ditolong oleh tim medis. Sementara itu, Yudas mondar-mandir di dalam bangsal dengan cemas.Adapun Julia, di
Umumnya, serangan balik yang dirasakan hanyalah pusing. Kalaupun parah, paling-paling hanya merasa lemas selama beberapa hari.Akan tetapi, serangan balik tadi justru hampir mencabut nyawanya. Hal ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa lawannya ini sangatlah mengerikan. Kalau orang itu ingin membalas dendam, Justin sudah pasti akan mati tragis."Master, apa kepalamu terbentur tadi? Kenapa tiba-tiba bicara omong kosong? Luther cuma dokter, memangnya bisa punya kemampuan apa? Kamu ketakutan sampai pucat pasi begini?" tanya Julia."Benar, Master. Apa ada kesalahpahaman di sini?" tanya Yudas yang juga merasa aneh. Dia sudah menyelidiki latar belakang Luther, pria ini hanya orang kampungan. Meskipun menguasai sedikit ilmu bela diri dan ilmu medis, Justin tidak seharusnya ketakutan sampai seperti ini."Kalian benar-benar tak kenal takut!" Justin berseru dengan gusar, "Orang yang bisa menggagalkanku mana mungkin orang biasa! Kemampuannya jelas jauh lebih kuat dari yang kalian bayangkan! Kala
Tengah malamnya, Luther berpamitan dengan Bianca dan kembali ke vilanya. Meskipun merasa agak enggan, keduanya tidak boleh berhubungan dengan terlalu terang-terangan.Bagaimanapun, hal yang akan dilakukan Luther sangat berbahaya. Dia tidak ingin melibatkan Bianca dalam masalah.Itu sebabnya, mereka tidak boleh terlalu sering bertemu atau harus bertemu secara diam-diam. Sebagai cucu Ezra, status Bianca terlalu menarik perhatian. Jika terlalu sering menghabiskan waktu bersama Luther, identitasnya ini pasti akan terbongkar.Malam berlalu dengan cepat. Keesokan paginya, Luther bangun pagi-pagi dan menuju ke Restoran Sultan untuk bertemu dengan Berry. Mereka bertemu di ruang privat dan jam yang sama seperti sebelumnya. Keduanya duduk, lalu minum teh sambil mengobrol."Tampan, aku sudah mendapat dukungan keluarga tentang kerja sama kita. Keluarga Chuwardi akan mengerahkan seluruh kemampuan untuk meneliti dan mempromosikan Salep Halimun," ujar Berry yang menyeduh teh dengan santai. Kemudian,
Berry tersenyum dan berkata, "Di antara delapan keluarga kaya, ada empat keluarga yang hampir setara, termasuk Keluarga Oktavius. Sementara itu, Keluarga Ghanim, Keluarga Suratman, Keluarga Fabiano, dan Keluarga Kantata, kalah sedikit dari mereka. Asalkan bisa bekerja sama dengan Keluarga Oktavius, mudah saja untuk melawan Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman.""Bagus, kita pilih Keluarga Oktavius kalau begitu." Luther mengangguk dan menyahut dengan nada agak memuji, "Sepertinya, kamu sudah melakukan penyelidikan secara menyeluruh. Kamu sudah menghubungi orang Keluarga Oktavius?""Tampan, kamu memang cerdas." Berry mengangkat alis dan tersenyum, lalu berucap, "Tebakanmu benar, aku sudah menemukan targetku di Keluarga Oktavius. Asalkan berhasil membujuknya untuk bekerja sama, semuanya akan berjalan lancar.""Oh ya? Siapa orang itu?" tanya Luther dengan penasaran."Putra bungsu Keluarga Oktavius, namanya Hemdar," jawab Berry."Hemdar? Nama yang menarik." Luther mengangkat alisnya."Tamp
Berry tersenyum nakal, lalu menggunakan dagunya untuk menunjuk suatu tempat. Luther pun memandang ke arah tersebut. Terlihat seorang pemuda tampan yang berpakaian mewah menuju ke lantai 2 dengan dikelilingi orang-orang.Pemuda ini berambut panjang. Dia memegang kipas sambil melangkah dengan mantap. Sekujur tubuhnya memancarkan pesona pria kuno.Di sampingnya, terlihat sekelompok pengawal yang mengikuti. Siapa pun yang mencoba mendekati akan langsung diadang oleh mereka. Bahkan, yang bertindak keterlaluan akan langsung dibunuh di tempat."Gimana? Cukup tampan, 'kan? Kalau benar-benar terjadi sesuatu, kamu nggak bakal rugi kok," ujar Berry sambil menutup bibirnya yang tersenyum. Dia tidak bisa menutupi antusiasme pada matanya. Menurutnya, pasti seru kalau pria bermain dengan pria. Dia akan mencari kesempatan untuk diam-diam merekamnya dan menikmatinya di rumah nanti."Nona Berry, tolong bersikap serius sedikit. Oke?" tegur Luther dengan kesal. Entah apa saja yang dipikirkan wanita ini."
"Pokoknya, semua harus sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan," tolak pengawal itu."Sudahlah, sebaiknya aku mengobrol langsung dengannya. Semuanya, maafkan aku." Usai berbicara, Luther tiba-tiba mengangkat satu tangannya.Whoosh, whoosh, whoosh .... Terlihat jarum perak memelesat dan menancap leher para pengawal. Tubuh mereka sontak membeku. Mereka tidak bisa bersuara, hanya bisa memutar bola mata yang dipenuhi keterkejutan."Aku nggak punya pilihan lain, maaf sekali," ujar Luther sambil menangkupkan tangan. Kemudian, dia langsung melangkah masuk.Begitu masuk, Luther bisa merasakan tatapan tajam yang tertuju padanya. Selain itu, masih ada niat membunuh yang mengerikan.Detik berikutnya, sebilah pisau baja hitam yang berkilat dingin tiba-tiba menebas ke leher Luther. Luther pun mengangkat alisnya sedikit, lalu tanpa sadar mundur beberapa langkah. Cahaya pisau itu hanya berjarak beberapa sentimeter dari lehernya. Bulu kuduk Luther sampai meremang.Bam! Pintu yang terbuka sontak ter
"Istimewa?" Menghadapi tatapan Hemdar yang misterius, sudut mata Luther berkedut beberapa kali dan merasa merinding. Dia berpikir apakah orang ini benar-benar menginginkan tubuhnya?Luther menarik napas dalam-dalam dan berkata setelah menenangkan pikirannya, "Tuan Hemdar, aku dengar perkembangan Keluarga Oktavius dalam bidang farmasi sangat bagus. Aku punya sebuah obat luka yang luar biasa namanya Salep Halimun. Obat ini bukan hanya bisa menghentikan pendarahan dan menyembuhkan luka, tapi bisa menghilangkan bekas luka juga. Begitu obat ini dipromosikan, pasti akan membuat Keluarga Oktavius mendapat keuntungan yang melimpah.""Obat luka?"Hemdar mengangkat cangkir tehnya dan meminumnya, lalu berkata dengan nada yang kurang berminat, "Keluarga Oktavius punya banyak obat seperti ini, contohnya Salep Emas Oktavius yang khusus untuk menyembuhkan luka dan menghilangkan bekas, efeknya juga jauh lebih unggul daripada obat-obat di pasaran.""Aku tentu saja sudah mendengar tentang Salep Emas Okt
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru