"Astaga! Apa yang terjadi?" Melihat pedang kedua pengawal itu patah, semua tamu langsung termangu. Awalnya, mereka mengira Luther akan tertimpa sial. Namun, tak disangka malah elite dari Sekte Ilmu Kegelapan yang kalah telak. Hasil ini benar-benar di luar dugaan semua orang."Hebat sekali bocah ini?" Kelopak mata Michael berkedut karena terkejut melihat adegan ini. Dia masih bisa menggunakan alasan tidak punya persiapan pada pertempuran terakhir kalinya. Namun, kali ini benar-benar telah menunjukkan kesenjangan kekuatan mereka."Ternyata cukup hebat juga, pantas saja berani berbuat onar di sini." Nio memicingkan matanya dan menyunggingkan sebuah senyuman licik. Kekuatan Bella dan Melody memang masih jauh jika dibandingkan dengan dirinya, tetapi kemampuan mereka sudah cukup untuk menghadapi ahli bela diri biasanya.Jika Luther bisa mengalahkan kedua orang itu dengan mudah, berarti Luther memang punya kemampuan bela diri yang cukup hebat."Michael! Bukankah tadi kamu bilang nggak masalah
Syush! Angin kencang yang menerpa wajah Nico, membuat ekspresinya berubah drastis. Dia menatap dengan saksama dan melihat bahwa tinju Luther berhenti tepat di depan dadanya. Meskipun jaraknya masih beberapa sentimeter, angin yang mengerikan dari tinju itu tetap membuat tubuh Nico gemetar.Detik berikutnya, dia memuntahkan darah segar.Hanya dari angin pukulannya saja, telah menimbulkan luka dalam pada tubuh Nico. Bisa dibayangkan betapa parahnya akibatnya jika pukulan tersebut benar-benar mengenai tubuhnya! Untungnya, dia sempat berlutut dan meminta maaf. Jika tidak, pukulan ini pasti akan berakibat fatal."Kak, tolong ampuni aku!" Nico ketakutan hingga berkeringat dingin. Dia berlutut di lantai dan memohon dengan sepenuh hati. Tampangnya tidak lagi perkasa seperti sebelumnya. Lebih dari sekadar keterkejutan, saat ini yang mengisi pikirannya adalah ketakutan!Saat tinju mereka bertabrakan tadi, Nico menyadari bahwa kekuatan dalam yang selama ini dibangga-banggakannya, hancur tak berday
Hujan mengguyur semakin deras. Pada saat ini, di vila Keluarga Sudarmo, Darwin sedang berdiskusi dengan Farel."Tuan Darwin, Pil Mujarab kloter pertama sudah habis terjual. Respons pasar juga sangat bagus, banyak sekali konglomerat yang ingin bekerja sama dalam jangka panjang dengan perusahaan kita. Sekarang, kita bisa menyuntik dana untuk melakukan produksi massal," kata Farel dengan bangga."Hahaha .... Resep rahasia dari istana memang nggak mengecewakan. Baru dipasarkan saja sudah mendapat umpan balik sebagus ini. Benar-benar di luar dugaan!" Darwin tertawa puas.Awalnya dia mengira harus menunggu beberapa saat untuk melihat reaksi pasar. Tak disangka, ternyata penjualan pil ini begitu cepat membuahkan hasil. Oleh karena itu, kini Darwin harus mempercepat langkahnya."Omong-omong, semua ini berkat Keluarga Caonata juga. Kalau bukan mereka bekerja keras melakukan penelitian selama bertahun-tahun, kita juga nggak akan bisa dapat pil berharga seperti ini," kata Farel sambil tergelak."
Setelah mengacaukan pesta tersebut, Luther pun kembali ke Rumah Sakit Artha. Ketika berjalan masuk ke kamar pasien, dia melihat Helen, Keenan, dan beberapa orang lainnya telah tiba."Bajingan mana yang memukul putriku sampai begini? Benar-benar nggak manusiawi!""Sialan, kalau tahu siapa pelakunya, aku pasti akan menghabisinya!"Melihat kondisi Ariana yang terluka parah, semua anggota Keluarga Warsono merasa tidak tega dan mengutuk pelakunya."Kenapa kamu datang juga? Sepertinya kami nggak menghubungimu?" Tiba-tiba, salah seorang anggota Keluarga Warsono menyadari Luther yang sedang berdiri di depan pintu."Aku datang untuk melihat kondisi Ariana." Luther berjalan masuk perlahan-lahan dengan ekspresi yang datar."Keluar kamu! Kami nggak menerima kedatanganmu!" teriak Keenan seolah-olah melampiaskan emosinya."Luther, kamu terus terang saja, apakah luka putriku ini ada kaitannya denganmu?" tanya Helen sambil melotot."Aku nggak tahu apa-apa saat dia terluka. Kalian seharusnya menanyakan
"Hah?" Ketika kedua pisau itu diarahkan ke leher Roselyn, dia langsung tertegun dan tidak sempat memberi respons. Dari saat masuknya para pembunuh itu ke dalam kamar dan Luther menjatuhkan tuduhan padanya, semua ini terjadi begitu cepat dan mendadak. Ketika menyadari situasinya, Roselyn sudah berada dalam bahaya."Luther sialan! Beraninya kamu menjebakku!"Melihat dirinya akan diculik, Roselyn sangat panik. "Kak, kalian salah paham! Aku bukan Ariana, kalian salah orang!""Huh! Kamu kira kami ini bodoh? Dia sudah bilang kalau kamu itu Ariana!" bentak pemimpin para pembunuh tersebut."Dia ... dia ... bicara sembarangan! Kalian jangan percaya padanya!" teriak Roselyn dengan cemas. Dia tidak menyangka Luther akan membalas dendam padanya dengan cara seperti ini. Pria itu sungguh keji!"Dari hasil penyelidikan kami, Ariana dirawat di kamar ini. Kalau kamu bukan Ariana, lalu kenapa kamu bisa ada di sini?" Pemimpin pembunuh itu memasang wajah ganas."Aku ... hanya numpang lewat ....""Sialan!
Malam perlahan-lahan makin larut, hujan turun makin deras. Sudah tidak terlihat seorang pun di jalanan yang sunyi ini. Pada saat itu, beberapa mobil Hummer hitam tiba-tiba melaju dengan cepat dari pintu gerbang dan memercikkan genangan air yang besar itu. Akhirnya, mobil-mobil itu berhenti di depan salah satu gedung rumah sakit.Saat pintu mobil terbuka, sekelompok pria bertubuh kekar dan tegap turun dari mobil. Di antara mereka, ada seorang pria yang mengisap sebatang cerutu dan tubuhnya yang berotot besar. Tinggi pria itu hampir 2 meter. Di tengah-tengah kerumunan, perawakannya tampak paling mencolok. "Pak Lukas! Orang itu ada di dalam, dia belum pergi."Pembunuh yang bernama Andy yang sebelumnya melarikan diri ini menunjuk ke salah satu lantai di gedung rumah sakit. Dia terus mengawasi situasinya dan menunggu bantuan datang."Aku kira, cukup kalian beberapa orang saja sudah bisa menangani masalah ini dengan mudah. Tapi ternyata aku harus turun tangan sendiri."Pria berjanggut itu m
"Siapa?"Keributan yang terjadi secara mendadak itu membuat semua orang terkejut. Awalnya, mereka mengira ada orang yang bunuh diri. Namun, setelah melihat dengan saksama, mereka baru menyadari bayangan manusia yang jatuh dari ketinggian itu sedang berdiri di tengah hujan deras. Tangannya masih memegang sebuah payung hitam. Orang itu terlihat misterius dan membuat orang merasa tertekan."Pak Luther! Bahaya! Cepat kabur!" teriak Levi.Orang dari Sekolah Bela Diri Naga sudah datang menyerang, tapi Luther malah tidak melarikan diri. Bukankah itu sama saja dengan cari mati sendiri?"Bocah! Apa kamu yang bernama Luther?" tanya Lukas ketika melihat sosok yang tinggi dan ramping itu dengan senyuman di bibirnya."Benar," jawab Luther."Hehe ... besar juga nyalimu. Setelah melihatku, malah nggak mau melarikan diri!" kata Lukas sambil tersenyum lebar."Kenapa harus melarikan diri? Aku sedang menunggumu," kata Luther dengan tenang.Lukas mengernyitkan alisnya. "Oh ya? Menarik juga, sudah lama sek
"Lepaskan aku ...."Lukas terus berusaha meronta-ronta dengan wajah yang merah padam. Selain merasa terkejut, hatinya juga ketakutan! Selama ini, dia mengira bisa berbuat semena-mena di Jiloam karena memiliki kemampuan bela diri yang hebat. Tak disangka, hari ini dia bertemu dengan seorang ahli tahap puncak!Selain itu, orang ini masih berusia 20-an. Orang ini sangat berbakat, bahkan di seluruh provinsi selatan. Mengapa orang berbakat seperti ini bisa muncul di sini?"Sialan! Anak ini ternyata begitu hebat, bahkan Pak Lukas juga bukan tandingannya!"Murid-murid sekolah bela diri terkejut dan terpaku, ekspresi mereka terlihat tidak percaya. Beberapa murid yang lebih cerdik sudah mulai berusaha melarikan diri."Pak Lukas, sepertinya murid-muridmu ini kurang bisa diandalkan." Luther tersenyum."Siapa ... kamu sebenarnya?" Lukas menggertakkan giginya. Dia mencoba untuk melepaskan diri, tetapi tidak bisa mengeluarkan tenaganya sedikit pun."Tidak penting siapa aku sebenarnya. Pulanglah dan