"Luther, orang-orang ini nggak berniat baik, kamu nggak usah pedulikan mereka," saran Julia. Dia berani maju karena dia yakin Ansel tidak akan berani sembarangan bertindak. Namun jika Luther bertindak, mungkin saja dia akan mempermalukan dirinya sendiri."Nggak perlu khawatir, aku tahu batasanku."Luther tersenyum dan menatap ke arah Ansel. "Tuan Ansel mau aku ngapain?""Mudah sekali, berikan aku setetes darahmu dan beberapa helai rambutmu, lalu langkah selanjutnya hanya perlu ikuti perintahku," kata Ansel sambil menyeringai."Baiklah," kata Luther sambil menganggukkan kepala. Dia mengeluarkan jarum dan menusuk jari telunjuknya, lalu menampung setetes darah di gelas kosong.Setelah itu, Luther mencabut beberapa helai rambut dan melemparkannya ke gelas itu, lalu bertanya, "Seperti ini bisa?""Bisa," kata Ansel sambil tersenyum penuh dengan niat buruk, lalu memberikan isyarat kepada Yudas.Yudas tersenyum sambil menganggukkan kepala, lalu duduk di sofa dengan santai dan ekspresinya terli
"Julia, tenang saja. Kami hanya main-main, nggak akan menyakitinya," hibur Yudas."Huh! Sebaiknya begitu!" Julia mengernyitkan alisnya dan akhirnya memilih untuk menyerah. Dia lebih takut tindakan gegabahnya akan mencelakai Luther."Tuan Ansel, kamu sudah mengendalikan orang ini?" tanya salah seorang wanita.Ansel berkata sambil tersenyum dengan angkuh, "Tentu saja! Sekarang dia hanya sebuah mayat hidup, nggak bisa merasakan sakit dan nggak punya ingatan. Apa yang kuperintahkan, dia akan melakukannya dengan patuh dan nggak ingat apa-apa setelah melakukannya.""Benarkah? Kalau begitu, coba suruh dia tampar dirinya sendiri," kata wanita itu dengan ekspresi penuh harapan."Nggak masalah," kata Ansel sambil tersenyum sinis.Ansel melihat ke arah Luther dan memerintahkan, "Sekarang, tampar dirimu sendiri.""Ansel, kamu ...." Julia hendak menghentikannya, tetapi Luther sudah mengangkat tangannya dan langsung menampar wajah Ansel di hadapan semua orang."Plak!" Kekuatan tamparan ini sangat lu
"Sialan! Apa yang terjadi? Orang ini sudah gila ya?"Melihat Luther yang kehilangan kendali, Julia mengernyitkan alisnya dan ekspresi terlihat muram, tetapi dia tidak berani maju karena takut akan ditampar. Pada saat ini, dia sepertinya teringat sesuatu dan segera berteriak, "Ansel, orang ini sudah kehilangan kendali. Cepat batalkan mantranya!""Batal ... batalkan mantra!" Ansel segera merobek kertas jimat di dada Luther sambil berusaha menahan rasa sakitnya. Pada detik berikutnya, seluruh tubuh Luther bergetar dan langsung menghentikan gerakannya.Semua orang langsung menghela napas lega karena semuanya akhirnya sudah diselesaikan. Sialan. Mereka berpikir Luther benar-benar sangat kuat setelah lepas kendali, orang biasa sama sekali tidak sanggup menahannya."Apa yang terjadi?"Setelah beberapa saat, Luther perlahan-lahan membuka matanya dan berkata dengan ekspresi bingung, "Apa yang terjadi tadi?"Luther melihat ke sekeliling dan menunjukkan ekspresi heran. "Lho .... ada apa dengan wa
"Baiklah, cukup sampai di sini hari ini." Julia berdiri perlahan-lahan, lalu melirik ke arah Yudas sekilas sambil sengaja berkata, "Aku masih harus makan siang dengan Kak Luther, jadi nggak bisa menemani kalian di sini. Semoga kalian bersenang-senang."Usai bicara, dia menggandeng lengan Luther dan melenggang keluar dari kamar VIP. Sekelompok orang yang ditinggalkan di belakang itu saling memandang dengan ekspresi muram. Kesenangan yang mereka rasakan tadi, kini sudah menghilang sepenuhnya."Dik Ansel, bagaimana? Kamu baik-baik saja, 'kan?" Yudas memeriksa kondisi luka Ansel sekilas dan menyadari bahwa Ansel benar-benar terluka parah. Wajahnya sampai berubah bentuk karena dipukuli. Penampilan Ansel yang tadinya memang tidak terlalu tampan, kini menjadi semakin jelek."Sialan! Kejam sekali orang itu! Aku belum pernah dipermalukan sampai begini!" Ansel menggertakkan giginya yang telah copot beberapa buah dengan wajah kesal."Tadinya aku mau menyuruhmu mempermainkan bocah itu. Sekarang ma
"Hahaha ... Dokter Muda, tamparanmu tadi itu bagus sekali! Wajah Ansel sampai babak belur. Lucu sekali." Saat berjalan keluar dari Imperial Club, suasana hati Julia sangat gembira. Semua kegelisahannya sebelumnya telah menghilang. Awalnya dia hanya membawa Luther untuk sengaja membuat Yudas kesal. Tak disangka hasilnya benar-benar bagus.Bukan hanya membuat pria berengsek itu kesal, Luther juga memukul teman-teman Yudas yang menjijikkan itu. Ini benar-benar membuat Julia puas."Mereka memang pantas mendapatkan pelajaran. Kalau bukan karena mau mencelakai orang, dia juga nggak bakal berakhir seperti itu," balas Luther sambil tersenyum tipis."Apa namanya ini? Sudah jatuh ketimpa tangga pula!" seru Julia yang tak kuasa menahan tawanya. Tentu saja, dia tahu bahwa Ansel tadi memang sengaja ingin mempermainkan Luther. Hanya saja, kemampuannya sendiri kurang, sehingga membuat keadaan jadi tidak bisa dikendalikan. Pada akhirnya, alih-alih mempermainkan Luther, malah dia sendiri yang tertimpa
"Masih ada Liana." Jordan berkata, "Sejak Pemabuk Tua pergi, Liana sangat kesepian di rumah. Makanya, dia keluar untuk berjelajah denganku. Kami nggak pernah datang ke Midyar. Kudengar, di sini ada banyak orang berbakat. Aku datang untuk melihat-lihat.""Di sini memang ada banyak genius, tapi sangat bahaya. Apalagi kalian berdua saja, bisa-bisa diculik dan dijual," sahut Luther dengan kesal."Ada Kak Luther kok di sini, kami nggak perlu takut apa-apa," ujar Jordan yang terkekeh-kekeh."Sudahlah, jangan menyanjungku. Di mana kalian sekarang?" tanya Luther."Hm, kami baru turun dari kereta api. Kami di stasiun selatan," jawab Jordan."Tunggu aku di sana, jangan ke mana-mana. Aku segera datang," perintah Luther. Setelah mengakhiri panggilan, dia menyuruh sopir memutar arah dan langsung menuju ke stasiun selatan.Sejam kemudian, mobil tiba di gerbang stasiun selatan. Begitu Luther turun dari mobil, dia langsung mendengar seruan Jordan dan Liana. "Kak Luther! Kami di sini ...."Kedua orang
Luther tidak memaksa Liana untuk tinggal di hotel, melainkan membawa keduanya pergi ke lokasi yang lebih terpencil dan membeli sebuah vila. Vila ini punya 2 tingkat dengan dekorasi indah dan memiliki taman kecil.Setelah membayar, mereka pun bisa langsung tinggal di sana. Luther berpikir bahwa mereka akan tinggal di Midyar untuk sementara ini sehingga agak merepotkan jika menyewa rumah atau tinggal di hotel. Jadi, membeli vila akan lebih menghemat uangnya. Lagi pula, dia tidak kekurangan uang.Ketika melihat ini, Liana pun merasa lebih lega. Dia mendengar bahwa rumah di Midyar terus naik harga, jadi pembelian vila ini termasuk semacam investasi. Selain itu, dia bisa masak sendiri di vila untuk menghemat pengeluaran. Kehidupan seperti ini tentu lebih nyaman.Sesudah semua prosedur beres, Luther membawa mereka membeli barang keperluan sehari-hari, sekaligus memperkenalkan lingkungan di sekitar.Saat ini, langit pun sudah gelap. Luther dan Jordan sudah kelaparan. Untung Liana sudah membel
Di dalam terdapat belasan meja judi dan beberapa tamu VIP. Di samping setiap tamu, ada wanita cantik yang melayani. Mereka melakukan berbagai pekerjaan, kecuali yang menyangkut perjudian.Yang bisa memasuki ruang VIP ini jelas hanya orang kaya. Apalagi, jumlah uang yang dikeluarkan saat berjudi jelas tidak main-main. Orang biasa tidak akan sanggup memasuki tempat ini untuk seumur hidup.Begitu masuk ke ruang VIP, Luther langsung melihat dua sosok yang dikenalnya. Mereka tidak lain adalah Alarik dan Sarisha. Dengan status Sarisha, dia tidak mungkin bisa masuk ke ruang VIP sesuka hati. Jadi, orang yang membuat janji dengan Luther seharusnya adalah Alarik."Luther sudah tiba? Ayo, duduk di sini," sapa Alarik yang berinisiatif bangkit dari kursinya sembari mempersilakan Luther duduk. Meskipun senyumannya terlihat lebar, tatapannya jelas sangat suram."Tuan Alarik, kenapa kamu memanggilku keluar?" tanya Luther langsung."Santai saja, main dulu baru bahas masalah pentingnya." Alarik tersenyu
"Sebenarnya, kita nggak perlu bingung siapa yang lebih cocok menjadi kaisar. Yang lebih penting adalah siapa yang paling mungkin menjadi kaisar?" ucap Gandara tiba-tiba.Sebagai seorang pebisnis, Gandara selalu mengejar keuntungan secara maksimal. Jadi, dia tidak peduli siapa yang menjadi kaisar.Yang Gandara pedulikan adalah siapa yang lebih mungkin menjadi kaisar. Memilih orang itu dan mendukungnya adalah pilihan yang paling bijak."Siapa yang paling mungkin? Itu tergantung pada siapa yang punya paling banyak pendukung," ujar Gusdur sambil merenung."Oh ya, tadi aku lupa tanya, pangeran mana yang didukung oleh Keluarga Luandi?" Gema menepuk kepalanya.Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka masih belum tahu siapa yang sebenarnya didukung oleh Keluarga Luandi."Aku rasa itu Pangeran Ketiga." Gandara menyipitkan mata dan menganalisis, "Pangeran Ketiga punya hubungan pribadi yang baik dengan Roman dan punya potensi yang luar biasa. Dia sangat disukai oleh Kaisar, jadi Keluarga Luandi m
Tanpa perlu kaisar turun tangan, orang-orang yang penuh ambisi itu akan menelan Keluarga Paliama tanpa menyisakan apa-apa. Sebaliknya, jika mereka memilih untuk berpihak dan pilihan mereka benar, Keluarga Paliama dapat berjaya selama ratusan tahun. Namun jika mereka salah, Keluarga Paliama bisa hancur hanya dalam semalam!Jadi, sekarang Ezra tidak tahu harus memilih yang mana. Masalah ini bukan masalah sepele. Jika salah langkah, semuanya akan berakhir dengan kekalahan."Biar aku pertimbangkan dulu. Aku belum bisa memberi jawaban kepada kalian saat ini," kata Ezra sekali lagi.Masalah ini berkaitan dengan banyak aspek. Jika Ezra membuat keputusan yang salah, semuanya akan hancur. Oleh karena itu, dia harus sangat hati-hati."Aku ngerti. Bagaimanapun, ini bukan perkara kecil. Tapi, aku harap kamu bisa segera memutuskan," ucap Roman dengan senyuman tipis."Adipati Ezra, Keluarga Paliama bukan satu-satunya yang ingin beraliansi melalui pernikahan dengan Keluarga Luandi. Waktu nggak menung
"Adipati Ezra, perjodohan di antara dua keluarga ini bukan hanya kehendakku, tapi juga kehendak ayah angkatku dan seluruh Keluarga Luandi," ujar Roman dengan tersenyum."Menurut aturan yang sudah diterima, pernikahan antara keluarga kerajaan yang masih berkerabat langsung nggak diperbolehkan. Apa kalian sudah lupa akan hal ini?" tanya Ezra dengan tenang."Berpegang pada aturan yang kaku nggak akan berguna untuk perkembangan," jawab Roman sambil menggeleng dan tersenyum. "Sekarang, Negara Drago sedang dalam masa kacau. Selain itu, aku dengar kesehatan Kaisar kurang baik dan ada kemungkinan dia akan menunjuk pewaris lebih awal dan mundur dari takhta.""Aku yakin Midyar akan mengalami kerusuhan dalam waktu dekat ini. Pada saat itu, baik Empat Keluarga Kerajaan, Delapan Keluarga Kaya, maupun kekuatan lainnya, semua akan terseret dalam pusaran ini. Makanya sebelum itu terjadi, aku harap Keluarga Luandi dan Keluarga Paliama bisa beraliansi melalui pernikahan untuk mengatasi kesulitan bersama
"Ayah, bagaimana menurutmu?" tanya Gusdur sambil mengalihkan pandangannya ke arah Ezra."Ada tamu yang datang, kita tentu saja nggak boleh nggak sopan. Suruh mereka masuk ke ruang tamu untuk berbicara," kata Ezra dengan tenang. Roman mewakili Keluarga Luandi, dia tentu saja tidak bisa mengusir tidak peduli apa pun niat kedatangan Roman ini. Mengenai hubungan pernikahan ini, tentu harus dipertimbangkan dengan matang."Baik," jawab pengurus rumah, lalu segera pergi."Kalian lanjutkan saja makannya, aku akan menemui orang-orang dari Keluarga Luandi ini," kata Ezra, lalu bangkit dan pergi.Setelah saling memandang sebentar, ketiga putra dari Ezra juga akhirnya mengikuti Ezra. Mereka ingin melihat apa yang sedang direncanakan Keluarga Luandi kali ini."Sudahlah, biarkan mereka yang mengurusnya. Kita makan saja," kata nenek Bianca sambil tersenyum agar semuanya melanjutkan makan malamnya.Tiga menit kemudian, di ruang tamu Keluarga Paliama. Ezra duduk di kursi utama dan langsung menghadap ke
Setelah meninggalkan Grup Luca, Luther dan Bianca pergi ke mal terlebih dahulu untuk memberi berbagai hadiah. Mulai dari hadiah untuk para lansia dan anak-anak yang baru belajar berjalan, semua kerabat inti Keluarga Paliama mendapat hadiah. Setelah itu, mereka pergi ke toko barang antik untuk memilih sebuah lukisan kaligrafi yang bagus untuk Ezra.Menjelang senja, Luther yang sudah mempersiapkan semuanya mengunjungi kediaman Adipati Ezra untuk pertama kalinya. Kediaman ini terletak di pusat kota Midyar yang berbentuk kompleks rumah tradisional dengan area yang sangat luas.Ezra memiliki tiga putra dan seorang putri Putra sulung, Gusdur, bekerja di pemerintahan sebagai pejabat pangkat tiga dan statusnya sangat dihormati. Putra kedua, Gandara, bekerja di industri farmasi dengan kekayaan yang mencapai puluhan triliun dan menjadi pengusaha terkenal di Midyar. Putra bungsu, Gema, sukses di dunia militer dan kini menjabat sebagai perwira militer pangkat tiga.Sementara itu, putri kecil Ezra,
Selama Luther pergi, Bianca terus memikirkan dan selalu memperhatikan kabar dari Luther. Namun, meskipun sangat rindu, dia juga tidak pernah mengganggu Luther karena dia tidak ingin membuat fokus Luther terganggu dan memengaruhi urusan negara. Dia sangat memahami kesibukan Luther, sehingga terus menahan gejolak di hatinya dan mengalihkan perhatiannya dengan sibuk bekerja.Namun, setelah sekarang benar-benar bertemu dengan Luther, perasaan Bianca yang sudah lama terpendam akhirnya meledak. Rasa rindu selama berbulan-bulan berubah rasa sayang yang meluap dan air mata pun mengalir deras.Adegan ini membuat asisten wanita di samping Bianca tercengang. Dia tidak menyangka presdir mereka yang cantik ternyata hatinya sudah memiliki pemiliknya. Yang lebih mengejutkannya, Bianca yang biasanya tegas dan sangat berwibawa ternyata begitu lembut dan anggun di depan pria ini.Asisten wanita itu mulai mengamati Luther dengan saksama. Baik dari segi penampilan dan karisma, Luther memang luar biasa dan
Saat ini, Luther sudah duduk di pesawat untuk kembali ke Midyar. Perjalanan ke Gunung Narima kali ini penuh dengan rintangan.Dari kompetisi bela diri hingga invasi Kuil Dewa, prosesnya bisa dibilang sangat berbahaya, tetapi untungnya hasil akhirnya cukup baik.Luter berhasil memenangkan kejuaraan dalam kompetisi bela diri, sekaligus memperoleh tiga energi naga, bahkan berhasil menggagalkan konspirasi Kuil Dewa. Hasil ini sangat sempurna.Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman yang baru dikenalnya, Luther menemani Misandari naik pesawat pulang.Dari lima energi naga, telah terkumpul empat, yang berarti tinggal satu lagi. Menurut informasi dari Misandari, kekuatan energi naga yang terakhir telah ditemukan dan orang yang menemukannya ada di Midyar.Namun, identitas orang itu masih belum diketahui. Menurut dugaan Misandari, kemungkinan besar itu ada hubungannya dengan tiga pangeran.Posisi calon pewaris masih belum jelas, sementara ketiga pangeran sangat aktif dalam mencar
Angin malam pun segera mereda. Keesokan paginya, saat sinar matahari mulai menyinari bumi, keadaan di Gunung Narima sudah kembali tenang. Hanya saja, bercak-bercak darah masih ada di mana-mana dan bangunan yang hancur masih menjadi saksi kekacauan tadi malam. Para ahli dari Kuil Dewa yang menjadi tawanan juga sudah dibawa pergi oleh pasukan yang dipanggil Misandari.Berbagai rumor pun mulai menyebar ke mana-mana. Berbagai sekte besar di dunia persilatan hanya merespons rumor itu sebagai penonton. Bagaimanapun juga, sejak dahulu sampai sekarang, sangat jarang orang yang berani menyinggung Gunung Narima. Tindakan nekat seperti menyerang secara terang-terangan dan berusaha menghancurkan mereka seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya.Soal hasil dari tindakan ini, seluruh dunia juga sudah menyaksikannya. Setelah bertahun-tahun lamanya, ini pertama kalinya negara-negara lain menyadari betapa mengerikannya Riley. Keberadaan sudah hampir seperti sosok ilahi.Saat ini, semua anggota inti s
Setelah pertempuran berakhir, Riley menghilang seketika dari tempatnya berdiri. Ketika muncul kembali, dia sudah berada di atas wilayah terlarang Gunung Narima.Saat ini, di pintu masuk wilayah terlarang dipenuhi dengan mayat dan darah. Seluruh anggota Kuil Dewa termasuk Tico, semuanya tergeletak di tanah.Sekujur tubuh Luther dan Danice juga dipenuhi darah. Mereka memancarkan aura membunuh yang kuat. Setelah pertempuran sengit, mereka akhirnya berhasil mempertahankan wilayah terlarang Gunung Narima dan menggagalkan rencana Kuil Dewa untuk menghancurkan nadi naga.Saat ini, Luther seperti merasakan sesuatu sehingga tiba-tiba mendongak. Melalui kabut dan kegelapan, dia menemukan Riley yang berada di atas wilayah terlarang.Riley tersenyum tipis dan mengangguk pada Luther, lalu menghilang seketika. Saat berikutnya, Riley melintasi beberapa gunung dan tiba di atas aula utama Gunung Narima.Di sana, para murid Gunung Narima masih bertempur melawan para elite Kuil Dewa. Dengan Atha sebagai