"Aku nggak nyangka Gerald yang menulis ini, pantas saja dia bisa menuliskannya untuk Kaisar.""Puisi dari Kaisar, tulisan dari Putra Kirin. Nggak heran kalau Restoran Sultan begitu ramai!""Putra Kirin memang luar biasa. Dia masih remaja saat menulisnya, tapi kemampuannya sudah bisa disetarakan dengan para ahli. Bagus sekali."Semua orang berseru takjub saat melihat puisi tersebut. Kini, mereka juga mengerti alasan Restoran Sultan bisa seramai ini."Dengar-dengar, Putra Kirin berbakat dan tampan. Andai saja aku bisa bertemu sesaat dengannya!" gumam Sarisha sambil menopang dagu dengan tangannya. Tatapannya dipenuhi kekaguman.Meskipun Alarik memang hebat, dia masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Gerald, karena dia memang sulit untuk dijangkau. Baik itu latar belakang, kemampuan, ataupun paras, Gerlad tentu saja telah mencapai puncaknya.Pria yang telah mendekati kata sempurna itu adalah kekasih impian para wanita. Dulu, Sarisha sering kali membayangkan dirinya berpacaran dengan Ger
"Aku sudah lama nggak menulis, pasti agak kaku. Lupakan saja hal ini," tolak Luther sembari menggeleng. Tulisannya sangat mudah dikenali oleh para ahli profesional. Meskipun tidak takut identitasnya terbongkar, akan repot kalau orang-orang ini mengenalinya."Kaku? Huh! Aku rasa tulisanmu memang jelek! Kalau nggak punya kemampuan, jangan sok hebat. Menjijikkan sekali!" hina Sarisha."Sudahlah, jangan bertengkar terus. Ada banyak orang yang melihat, masa nggak malu?" Ghufran mencairkan suasana. Menurutnya, Luther memang hebat, tetapi tidak seharusnya mengkritik tulisan Putra Kirin."Huh! Dia sendiri yang ingin malu. Beraninya dia menjelek-jelekkan Putra Kirin, dia kira kami ini takut padanya?" hardik Sarisha sambil memelotot."Sudahlah, hanya tulisan biasa, jangan dilanjutkan lagi. Aku sudah memesan tempat di restoran ini, di sana ada banyak harta karun langka. Aku jamin, kalian akan takjub nanti. Selain itu, Restoran Sultan mengadakan acara khusus malam ini. Kalau beruntung, kita mungki
Meskipun cucunya ini menguasai banyak keterampilan, bukan berarti dia jauh lebih hebat dari orang-orang. Bagaimanapun, ada banyak genius di Midyar."Kakek, aku sangat terkenal akan kecerdasanku di kuliah. Kalau kalah dalam pesta budaya ini, lebih baik aku mati saja," ucap Sarisha dengan penuh percaya diri."Dasar, omong kosong apa yang kamu katakan," balas Ghufran sambil mengernyit."Guru, Sarisha memang berbakat dalam hal ini. Aku yakin dia pasti bisa menang," kata Alarik sambil tersenyum."Dengar itu? Kak Alarik saja merasa aku yang akan menang hari ini," ujar Sarisha yang menjadi makin angkuh.Ghufran pun hanya menggeleng dan merasa tidak berdaya. Cepat atau lambat, orang-orang sombong seperti ini hanya akan menderita kerugian."Sudahlah, ayo kita naik ke lantai atas," instruksi Alarik. Kemudian, dia membawa sekelompok orang itu naik dengan angkuh.Apabila dibandingkan dengan lantai bawah yang tampak megah, desain lantai atas jauh lebih elegan. Setiap sudut dihias dengan teliti, mem
"Nona Berry, sikapmu agak keterlaluan." Alarik akhirnya bersuara, "Sarisha adalah juniorku. Kamu nggak menghargaiku kalau bicara seperti itu.""Oh, ternyata Tuan Alarik di sini. Maaf, maaf," sahut Berry yang pura-pura terkejut. Kemudian, dia berucap sambil tersenyum tipis, "Pantas saja Sarisha bisa masuk ke Restoran Sultan, ternyata karena Tuan Alarik. Hanya saja, Tuan Alarik berasal dari keluarga terkemuka, kenapa seleramu malah begitu buruk? Kamu menyukai wanita biasa begini?""Hei! Siapa yang kamu sebut biasa!" Sarisha sungguh murka mendengarnya. Dia hendak menghajar Berry, tetapi orang-orang segera menahannya.Keluarga Chuwardi tidak kalah dari Keluarga Siregar, bahkan bisa dibilang lebih hebat sedikit. Apabila Sarisha benar-benar memukul Berry, Alarik sekalipun mungkin tidak akan bisa melindunginya."Tentu saja orang yang menyela. Kenapa? Kamu keberatan, ya?" timpal Berry sambil tersenyum sinis. Tatapannya jelas menunjukkan provokasi. Dia paling senang melihat Sarisha marah sepert
Pendapatan Klinik Svarga sebenarnya sangat rendah. Mereka tidak menerima biaya pengobatan dari orang miskin atau hanya menerima sedikit. Reputasi klinik memang bagus, tetapi bisa dibilang mereka cukup susah.Uang 200 miliar tidak mungkin bisa diperoleh Klinik Svarga untuk selamanya. Itu sebabnya, Sarisha memutuskan untuk mempertaruhkannya. Dia juga tidak akan rugi."Nggak ada yang mutlak di dunia ini. Aku nggak akan membiarkanmu mempertaruhkan Klinik Svarga seperti ini!" seru Ghufran yang masih bersikeras."Kakek, kenapa kamu nggak percaya padaku? Ketika preman-preman itu membuat onar, kamu juga melakukan hal yang sama. Kenapa kamu memercayai Luther yang hanya orang luar? Kenapa begini?" pekik Sarisha."Sarisha, aku juga terpaksa sebelumnya. Tapi sekarang berbeda, kamu mempertaruhkan Klinik Svarga karena sifatmu yang kekanak-kanakan. Kamu harus bisa membedakan kedua situasi," jelas Ghufran sambil mengernyit."Aku nggak peduli! Atas dasar apa kamu lebih percaya pada Luther daripada aku?
"Para tamu sekalian, selamat sore." Setelah pesta budaya dimulai, seorang pria paruh baya yang gemuk dan putih naik ke atas panggung sambil tersenyum. Kemudian, dia memberi hormat kepada para tamu di bawah panggung. Pria itu sangat sopan dan tidak ada kelalaian sedikit pun.Pria gemuk itu berkata sambil tersenyum, "Namaku Chandra, penjaga restoran ini. Terima kasih kepada semuanya yang telah mengunjungi Restoran Sultan. Malam ini, kita kembali mengadakan pesta budaya yang diadakan selama tiga bulan sekali. Bos kami sengaja memilih sebuah barang berharga dari gudang harta karun sebagai hadiah malam ini supaya semua orang bersemangat. Tentu saja, tujuan kami adalah membangun persahabatan melalui budaya, bukan bersaing menang dan kalah. Hanya berbagi keindahan budaya.""Pak Chandra, harta karun apa yang disiapkan bos kalian? Tunjukkan pada kami!" sahut seorang pria tiba-tiba."Benar! Kami sengaja datang ke sini untuk acara ini. Jangan buat kami kecewa," seru beberapa orang secara bersamaa
Setelah mengetahui asal-usul lukisan itu, seluruh ruangan itu menjadi gempar. Orang-orang yang hadir malam itu memiliki minat dalam hal seni dan tokoh legendaris seperti Master Doris juga sangat dihormati.Puisi dan lukisan adalah dua kategori seni yang berbeda. Bisa menguasai salah satu saja sudah tidak mudah. Jadi tentunya, orang yang bisa menguasai keduanya sangatlah langka. Bagi mereka, sosok seperti Master Doris yang ahli dalam puisi dan lukisan ini sungguh merupakan tokoh yang luar biasa.Yang lebih menarik lagi, Master Doris memiliki kepribadian yang unik. Dia tidak tertarik dengan uang, sehingga dia juga jarang sekali menghasilkan karya. Oleh karena itu, setiap kali karyanya diluncurkan, benda itu akan dilelang dengan harga tinggi dan dianggap sebagai harta berharga. Banyak pejabat dan bangsawan yang suka dengan seni akan merasa bangga jika memiliki salah satu karya asli dari Master Doris. Tentu saja orang-orang di restoran itu merasa luar biasa karena sekarang mereka bisa meli
"Menebak teka-teki?" Mendengar perkataan itu, semua orang tertegun sejenak. Mereka saling memandang dengan ekspresi yang agak bingung. Pasalnya, pertandingan dalam acara ini sebelumnya selalu berupa puisi, keterampilan musik, catur, dan melukis. Kenapa hari ini malah menebak teka-teki?Banyak pejabat dan bangsawan sudah sengaja menghabiskan banyak uang untuk mengundang ahli puisi dan tokoh sastra untuk membantu mereka. Sekarang, pertandingannya bukan tentang puisi ataupun melukis, malah tiba-tiba menjadi menebak teka-teki. Bukankah semua persiapan mereka sebelumnya jadi sia-sia?"Pak Chandra, kenapa nggak bertanding puisi malah tiba-tiba menebak teka-teki? Bukankah ini sama saja kamu sengaja mempersulit kita?" protes salah satu peserta."Tuan salah paham. Pertanyaan yang diajukan bos kami ini dipilih secara acak dan nggak berniat mempersulit. Mohon dimaklumi," kata Chandra sambil sedikit menganggukkan kepalanya."Sudahlah, jangan omong kosong lagi. Menebak teka-teki saja, apa susahnya?
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru