Juno merasa dirinya telah kehilangan putrinya, dia tidak boleh menghancurkan masa depan dan kebahagiaan putrinya. Jadi, meskipun menjadi orang jahat dan bermusuhan dengan saudara kandung sendiri, Juno juga tidak memedulikannya.“Ayah! Ternyata Ayah memang ditakdirkan untuk menjadi orang sukses!” Melihat sang ayah sudah menyetujuinya, Zeona langsung tersenyum. “Aku yakin asalkan kita berdua bekerja sama, semua kesulitan pasti bisa diatasi!”Setelah berhasil mendapatkan persetujuan ayahnya, semuanya pun gampang untuk dijalankan Zeona.“Zeona, aku setuju dengan idemu, tapi aku harap kamu nggak melukai nyawa pamanmu.” Juno memperingati.“Ayah, kamu tenang saja. Aku hanya ingin mendapatkan peta harta karun saja. Kalau Paman bisa menyerahkannya secara langsung, aku pasti nggak akan benar-benar melukainya.” Zeona langsung menjamin.Tentu saja, seandainya Kevin tidak bersedia untuk menyerahkannya, jangan salahkan Zeona bersikap sadis.“Bagus. Aku merasa tenang setelah mendengar janjimu.” Juno
Sebelumnya Julmi juga pernah bertemu dengan banyak wanita cantik. Hanya saja, dia tidak pernah bertemu dengan wanita cantik yang bisa memancarkan pesonanya seperti Zeona.Hal yang paling penting adalah wanita cantik di hadapannya ini adalah kakak iparnya sendiri. Hubungan terlarang itu terasa sangat menantang. Inilah yang meningkatkan ketertarikan di hati Julmi.“Haih ….” Setelah berbasa-basi, Zeona berlagak menghela napas panjang.“Ada apa? Apa Kak Zeona lagi ada masalah?” tanya Julmi.“Nggak ada masalah apa-apa. Kamu makan saja. Cuma masalah sepele, nggak masalah, kok.” Zeona memaksakan diri untuk tersenyum. Dia sedang bermain trik tarik ulur.Jika Zeona langsung memohon untuk meminta bantuan, akan sangat gampang untuk menimbulkan kesalahpahaman. Namun semuanya lain cerita jika pihak lawan mengambil inisiatif untuk bertanya.“Kak Zeona, sekarang kita semua itu 1 keluarga. Kalau ada apa-apa, kamu bisa buka mulut. Aku pasti akan bantu kamu untuk mengatasinya!” Julmi menepuk dadanya tan
Malam semakin larut. Tampak bulan sabit menggantung di atas langit.Saat ini, sebuah mobil hitam tetiba berhenti di depan Kediaman Sunaryo.Pintu mobil dibuka, lalu tampak Julmi duluan menuruni mobil. Kemudian, dia memerintah beberapa bawahannya untuk mengangkat sebuah karung goni besar, bergegas berlari ke dalam kediaman.Mereka melakukannya dengan sangat rahasia. Pada akhirnya, mereka berjalan ke dalam sebuah ruangan rahasia. Tempat ini biasanya digunakan Pengawal Serigala untuk melakukan interogasi.“Buka!” Setelah memasuki ruangan rahasia, Julmi langsung duduk di bangku sembari menuangkan segelas alkohol untuk dirinya sendiri.“Krak!” Karung goni digores dengan silet. Disusul, seorang lelaki berambut acak-acakan dengan cedera di seluruh tubuhnya bergulir keluar dari karung goni. Lelaki itu tak lain adalah Kevin!“Hei, Tua Bangka! Apa kamu tahu siapa aku?” Julmi mengangkat gelas alkohol, lalu menggoyangkannya. Tatapannya kelihatan sangat dingin.“Kamu Julmi, ‘kan?” Kevin mengamati d
Wajah Kevin tak berhenti berkerut. Keringat di tubuhnya semakin banyak lagi. Hanya saja, tak peduli bagaimana sakitnya Kevin, tatapannya masih kelihatan sangat tegas.“Sialan! Sepertinya kalau nggak diberi pelajaran, kamu nggak akan buka mulut.” Julmi semakin emosi lagi. Dia membuang pisau di tangan, lalu pergi memilih yang lain.Kemudian, satu per satu alat penyiksaan yang berbentuk aneh diletakkan di atas meja.“Coba lihat senjata-senjata ini? Aku akan menggunakan mereka semua ke tubuhmu. Aku harap kamu nggak mati dengan cepat!” Julmi tersenyum licik.Kemudian, Julmi mengambil peralatan itu, lalu memulai penyiksaan.Detik demi detik berlalu. Darah segar telah terlihat di dalam ruang rahasia. Sementara di luar sana, tidak terlihat banyak bintang di langit.Zeona berdiri di depan pintu rahasia, lalu berjalan bolak-balik. Raut wajahnya kelihatan sangat gelisah. Sejak Kevin ditangkap, dia sudah diinterogasi selama 3 jam. Sayangnya, tidak ada hasil apa pun.Masih sisa beberapa jam sebelum
Fajar di suatu vila mewah.Bianca yang sedang tidur kedengaran adanya suara. Dia spontan melebarkan matanya, lalu bergegas berjalan ke depan jendela untuk mengintip dari celah tirai jendela.Kagetnya, Bianca menyadari beberapa pengawal yang seharusnya patroli malam malah jatuh tergeletak di atas lantai.“Emm?” Kening Bianca berkerut. Dia segera pergi mengambil pistol dari dalam laci, kemudian pergi membuka pintu kamar dengan perlahan untuk mengamati kondisi di luar ruangan. Dia segera berlari ke kamar sebelah.“Belinda ….” Bianca menepuk-nepuk Belinda yang masih larut dalam mimpi indahnya. Saat adiknya terbangun, Bianca langsung menutup mulutnya mengisyaratkannya untuk jangan berbicara. “Jangan bicara! Ada yang menerobos ke rumah.”“Apa?” Belinda mengucek matanya, lalu bergumam, “Kak, apa kamu lagi mimpi? Ada belasan pengawal andal yang patroli, siapa juga yang bosan hidup?”“Anggota kita sudah dihabiskan semuanya. Kondisi saat ini sangat berbahaya. Cepat ikuti aku untuk tinggalkan tem
Zeona sudah kehilangan kesabarannya. Dia memerintah bawahan untuk segera membuka karung. Tak lama kemudian, Bianca dan Belinda yang masih pingsan dikeluarkan dari dalam karung.“Bagus! Dengan adanya mereka berdua sebagai sandera, sepertinya semua akan baik-baik saja.” Zeona langsung tersenyum.Dengan adanya titik kelemahan ini, sepertinya Kevin tidak akan bungkam lagi.“Ih? Dia orangnya!” Ketika melihat wajah Bianca, Julmi spontan terbengong sejenak. Dia merasa agak syok.“Kenapa? Apa kamu kenal sama dia?” Kening Zeona sedikit berkerut. Sepertinya masalah akan kacau jika mereka berdua saling kenal.“Pernah ketemu sekali.” Julmi berkata dengan sinis, “Semalam aku sempat bertengkar di restoran. Aku dilukai oleh seorang lelaki nggak tahu diri. Wanita ini adalah wanitanya lelaki itu.”Sejak Julmi dipukul, dia menyuruh anggotanya untuk menyelidiki keberadaan Luther. Namun, mereka masih tidak berhasil menemukannya. Siapa sangka Julmi akan berhasil menangkap wanitanya. Sepertinya inilah yang
“Bianca?” Kevin menatap putrinya, lalu berkata dengan emosional, “Zeona! Jangan sembrono! Dia itu adik sepupumu!”“Adik sepupu? Dia hanyalah seorang wanita jalang!” Zeona menjerit, “Sejak kecil dia suka rebutan sama aku. Setelah dewasa, dia masih saja seperti itu. Semua barang bagus pasti akan diberikan kepadanya. Aku hanya pantas untuk menggunakan sisanya saja. Atas dasar apa? Apa aku lebih buruk daripada dia?”“Zeona, aku nggak pernah berpihak kepada siapa pun. Bianca bisa hidup seperti sekarang juga karena kerja kerasnya sendiri. Kalian berdua sama saja di mataku,” jelas Kevin.Kenyataannya, bahkan Kevin memberikan lebih banyak kesempatan kepada Zeona daripada putrinya sendiri.“Omong kosong! Kamu kira aku percaya sama kata-katamu? Kalau bukan karena kamu membantunya secara diam-diam, apa mungkin Bianca lebih hebat daripada aku!” Zeona mendengus dingin.Menurut Zeona, Kevin memanfaatkan identitas kepala keluarganya untuk mengangkat Bianca. Alhasil, Zeona pun tak berhenti ditekan.“Z
Seusai berbicara, Zeona langsung menebas pisau ke belakang leher Kevin. Kevin spontan jatuh pingsan di tempat.“Kak Zeona, berhubung peta harta karun ada di tangan Luther, kita sekalian balas dendam baru dan lama saja. Aku akan segera utus orang untuk menangkapnya!” Kedua mata Julmi tampak berkilauan.“Nggak usah repot-repot. Daripada kita cari ke mana-mana, bagusan dia cari kita sendiri.” Zeona menyipitkan matanya.“Oh? Kak Zeona punya rencana apa?” Julmi merasa penasaran.“Hehe.” Zeona tidak banyak bicara. Dia berjalan ke hadapan Bianca, lalu merobek piamanya. Seketika tampak kulit putih dan pakaian dalam seksi. Lekuk tubuh Bianca boleh dikatakan sangat sempurna. Alhasil, Julmi yang melihat pun menelan air liurnya.Wanita ini sungguh menggoda.“Julmi, gantung dia. Aku ingin rekam video.” Zeona mengeluarkan ponsel, lalu mengarahkannya ke sisi Bianca. “Oh ya, kamu berdiri di sampingnya, foto bersama dia. Begitu baru menarik.”“Tenang saja.” Julmi terkekeh. Dia segera memerintah bawahan