Tinjuan Luther menembus dada prajurit berpakaian merah. Darah segar pun bercucuran di atas lantai.“Ergh ….” Prajurit berpakaian merah terbengong di tempat. Dia menunduk menatap tinjuan yang menembus dadanya dengan tatapan tidak percaya. Bukankah warga Negara Dikara hanyalah pecundang? Bukankah prajurit Negara Drago sangat lemah? Kenapa? Kenapa lelaki di hadapannya ini bisa sehebat ini? Dengan rasa kaget, takut, dan tidak rela, prajurit berpakaian merah jatuh berbaring di atas lantai. Dia pun meninggal dengan rasa benci.“Dasar nggak tahu diri!” Luther menunjukkan wajah sinisnya. Lantaran amarahnya masih belum reda, dia pun menginjak kepala prajurit berpakaian merah dengan kuatnya.“Bamm!” Terdengar suara yang sangat keras. Kepala prajurit berpakaian merah bagai semangka yang meledak di tempat. Jasad seketika tak berwujud lagi.Biasanya Luther tidak akan menganiaya jasad. Hanya saja, ucapan prajurit berpakaian merah tadi telah menyentuh batas kesabarannya. Saking kesalnya, dia bahkan
Jangan-jangan bocah ini adalah monster?“Giliranmu sekarang!” Tiba-tiba Luther mengangkat kepalanya. Tatapan tajamnya seketika tertuju pada Kimtara yang gemetar.“Tuan Luther, kita bisa bicara dengan baik-baik, nggak usah menggunakan pedang. Aku akan kembalikan wanitamu kepadamu. Aku akan pergi, nggak akan muncul di hadapanmu lagi!”Kimtara merasa panik, segera mengakui kekalahan. Semua rencana yang disusunnya malah telah dihancurkan oleh satu tebasan pedang lawan. Sungguh mengerikan!“Sejak kamu menculik wanita itu, kamu sudah ditakdirkan untuk meninggal. Sekarang sudah terlambat untuk mengatakan semuanya.” Tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajah Luther. Dia mengangkat pedangnya dengan perlahan.“Berhenti!” Pada saat ini, terdengar suara jeritan dari depan pintu. Disusul, Osiris membawa prajurit-prajurit memasuki pabrik. Irish, Nowy, dan yang lain juga ada di dalam sana.“Kalian datang tepat pada waktunya. Orang-orang Negara Dikara ini telah menculik Lufita. Kalian bisa tangkap dan b
“Emm?” Kening Luther berkerut ketika melihat ponsel diremuk hingga hancur. Raut wajahnya seketika menjadi serius.Luther sungguh tidak menyangka Osiris akan melakukan perilaku seperti ini. Di bawah tatapan semua orang, dia malah menghancurkan barang bukti demi melindungi Kimtara. Apa Osiris menganggap Luther sebagai angin lalu?Saat ini, bahkan Kimtara sendiri juga terbengong di tempat. Padahal bukti sudah terpampang jelas di depan mata, dia mengira hidupnya akan segera berakhir. Siapa sangka Osiris akan berbuat seperti ini. Semuanya di luar dugaan Kimtara.“Kak Kimtara, kamu nggak usah panik. Selama ada aku, nggak ada yang bisa melukaimu,” ucap Osiris dengan tegas.Osiris juga tidak peduli dengan masalah penculikan Lufita. Hanya saja, sepertinya ini adalah kesempatan untuk menjalin hubungan baik dengan Kimtara. Mana mungkin Osiris akan melepaskannya? Siapa pun tahu Keluarga Antama masuk peringkat 10 besar keluarga terhebat di Negara Dikara.“Dengan adanya bantuan Kak Osiris, aku pun
Osiris tersenyum dingin. “Buka matamu lebar-lebar dan lihat sekitar. Semuanya adalah anggotaku. Kalau kamu berani bertindak sembarangan, aku jamin kamu akan segera ditembak!”“Tuan Luther, peluru itu sangat mengerikan. Lebih baik kamu mengakui kekalahanmu,” timpal Kimtara dengan tersenyum bangga.Kebiasaan buruk warga Negara Drago masih belum berubah. Masih banyak sekali konflik internal mereka. Tentu saja, Kimtara merasa gembira dengan situasi sekarang.“Luther! Kalau kamu nggak ingin mati, lebih baik kamu menyerah saja. Kalau nggak, nggak ada gunanya kamu menyesal nantinya!” Irish dan yang lainnya sungguh arogan.“Osiris, kalian yang memulai.” Luther memperingati dengan dingin, “Berhubung aku hormat dengan Pak Dennis, aku nggak akan melukaimu. Kalau kalian segera meninggalkan tempat ini, aku anggap nggak pernah terjadi apa-apa. Kalau kamu bersikeras ingin melindungi anggota Negara Dikara, jangan salahkan aku bersikap nggak sungkan!”“Nggak sungkan? Hehehe ….” Osiris tersenyum, lalu m
“Berhenti!” Saat Luther sedang memukul Osiris dengan sadisnya, tetiba terdengar suara jeritan dari belakang.Luther spontan menoleh. Kemudian, tampak sosok Lufita yang sudah siuman. Dia terlihat sangat kaget dan tidak percaya. Dia sungguh tidak menyangka akan melihat gambaran seperti ini ketika melebarkan kedua mata.Lufita juga tidak mengerti kenapa Luther mesti memukul kakak sepupunya?“Kak Luther, apa yang lagi kamu lakukan?” Lufita mengerutkan keningnya merasa bingung.“Osiris telah memutarbalikkan fakta. Aku hanya membantu Pak Dennis untuk beri pelajaran kepadanya agar nggak berjalan ke jalan yang salah. Perbuatannya akan mencelakai dirinya sendiri,” ucap Luther dengan terus terang.“Omong kosong!” Irish segera membantah, “Lufita, Luther telah menculikmu. Untung saja kami datang tepat waktu. Sekarang kakakmu malah dipukulinya. Coba kamu lihat kakakmu itu, dia sudah dipukul hingga memar!”“Iya! Lelaki itu memang berengsek. Setelah wajah aslinya terbongkar, dia malah marah dan meluk
Kimtara sungguh kaget. Dia segera merespons, “Nona Lufita, maaf telah bersikap lancang sebelumnya. Tapi masalah penculikan memang adalah ide Luther. Kami dibayar untuk melakukan penculikan. Kalau aku tahu Nona Lufita berasal dari Keluarga Morgana, aku pasti nggak berani melakukannya.” Kimtara membungkuk menunjukkan sikap tulusnya.“Lufita, apa kamu sudah dengar? Sekarang bukti sudah sangat kuat. Luther adalah dalang di balik penculikan ini!” Osiris langsung menimpali.“Betul! Aku bisa bersaksi semua ini memang adalah ulah Luther!” Irish juga melakukan pembelaan.“Kami semua juga bisa jadi saksi! Lelaki itu terlalu licik. Demi bisa mendapat kedudukan tinggi, dia malah tega menghalalkan segala cara!” Nowy menambahkan.“Kami semua bisa bersaksi! Luther yang sudah membunuh semua orang. Sekarang dia malah memfitnah kami!”Pada saat ini, semua orang keluar untuk bersuara. Dengan adanya suara mereka, fitnahan pun telah berubah menjadi kenyataan.Lufita sungguh bingung. Dia yang tidak memiliki
“Bamm!” Terdengar suara keras yang mengagetkan semua orang.Semua orang melihat ke arah datangnya suara. Tampak Osiris dipukul hingga menyangkut di dalam dinding. Kemudian, tampak juga darah tak berhenti mengalir dari hidungnya. Nasib Osiris tampak sangat mengenaskan.“Kak Osiris!”“Tuan!”Semua orang tersadar dari bengongnya. Raut wajah mereka juga spontan berubah. Semuanya bergegas maju untuk mengeluarkan Osiris dari dalam tembok, lalu segera mengobatinya.“Luther! Beraninya kamu melukai Tuan Osiris? Besar sekali nyalimu!” ucap Irish dengan kaget dan murka.“Luther! Kalau terjadi apa-apa sama Kak Osiris, nyawamu pasti akan melayang!” jerit Nowy.“Apa kalian buta? Jelas-jelas Osiris menyerangku duluan, aku hanya melakukan perlindungan diri saja,” jelas Luther dengan dingin.“Aku nggak nampak apa-apa, aku hanya nampak kamu melukainya. Aku sarankan kamu untuk segera menyerah. Kalau nggak, kamu tanggung sendiri akibatnya!” Terlukis ekspresi galak di wajah Irish.“Betul! Segera menyerah s
Lufita tertawa menyindir. “Kalau kamu benar-benar menganggapku sebagai teman, kenapa kamu malah mencelakai kakak sepupuku? Kenapa kamu malah menculikku? Kenapa kamu melakukan semua ini?”“Aku ….” Luther terdiam. Dia sudah menjelaskan dua kali alasan dia memukul mereka. Namun, kelihatan sekali bahwa Lufita tidak memercayainya. Atau … dia sudah menganggap Luther sebagai pelaku kejahatan.Tak peduli bagaimana Luther menjelaskan, semuanya pun tidak ada artinya lagi. Jika seseorang sudah mulai mencurigai, rasa percaya otomatis akan menghilang. Mengenai hal ini, Luther pun sudah memahaminya.“Kenapa? Nggak bisa ngomong lagi, ‘kan? Nggak bisa jelasin lagi? Ternyata ucapan ayahku itu benar. Semua yang kamu lakukan sebelumnya itu hanyalah sandiwaramu saja. Kamu memendam motif lain, kamu melakukan semuanya demi meningkatkan kedudukanmu! Aku kira kamu beda dengan yang lain. Kamu orangnya nggak serakah. Tapi ternyata aku salah dalam menilaimu. Kamu nggak ada bedanya dengan orang-orang yang sengaja