"Terserap semuanya? Kabutnya sudah diserap!""Syukurlah! Kita bisa selamat!""Penguasa Laut memang hebat! Dia benar-benar mengagumkan!"Melihat kabut hitam yang diserap oleh pusaran angin, semua orang mulai bersemangat. Mereka seolah-olah telah menemukan penyelamat hidup mereka. Tadinya semua orang sudah merasa putus asa dan beranggapan mereka sudah pasti mati.Untung saja dengan kehadiran Harsa yang mengerahkan jurus ini telah menyerap seluruh Melodi Neraka dan menghentikan malapetaka ini. Terdengar suara gemuruh yang menggelegar di udara. Seiring dengan penyerapan yang dilakukan oleh Harsa, kabut di sekitar tempat itu telah terserap dengan kecepatan tinggi. Hanya dalam sekejap, Melodi Neraka telah menipis hingga akhirnya semuanya telah sirna."Hahaha ... habis sudah! Kabut hitam sudah habis! Kita selamat!" Saking gembiranya, semua orang berteriak kegirangan. Sebaliknya, tubuh Harsa yang telah menyerap seluruh kabut hitam itu menjadi hitam seketika. Dari mata, bibir, pipi, leher, kaki
Ngung! Setelah Mutiara Spiritual ditelan, seberkas cahaya berwarna emas berkilauan. Setelah itu, kilau cahaya itu bergerak ke perut Harsa dan bersatu dengan pusat energinya. Selanjutnya, Mutiara Spiritual itu mulai bergejolak hebat dan menelan semua racun di sekitarnya. Dengan cara yang unik ini, mutiara tersebut menyembuhkan luka Harsa."Untung saja manjur!" seru Luther dengan gembira. Dengan bantuan Mutiara Spiritual, nyawa Harsa sementara tidak berada dalam bahaya."Harsa! Keluarkan Mutiara Spiritual itu!" teriak Bertrand dengan ekspresi serakah."Bagaimana kamu bisa menelan harta pusaka yang begitu berharga? Cepat muntahkan lagi, atau kami nggak akan sungkan padamu!" teriak Kitron menimpali."Benda ini adalah benda jahat, semoga Tuan tidak terpengaruh kekuatan jahat!" timpal Benigno yang juga mulai mendekati mereka."Berhenti!" Charlotte mengadang di hadapan orang-orang itu dan membentak, "Ayahku terkena racun dan membutuhkan Mutiara Spiritual untuk menolong nyawanya. Kalian nggak
"Oh? Jadi, kenapa dengan Mutiara Spiritual?" tanya Raiden sembari menoleh dan melirik dengan agak curiga."Paman, kami mempertaruhkan nyawa untuk menemukan mutiara itu. Sudah seharusnya menjadi milik kami, tapi orang-orang ini ngotot ingin merebutnya! Mereka nggak menghargai peraturan dunia persilatan!" jelas Charlotte segera."Omong kosong! Kami melakukan itu demi seluruh dunia persilatan, nggak seperti kalian yang hanya demi keegoisan sendiri!" sahut Bertrand dengan penuh keyakinan."Tuan Raiden, orang-orang ini egois dan punya motif lain. Mereka nggak peduli dengan kepentingan seluruh dunia persilatan, sudah seharusnya dihukum!" ucap Kitron."Orang yang bersatu dengan barang jahat, sudah pasti orang jahat," ujar Benigno yang sembarangan menyimpulkan.Saat ini, ketiga master itu mengubah sikap memaksa mereka yang sebelumnya. Ketiganya mengaku melakukan semua ini demi kebenaran."Ka ... kalian munafik sekali, berhenti memfitnah kami!" bentak Charlotte yang sudah murka. Orang-orang ini
"Harsa, kamu masih sama seperti dulu, nggak pernah mau membuat orang khawatir. Kamu sudah sekarat, tapi masih memaksakan diri. Aku dengar kamu menelan Mutiara Spiritual, tubuhmu nggak akan bermasalah, 'kan?" tanya Raiden dengan agak tidak berdaya."Tuan Raiden tenang saja. Mutiara Spiritual adalah benda suci, ia nggak akan melukai tubuh Paman. Sebaliknya, bukan hanya bisa menyerap racun, Paman bahkan bisa meningkatkan kultivasinya," jelas Luther."Oh? Masih ada manfaat seperti ini?" Raiden mengangkat alisnya sambil tersenyum, lalu menimpali, "Harsa, ini termasuk berkah terselubung. Dengan Mutiara Spiritual ini, kamu punya harapan menjadi grandmaster.""Nggak juga, kita ikuti arus saja." Harsa menggeleng sambil meneruskan, "Meskipun Mutiara Spiritual ini harta karun langka, banyak orang yang mengincarnya. Kelak, aku mungkin akan kerepotan sekali.""Kamu tenang saja. Asalkan ada aku, nggak akan ada yang merebut Mutiara Spiritual," ucap Raiden dengan penuh percaya diri."Memangnya kamu bi
Bam! Harsa terhempas jauh hingga akhirnya mendarat dengan keras. Begitu memuntahkan darah, wajahnya langsung tampak pucat pasi."Ayah!" seru Charlotte dengan terkejut. Dia seperti baru terbangun dari mimpinya, buru-buru berlari ke arah ayahnya."Raiden! Kamu sudah gila, ya!" hardik Luther dengan gusar. Sorot matanya dipenuhi niat membunuh. Selama ini, dia mengira Raiden adalah senior dunia persilatan yang paling terhormat dan jujur. Tanpa diduga, ternyata pria ini hanya bajingan munafik!"Gila? Hehe ...." Raiden terkekeh-kekeh dan menyahut, "Luther, kamu tahu rencana sebesar apa yang telah kususun demi Mutiara Spiritual ini?""Sejak mendapat informasi tentang Mutiara Spiritual dari Larry, aku terus menyusun rencana secara diam-diam. Pertama, aku memanfaatkan Klark untuk membungkam orang. Kedua, aku membocorkan informasi dan menarik Istana Hawa ke Jiman. Terakhir, aku memberikan Kitab Hawa yang tersembunyi peta kepada kalian.""Semua ini adalah rencanaku. Dengan kata lain, kalian ini ha
Para pesilat segera berputar arah, kembali ke tempat pertarungan berlangsung barusan."Jangan-jangan ada perubahan situasi?" Bertrand, Kitron, dan Benigno bertatapan. Mereka membawa pasukan masing-masing untuk kembali.Dalam sekejap, berbagai anggota sekte bergegas kembali ke medan perang. Setibanya di sana, semua orang sontak terkesiap. Mereka menemukan Luther dan Raiden sedang melangsungkan pertarungan.Raiden yang merupakan Ketua Aliansi Bela Diri bertarung melawan Luther yang merupakan seorang master muda. Pertarungan ini berlangsung dengan sengit, seakan-akan kedua belah pihak bertekad untuk mempertaruhkan nyawa masing-masing.Situasi macam apa ini? Bukankah mereka di pihak yang sama? Mengapa malah bertarung sesengit ini? Semuanya bertatapan dengan bingung, tidak tahu apa yang telah terjadi."Tolong! Tolong!" Terdengar teriakan minta tolong dari kejauhan. Semua orang memandang ke arah sumber suara, lalu mendapati Charlotte memeluk Harsa sambil menangis."Kumohon, tolong selamatkan
"Berhenti! Siapa pun yang berani maju akan mati!" seru Yadira setelah berkelebat mengadang di depan Charlotte. Entah sejak kapan, dia sudah memegang 2 bilah pedang. Sekujur tubuhnya dipenuhi niat membunuh."Kalian ditipu! Ayahku nggak kerasukan ataupun melakukan kejahatan!" Ketika melihat orang-orang yang berkerumun, Charlotte masih berusaha untuk menjelaskan."Kalian lupa ayahku yang menolong kalian tadi? Dia mempertaruhkan nyawanya untuk menyerap semua racun agar kalian bisa selamat! Kalaupun kalian nggak merasa berterima kasih, setidaknya jangan membalas kebaikannya dengan cara seperti ini! Sadarlah, kami nggak bersalah! Raiden baru penjahat yang sebenarnya!" seru Charlotte sambil menangis.Charlotte berusaha untuk membuktikan bahwa mereka tidak bersalah. Akan tetapi, ucapannya ini malah tidak mendatangkan pengaruh apa pun."Charlotte, kamu masih nggak ngerti? Orang-orang ini nggak peduli dengan kebenaran lagi. Mereka sudah dibutakan oleh keuntungan. Kebenaran apanya? Semua itu hany
"Eh?" Ekspresi Bertrand, Kitron, dan Benigno berubah drastis dan tanpa sadar mundur beberapa langkah. Pada saat ini, mereka merasa terancam hingga berkeringat dingin dan merinding. Bisa dibilang, meskipun ketiganya tidak mati karena serangan Harsa, mereka juga akan terluka parah."Tuan Harsa, kamu sebaiknya jangan bertindak sembarangan. Kalau kamu bertindak, kamu juga akan mati!" kata Bertrand memperingatkan."Aku memang sudah akan mati. Kalau aku bisa mengalahkan kalian bertiga sebelum aku mati, aku merasa sangat beruntung," kata Harsa dengan tatapan yang tajam.Mendengar perkataan itu, ketiganya mengernyitkan alisnya dengan ekspresi yang muram. Mereka tidak bersedia menemani si gila itu mengorbankan nyawanya.Bertrand tiba-tiba mengubah topik pembicaraannya, "Tuan Harsa, kalau kamu nggak peduli dengan dirimu sendiri, kamu juga harus memikirkan putrimu, 'kan? Begini saja. Aku berjanji akan melepaskan putrimu, tapi kamu yang sudah kesurupan ini harus mati!""Benar! Asalkan kamu mati, p