Beranda / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Bab 80 Sanur Di Rumah Birendra

Share

Bab 80 Sanur Di Rumah Birendra

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-24 09:41:13

Aroma cemara memenuhi ruang kamar inap VVIP yang ditempati Alya anak Sanur. Kamar yang dipenuhi suasana sunyi, hanya suara mesin-mesin medis yang mengiringi deru napas anak Sanur yang terbaring lemah di ranjang. Sanur duduk di kursi di sebelah ranjang, matanya berkaca-kaca memandangi wajah pucat sang anak.

"Maafkan ibu, sayang. Ibu akan melakukan apa saja agar kamu sembuh. Bahkan jika itu artinya harus mendekati pria itu, orang yang seharusnya tak pernah ada dalam hidup kita." Sanur berucap dalam hati, sambil memegang tangan anaknya yang lemah dan wajahnya penuh beban.

Sanur menunduk dengan jemarinya menyentuh lembut rambut anaknya, dia menarik napas panjang berusaha menenangkan diri.

"Kamu adalah segalanya untuk ibu. Ibu harus kuat, harus bisa melakukan ini. Paman Birendra bisa bantu kita, dia punya semua yang kita butuhkan." Sanur berbicara perlahan, hampir seperti membisik.

"Untuk kali ini tak akan ibu biarkan orang lain ikut campur dalam hidup kita, Nak."

Sanur mengangkat wajahnya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 81 Birendra Hendak Menikahi Sanur

    Restoran kecil di pinggir kota, tenang dan sepi. Di luar hujan rintik-rintik membasahi jalanan. Sementara itu di dalam restoran ada Rahmat dan Mahira duduk di meja dekat jendela ditemani secangkir teh hangat dan sepiring makanan yang belum tersentuh.Rahmat duduk diam, menatap putrinya yang duduk di seberangnya. Mahira tampak linglung, menundukkan kepala dan mengaduk-aduk nasi di piringnya tanpa selera. Matanya sembap, jelas terlihat bekas air mata yang dia sembunyikan di balik senyum paksanya."Makanlah meski sedikit," kata Rahmat pelan.Rahmat sudah tahu jika Sanur selingkuhan Birendra berada di satu rumah bersama Mahira sang putri. Tadi siang dia begitu terkejut mendapati Sanur ada di sana dengan pakaian mini."Hira masih kenyang, Yah," jawab Mahira pelan.Rahmat menarik napas dalam-dalam berusaha mencari kata yang tepat. Dia tahu sebagai ayah, kata-kata yang salah hanya akan memperparah luka yang sudah dalam."Mahira, Ayah tahu hidup tidak selalu berjalan sesuai harapan kita. Kada

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 82 Ijinkan Aku Menikah Lagi

    Setelah pulang dari bertemu dengan sang ayah. Mahira mendapat pesan dari Birendra agar menyuruhnya pulang dengan cepat karena ada yang akan dibicarakan. Mahira tahu tak ada lagi masalah Sanur.Kini Mahira telah duduk di sofa dengan punggung tegak, tangannya melipat di pangkuan. Wajahnya tenang, tetapi ada bayangan kekhawatiran di matanya. Birendra berdiri tak jauh darinya, mondar-mandir beberapa kali sebelum akhirnya berhenti di hadapannya. Ada ketegangan yang tak terucapkan di udara."Duduklah, Mas. Jangan mondar-mandir terus," titah Mahira merasa pusing dengan tingkah Birendra.Birendra berhenti sejenak di depan Mahira. Dia menarik napas dalam-dalam, kemudian duduk di ujung sofa, memegang tangan Mahira yang dingin. Dia menunduk, menghindari kontak mata.“Mahira, aku harus bicara denganmu. Ini tidak mudah, tapi sudah lama kurenungkan sejak lama. Aku ingin kamu tahu, ini bukan tentang kamu. Ini tentang perasaanku yang sekarang berbeda," ujar Birendra dengan nada suara bergetar dan men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 83 Rencana Pernikahan Ketiga Birendra

    Hari ini Sanur pulang ke rumah Fatma hanya mengambil pakaian dirinya dan sang putri, karena mereka akan tinggal di sana mulai kemarin. Meski Birendra menyuruhnya membeli pakaian, tetapi enggan membeli.Di dalam kamar cahaya matahari sore masuk samar melalui jendela yang tertutup sebagian. Sanur duduk di tepi ranjang, memegang teleponnya dengan wajah yang tampak letih setelah seharian berada di rumah sakit."Berita ini lagi," keluhnya saat sedang membaca berita.Saat Sanur membuka artikel di layar ponselnya ada berita mengenai pernikahan dirinya dengan Birendra. Di artikel itu, terselip foto dirinya dengan senyuman yang tampak bahagia dan penuh cinta. Namun seketika wajahnya berubah matanya menjadi sayu, bibirnya mengecil, dan napasnya terdengar lebih berat."Aku harusnya bahagia, bukan? Semua orang pasti berpikir begitu. Tapi, apa artinya semua ini jika aku kehilangan diriku sendiri?" Sanur berbicara pada diri sendiri sambil mendesah pelan."Bukankah ini yang aku inginkan? Namun ....

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 84 Pernikahan Birendra

    Malam ini Mahira ingin mengajak Birendra bicara mengenai pernikahan ketiga kalinya Birendra bersama Sanur. Bukan karena cemburu atau iri hati karena adanya jamuan pesta melainkan pemberitaan di berbagai media mengenai citra buruk Birendra.Mobil Birendra terparkir di depan tanpa menyambut, Mahira membiarkan pintu terbuka lebar.Suara langkah kaki Birendra terdengar mendekat ke ruang tamu. Mahira duduk dengan tangan mengepal di pangkuannya mencoba menenangkan detak jantung yang tak beraturan. Birendra masuk sembari meletakkan tas kerja dan langsung duduk di seberangnya."Mas Birendra, aku ingin bicara sedikit tentang rencana pernikahanmu." Mahira langsung pada inti masalahnya."Apa lagi, Mahira? Bukankah kita sudah membicarakannya?"Birendra menjawab seraya menghela napas singkat, bersandar di sofa dengan wajah netral."Aku tahu, tapi tidak bisakah Mas membuatnya lebih tenang? Tanpa pemberitaan besar-besaran?" tanya Mahira berusaha tetap tenang, pandangannya terangkat perlahan.Birendr

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 85 Aku Tak Akan Menangisi Pernikahanmu, Mas

    Di ruang makan Birendra dan Sanur duduk berhadapan terlibat percakapan penuh senyum samar. Sesekali Birendra meraih tangan Sanur lalu menatapnya dengan penuh kehangatan. Sanur tersenyum, menganggukkan kepala dengan sorot mata seolah ingin menegaskan posisinya yang kini lebih diutamakan.Di tengah kemesraan pasangan itu Mahira masuk ke ruang makan dengan langkah tenang. Wajahnya datar tanpa ekspresi, tetapi ada kilatan dingin di matanya. Dengan bibir terkatup rapat, Mahira berjalan ke kursi di sebelah Abisatya yang duduk di kursi bayi. Dia mengangkat anaknya perlahan, membelai rambut halusnya lalu menatap anaknya penuh kasih."Jika kau lelah aku bisa menjaga Abisatya. Bukankah sekarang Abisatya sudah menjadi anakku juga," kata Sanur sambil melirik Mahira dengan sinis, senyum mengejek tersirat di bibirnya."Sepertinya tidak perlu, Mbak Sanur. Silakan anda mengurus putri anda sendiri dan aku mengurus anakku sendiri," sahut Mahira tanpa menoleh, dia memilih duduk menyamping menghadap Abis

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 86 Melawan Hati

    Mahira duduk di kursi sebuah kafe di dalam mal bersama dokter Agustin. Semburat senyum tenang menghiasi wajah Mahira, meski di dalam hatinya, luka yang dia pendam dalam-dalam masih terasa samar-samar. Tapi, hari ini berbeda. Dia memilih untuk menikmati momen ini, tanpa bayangan masa lalu yang membayangi.Kemarin Birendra dan Sanur berangkat bulan madu. Mahira tidak tahu sampai kapan pasangan itu berada di kota Paris. Toh ... dia pun sudah tak peduli dengan Birendra dan memilih untuk melanjutkan hidup.“Kamu benar-benar terlihat berbeda sekarang, Mahira. Ada cahaya di matamu,” kata Agustin sambil menatap Mahira sejenak dan tersenyum penuh pengertian.Mahira menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, tangannya menggenggam cangkir kopi yang hangat. Dalam hatinya, dia mengingat masa-masa penuh kesepian dan rasa terabaikan saat masih menjadi seorang istri baik di kehidupan mendatang atau di masa lalu.“Aku sudah cukup kuat untuk melewati ini,” batinnya lalu dia tersenyum pada Agustin.Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 87 Aku Tak Mau Bercerai

    Di ruang praktek Arya yang sejuk dan penuh keheningan, Mahira duduk di kursi dengan tubuh tegak. Matanya menatap ke arah Arya yang sedang membuka amplop hasil laboratorium. Wajahnya tampak tenang, meskipun hatinya bergemuruh—kesedihan dan ketakutan mencoba dia sembunyikan di balik ekspresi tegar yang dia tampilkan."Jadi saya sakit apa, Dok?"Arya menarik napas panjang sebelum mendongak, menatap Mahira dengan penuh empati. Dia menutup amplop perlahan dan mengumpulkan kata-kata sejenak sebelum mulai berbicara."Mahira," katanya lembut sembari menyandarkan tubuhnya ke kursi."Dari hasil pemeriksaan ini tampak jelas bahwa cedera akibat kecelakaan setahun lalu memang meninggalkan bekas. Kamu mengalami Hematoma Subdural. Mungkin itulah yang sering membuatmu merasa pusing atau sulit berkonsentrasi akhir-akhir ini."Kamu tahu sendiri penyakit ini, bukan? Hematoma subdural atau yang biasa kita sebut pendarahan di bawah selaput otak. Pendarahan ini menekan jaringan otak."Mahira mengangguk kec

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 88 Jangan Pura-Pura Lupa, Mas

    "Jadi kamu sudah membaca perjanjian kontrak itu kan, Mas?" Sebelum berangkat kerja, Mahira mengajak Birendra bicara berdua saja tanpa Sanur."Sudah aku sobek," jawab Birendra sembari berjalan menuju jendela."Tentunya sudah kamu baca isinya. Aku ingin kita bercerai, Mas," kata Mahira dengan suara sengaja keraskan."Aku tak akan bercerai darimu, Mahira. Selamanya kamu tetap menjadi istriku.""Lalu bagaimana dengan perjanjian yang kita buat satu tahun lalu?" Mahira mencoba mengingatkan kembali."Tidak ada bedanya dengan yang sekarang. Bukankah pernikahan kita sah?" Birendra menyahut dengan santai.“Mas Birendra, aku tidak mengerti. Kamu sudah punya Sanu dan aku? Aku ini apa untukmu?” Mahira bertanya dengan nada lembut dan tanpa amarah, tetapi senyum masam terlihat di wajahnya.Mahira duduk di sofa bersandar dengan tubuh yang tampak rileks, tetapi tangannya terkepal erat di pangkuannya. Birendra berdiri di dekat jendela melihat ke luar seolah menghindari pandangan Mahira.Mahira menghela

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02

Bab terbaru

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 161 Pilihan Mahira

    Mahira perlahan membuka mata dan penglihatan yang buram. Ruangan putih yang asing menyambutnya, dengan bau karbol yang khas. Dia mencoba duduk, tetapi seketika rasa nyeri menusuk di kepalanya membuatnya meringis. Tangan kanannya bergerak memegang pelipis, sementara matanya menyipit menahan sakit yang kian terasa."Jangan banyak bergerak dulu, Hira," kata suara berat dan tenang milik Dokter Agustin terdengar di sebelahnya. Dia berdiri dengan tangan terlipat di depan dada disertai sorot matanya yang lembut."Kamu baru saja pingsan. Mahira. Untung Birendra segera membawamu ke sini.""Kenapa dengan saya, Dok?" tanya Mahira berusaha untuk bicara."Kondisimu semakin parah, Hira. Hematomamu sudah terlalu besar dan kita harus melakukan operasi secepatnya. Tidak bisa kamu biarkan seperti ini terus."Mahira terdiam, dadanya terasa sesak mendengar kata-kata itu. Bibirnya mengatup rapat seraya matanya menatap lurus ke depan dan berusaha mengusir pikiran-pikiran buruk. Sambil menarik napas dalam-d

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 160 Kebahagian Birendra

    Di balik jeruji besi yang dingin, Maya duduk bersandar pada dinding yang lembap. Wajahnya pucat, matanya sembab dan bahunya sedikit bergetar, menahan perasaan yang berkecamuk dalam dada.Hidupnya telah berubah. Dia bukan lagi Maya seorang mahasiswi kedokteran atau adik asuh kesayangan sang nona. Dia telah mengecewakan sang nona juga ibunya yang malu kepada dirinya."2012 ada yang menemuimu. Keluarlah." Seorang sipir wanita membuka jeruji besi tempat Maya berada sekarang."Siapa yang mau menemui saya, Bu?" tanya Maya. Hampir dua bulan tak seorang pun sudi menjenguknya."Kamu akan tahu nanti."Maya didampingi dua sipir wanita dengan tangan yang terborgol. Langkah-langkah halus terdengar mendekat ke ruang pertemuan dan tak lama kemudian seorang wanita berdiri di hadapannya. Mahira.Wanita itu tetap anggun meskipun ada kelelahan yang terlihat di matanya. Dengan ekspresi tenang, tetapi sarat kekecewaan, Mahira menatap Maya dalam-dalam. Maya menundukkan kepala seraya jari-jarinya saling men

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 159 Maukah Kau Berkorban Untuknya, Mahira?

    "Apa yang ingin kamu bicarakan, Mas?" Mahira menatap Birendra dengan pandangan serius. "Ini tentang kita, Hira. Tentang pernikahan yang telah kita jalani," kata Birendra. Birendra duduk di ruang tamu seraya menghadap Mahira yang duduk di seberangnya. Tatapannya berat seolah menimbang setiap kata yang akan dia ucapkan. Kedua tangannya berada di pangkuan dan jemarinya saling mengait erat, sesekali bergerak gelisah. Mahira menatap Birendra dengan lembut, wajahnya tenang walau ada sedikit kerutan di dahinya menunjukkan kekhawatiran yang dia coba sembunyikan sejak tadi saat Birendra memanggilnya. "Aku siap mendengarnya, Mas. Katakan saja," sahut Mahira ingin mengetahui keputusan yang diambil Birendra. Dia sudah tahu Birendra hendak membicarakan perceraian. "Aku tidak tahu harus memulai dari mana pembicaraan ini, Hira. Kamu tahu sendiri pernikahan kita bukan didasari oleh cinta di hatiku. Aku hanya menganggapmu sebagai adik bukan seorang istri," ucap Birendra mengungkapkan isi hati

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 158 Bangunlah Arya

    Sanur berdiri di terminal keberangkatan memandang pesawat yang akan membawanya dan putrinya, Alya, meninggalkan Indonesia. Hatinya terasa berat, tetapi dia yakin bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Dia sudah berpamitan dengan Mahira juga Birendra dan mereka mengerti alasannya pergi. Namun ada satu orang yang tak diberi tahu, Sanur tak bisa membiarkan Wisnu ikut terikat dalam kehidupannya yang penuh luka. Dia merasa dirinya tak pantas bagi Wisnu. “Semua akan baik-baik saja,” bisiknya pada diri sendiri meskipun hatinya masih bimbang sembari menggandeng tangan kecil Alya. "Ibu, kita akan ke mana? Kenapa naik pesawat?" Alya gadis kecil berjaket dan bertopi itu tampak bingung. "Kita akan ke Amerika, Nak. Kita akan memulai kehidupan yang baru di sana," jawab Sanur memberi pengertian pada Alya. "Apa Paman Wisnu dan Kakek Rahmat ikut juga bersama kita?" tanyanya lagi. "Hanya kita berdua, Nak." Sanur melihat kesedihan di wajah Alya. Dua bulan bersama Wisnu dan Rahmat ayah Mahir

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 157 Bertahanlah, Dokter Arya

    Tanpa disadari oleh Fatma, seorang polisi diam-diam berjalan di belakangnya. Polisi tersebut mendekati Fatma dengan sigap dan sebelum dia bisa melakukan sesuatu yang lebih berbahaya, polisi berhasil melumpuhkannya."Sudahi permainan anda, Ibu Fatma!""Tidak ... aku tak berakhir seperti ini!" Fatma berteriak tidak terima.Pistol yang dia genggam jatuh dengan bunyi keras ke lantai beton. Bayi Abisatya yang hampir terlepas dari genggamannya langsung diselamatkan oleh seorang petugas polisi dan dengan hati-hati diserahkan kembali kepada Mahira.Mahira meraih Abisatya dengan tangan gemetar, dan begitu dia mendekap putranya, air mata mengalir deras di pipinya. Rasa syukur dan kebahagiaan meluap-luap di hatinya setelah berhari-hari terjebak dalam mimpi buruk ini."Ibu di sini, Sayang. Kamu aman sekarang," kata Mahira memeluk erat Abisatya."Jangan menangis lagi. Kita pulang ya sekarang," imbuh Mahira sembari mencium wajah Abisatya yang sudah berhenti menangis.Birendra dengan cepat menghampi

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 156 Serahkan Dirimu, Fatma

    Mahira berdiri terpaku, tangan gemetar saat menatap pisau di hadapannya. Fatma menunggunya membuat keputusan, tetapi bagaimana mungkin ia bisa memilih? Di satu sisi ada Abisatya, putranya yang bahkan belum bisa berbicara. Di sisi lain, ada Sanur, yang meski bukan siapa-siapa baginya secara pribadi, tetaplah seseorang yang berharga bagi Wisnu."Kenapa anda begitu menginginkan kematianku, Bibi Fatma?" tanya Mahira sengaja untuk mengalihkan pembicaraan.Fatma mendengkus kesal, dia menatap Mahira dengan tatapan kebencian. Tidak ada rasa iba pada Mahira yang notebene adalah keponakannya. Rasa bencinya telah mengakar di hatinya."Karena dengan kematianmu, aku bisa mewarisi harta ibumu. Semua yang dia miliki seharusnya jatuh kepadaku bukan kepada ibumu. Sejak kecil aku diabaikan dan tak seorang pun menyayangiku hanya karena ibumu memiliki penyakit jantung," ucap Fatma sinis."Bukankah anda telah mengambil semuanya? Kenapa anda masih menginginkan kematianku?" ulang Mahira."Wajahmu mengingatk

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 155 Kebimbangan Mahira

    Malam semakin larut saat Mahira menyetir seorang diri di lenggangnya jalanan ibu kota. Jari-jarinya mencengkeram erat setir mobil. Ini pertama kalinya ia menyetir setelah setahun tak pernah menyentuh mobil karena trauma kecelakaan yang pernah dialaminya. Tubuhnya terasa kaku, dan setiap tarikan napasnya berat.Satu jam lalu Mahira mendapat telepon dari Fatma untuk menemuinya secara langsung di tempat yang sudah ditunjuknya. Mahira awalnya ingin menolak, tetapi ancaman Fatma membuat dia harus menghadap.["Jika kau tak ke sini sendirian, jangan harap kamu akan bertemu dengan salah satu dari mereka."]Suara dingin Fatma memerintahkannya datang sendiri tanpa ditemani siapa pun. Jika Mahira membawa polisi atau siapa saja, salah satu sandera — anaknya, Abisatya atau akan dilukai. Tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Tanpa memberitahu Birendra ataupun Wisnu, Mahira mengambil kunci mobil dan pergi di tengah malam yang sunyi.Angin malam menyapu wajahnya saat dia membuka sedikit jendela mob

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 154 Pilih Abisatya Atau Sanur

    "Maafkan saya, Non Mahira. Seharusnya nona tidak pernah mengasuh bayi itu. Saya begitu tak suka saat nona mau mengasuh anak dari pelakor.""Lebih baik lupakan saja anak ini, Nona Mahira."Empat hari sudah sejak hilangnya Abisatya dan polisi masih kesulitan menemukan jejak Maya dan Fatma. Kedua wanita itu begitu pandai bersembunyi, meninggalkan pihak berwenang kebingungan. Setiap harapan yang dimiliki Mahira dan Birendra mulai pudar."Aku berharap setelah ibu Fatma mendapatkan uangnya. Aku bisa pergi dari kota ini dan memberikan anak ini pada orang lain."Maya dan Fatma berganti lokasi tempat persembunyian. Kali ini anak buah Fatma menemukan rumah kosong di pinggiran kota meski harus masuk gang sempit, kedua wanita itu tak peduli asal mereka bisa menghindari pihak polisi."Makanya jangan cari masalah denganku. Kalau kamu diam, aku tak akan melakukan ini!"Dari luar, Maya mendengar suara keras Fatma. Maya segera meninggalkan Abisatya dengan botol susunya yang sengaja dia beli agar bayi

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 153 Dua Pilihan Sulit

    "Birendra akan membawa Abisatya, Mahira. Jadi serahkan semua padanya ya."Dokter Agustin dan Arya datang ke rumah Mahira untuk memberi dukungan. Mereka tahu jika Mahira membutuhkan seseorang untuk menguatkan di kala susah seperti ini."Tapi bagaimana jika tak berhasil, Dok?" tanya Mahira menatap dokter Agustin penuh kesedihan."Sampai sekarang Mas Birendra tak meneleponku," lanjutnya."Tenanglah, Mahira. Dia akan memberi kabar pada kita," sahut Arya.Matanya terus melirik ke ponsel di atas meja yang tak henti-hentinya bergetar dengan notifikasi, tetapi tak satu pun dari mereka membawa kabar baik yang ditunggunya. Ruangan itu terasa begitu sunyi, hanya ada suara jam dinding yang berdetak pelan.Arya tak tahu bagaimana dia harus menghibur Mahira yang saat ini sedang dirundung masalah. Sejak awal bertemu dengannya, Arya merasa kehidupan Mahira sungguh berat dan tak ada bahagia."Kita harus sabar, Mahira," ujar dokter Agustin dengan suara yang lembut."Birendra pasti tahu apa yang dia lak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status