"Taeyang! Segeralah untuk bangun... Kamu harus segera pergi ke sekolah, kamu sebentar lagi akan segera lulus, jadi jangan bermalas-malasan."
"Ya! Aku bangun, pa. Taeyang sarankan, papa jangan suka mengomel di pagi hari. Itu tidak baik untuk kesehatan papa."
"Kau memang anak keterlaluan Taeyang! Kamu pikir berapa lama papa berusaha membangunkanmu?!"
"Sudahlah Pa, kak Taeyang hanya kelelahan saja, setelah menghadiri acara semalam."
"Acara apa? Acara minum, clubbing dan main wanita itu maksudmu?!"
Taeyong terdiam.
Entah harus bagaimana lagi Yunho menghadapi putranya itu, pasalnya sudah sejam lebih Yunho meminta putranya untuk segera bangun namun tidak di gubris dan hanya mendapatkan jawaban menyebalkan seperti itu.
Tiga puluh menit kemudian mereka berangkat pergi ke sekolah.
"Dengar, kalian tidak boleh pulang sebelum papa menjemput kalian nanti. Jalanan sedang rawan, banyak orang-orang yang sedang berdemo."
Taeyang dan Taeyong hanya mengangguki apa saja yang dikatakan oleh papa mereka itu.
"Oh ya, Taeyang! Kamu jangan membuat masalah lagi di sekolah. Papa sudah lelah mendapatkan keluhan dari sekolah."
"Sebentar lagi sekolahmu akan selesai, setidaknya bertahanlah sebentar lagi."
Taeyang hanya mengangguk ria lengkap dengan mata malasnya itu.
"Dan kau Taeyong, kau harus menjaga kakakmu. Dan katakan pada papa jika dia mengintimidasi mu lagi."
Taeyang perlahan memicingkan matanya dan menatapnya tajam.
"Katakan saja, iya. Dan aku akan melakukannya lagi padamu. Bersiaplah, hahaha."
Taeyong menunduk.
"Kau memang tidak bisa memberikan contoh yang baik untuk adikmu Taeyang!"
"Bela saja terus anak kesayangan papa itu."
Taeyong mulai merasa jengah dengan Perdebatan antara papa dan kakaknya itu, dan mulai mencari cara untuk memotong pembicaraan mereka.
"Sudah sampai pa, Taeyong pergi dulu. Bye pa... Sampai jumpa lagi." Taeyong.
"Aku pergi." Taeyang, melenggang pergi.
Yunho hanya terdiam sambil menatap kedua putranya itu dari kejauhan, dalam pikirannya tidak habis pikir. Bagaimana bisa mereka berdua memiliki kepribadian yang bertolak belakang.
"Istriku, aku berterimakasih karena kau sudah melahirkan mereka dengan selamat. Meskipun kau yang jadi taruhannya."
Yunho mendadak sendu, mengingat istrinya Seo Ye ji. Yang meninggal tujuh belas tahun lalu saat melahirkan si kembar Lee Taeyang dan Lee Taeyong.
Lee Yunho adalah seorang duren tampan dengan segala kemapanannya, dia memiliki sepasang putra kembar bernama Lee Taeyang dan Lee Taeyong. Mereka memiliki kebiasaan dan hobi yang sangat bertolak belakang. Lee Taeyang sangat menyukai dunia modeling, pandai dalam akademik, dingin dan tidak tertarik sama sekali dengan dunia bisnis. Sedang adiknya Lee Taeyong lebih tertarik dengan bisnis, pecinta traveling, memiliki kemampuan yang sama pandainya dengan Taeyang, namun, dia memiliki pribadi yang hangat dan lebih tertutup daripada kakaknya yang merasa jika dirinya menjadi seorang model, dengan menunjukkan sisi good looking-nya akan lebih mudah mendapatkan hati siapapun.
Setelah memastikan kedua putranya memasuki gerbang sekolah, Yunho mulai memutar mobilnya dan segera pergi menuju perusahaan Flamingfood, tempatnya bekerja.
Sebuah perusahaan swasta yang di gawanginya bersama mendiang sang istri, Yunho belum menikah lagi karena sibuk bekerja dan merawat kedua putra kembarnya itu.
***
Yunho menghentikan mobilnya saat lampu lalulintas berwarna merah, beberapa detik kemudian handphonenya berdering.
"Halo nak, ada apa?"
"Selamat pagi, permisi. Apakah saya berbicara dengan orangtua dari Lee Taeyang?"
"Benar, saya papanya. Ini siapa? Mengapa handphone anak saya ada pada anda?"
"Tuan saya hanya ingin mengabarkan jika putra anda terkena bom molotov saat berada di kawasan demo."
"B-bom molotov?!"
"Benar tuan, tolong anda segera datang ke rumah sakit, keadaannya cukup mencengangkan."
"Ta-tapi..."
Tin... Tin... Tinnn... Tinnnn...
Yunho langsung terkejut karena di demo para pengguna jalan lain saat dia tidak kunjung berjalan saat lampu lalulintas berubah menjadi warna hijau.
Diantara bingung dan panik, namun Yunho langsung melajukan mobilnya begitu saja. Tanpa dia sadari jika lampu lalulintas sudah kembali berwarna merah.
Sontak saja, dari arah berlawanan sebuah mobil minibus dengan kencang melintas dan kecelakaan pun tidak terhindarkan.
Duarr!
"Astaga, mobil baruku?!"
"Nona maaf, maafkan aku. Aku tidak sengaja melakukannya, apa kau baik-baik saja?"
Yunho keluar dari mobilnya dengan darah yang perlahan mengucur dengan deras dari kepalanya, sepertinya dia sempat mengalami benturan yang cukup keras.
"Yunho Lee?"
"Yo-yoona?"
Yunho langsung jatuh pingsan, karena darah yang mengucur cukup banyak, sedang Yoona. Wanita yang ditabraknya itu pun ikut pingsan, mungkin karena melihat banyak darah.
Yunho dan Yoona, segera mendapatkan perawatan setelah dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Taeyang dan Taeyong yang mendengar kabar ini langsung pergi ke rumah sakit.
***
"Pa-papa..."
Taeyong menghentikan ucapannya dan mengurungkan niatnya untuk menyapa, dia hanya berdiri di pintu setelah melihat papanya dengan kepalanya yang di perban itu, tengah bercengkrama hangat dengan seorang wanita yang juga terbaring di ranjang yang tepat bersebelahan dengan ayahnya.
"Yoona aku pikir, aku sangat merindukanmu. Aku meminta maaf atas kesalahanku di masa lalu," Yunho.
"Aku juga merindukanmu Yunho, kita lupakan saja apa yang pernah terjadi di masa lalu," Yoona.
Yunho mengangguk, tersenyum.
Yunho dan Yoona mulai saling berpegangan tangan dan saling melempar senyum manis.
"Ekhem! Aku pikir papa sedang dirawat karena mengalami kecelakaan, tapi rupanya papa di sini sedang berkencan."
"Taeyang! Apa yang sedang kamu lakukan disini? Kamu baik-baik saja?"
"Rupanya kamu tadi sengaja mengerjai papa ya?!"
"Sorry pa, sorry... Taeyang hanya bercanda tadi, dan tidak bermaksud menyakiti papa kok."
"Taeyang, kamu memang..."
"Jadi ini putramu Yunho?"
"Ah, iya Yoona. Kau benar," Yunho lupa jika kini seseorang berada disampingnya.
"Tapi, bukankah kamu mengatakan jika mereka kembar? Dimana satunya?"
"Tadi Taeyong sudah masuk untuk melihat papa, tapi dia langsung kembali pergi keluar. Saat melihat papa berkencan disini."
"Taeyang! Jaga bicaramu, dia tante Yoona teman papa."
"Jadi, apa tante Yoona memiliki seorang putri?"
"Taeyang?!"
"Tante Yoona begitu cantik, pasti putrinya tidak kalah cantiknya."
Yunho melotot.
"Sudahlah Yunho, dia masih terlalu muda untuk memahami hal seperti ini."
"Hahaha, sudah aku duga. Tante Yoona pasti akan lebih bijaksana dari papa."
Yunho hanya mengerjapkan matanya dan mengusap wajahnya kasar.
"Taeyang kamu benar, tante memang memiliki seorang putri."
Seseorang mengintip dari sela pintu dan kemudian menerobos masuk.
"Mommy..." panggilnya.
"Nah, itu dia... Nana, masuk sayang."
Nana hanya mengangguk sambil beranjak masuk tanpa melihat, siapapun yang ada di dalam ruangan itu.
"Ini putri tante, namanya Kim Nana. Nana, perkenalkan ini putra teman mommy Lee Taeyang."
"Bukankah"Bukankah kau gadis kelas sepuluh itu?""K-kak Taeyang?"Taeyang dan Nana sebenarnya bersekolah di sekolah yang sama dan sudah lama saling curi-curi pandang, meskipun mereka berdua tidak pernah saling bertegur sapa. Dan baru kali ini mereka bisa bertemu dan dengan jarak sedekat ini.Taeyang dan Nana tanpa sadar saling tatap cukup lama tanpa mereka sadari, Nana memang terlalu cantik untuk dilewatkan, wajah ayunya itu memikat.Jantung N
Beberapa minggu kemudian, hari kelulusan Taeyang dan Taeyong.Taeyang terlihat kewalahan karena berada diantara para gadis yang hendak meminta foto ataupun tanda tangannya sebagai kenang-kenanganNana yang baru saja keluar dari kelas bahasa itu langsung duduk di bangku taman, sambil memperhatikan Taeyang yang berada di tengah para gadis yang menggilainya itu.'Asal kau tahu kak Taeyang, sebenarnya aku juga mau pergi dan memberikan ucapan selamat padamu.'Seakan-akan terpanggil, wajah Taeyang dengan tiba-tiba menatapnya dari kejauhan, sontak jantung Nana rasanya hendak mencelos begitu saja membuatnya mati kutu.Setelah menyadari tatapan Taeyang, Nana langsung memalingkan wajahnya dan segera pergi dari tempat itu.
"Kakak...!" Nana.Taeyong terkekeh."Duh kalian, udah akrab aja... Mommy seneng banget.""Benar, aku juga senang sayang. Mereka terlihat seperti saudara kandung."***"Papa, Mommy... Nana berangkat dulu ya...""Rajin banget sih sayang? Masih pagi banget ini.""Iya pa, Nana ingin cepet lulus kayak kakak.""Ikut kelas paralel aja Na.""Emang kalo ikut kelas paralel bisa lulus lebih cepet ya kak?"Taeyong mengangguk."Tapi tentu dengan beberapa syarat yang harus di lengkapi, termasuk test kemampuan akademik dan non akademik."Nana mengan
Nana menutupi wajahnya dengan kedua tangan, masih tidak percaya dengan apa yang dia alami beberapa saat yang lalu itu."Na, akan kakak hitung. Kalo sampai hitungan ke tiga kamu masih nggak keluar, kakak dobrak pintunya.""Satu... Dua... T..."Pintu kamar Nana terbuka."Kamu di panggil kok diam saja? Kamu nggak apa-apa kan?""Kakak?"Nana kembali merasa kebingungan ketika melihat pria yang ada di balik pintu itu adalah pria dengan wajah yang sama dengan pria yang dia temui di dalam kamarnya, namun dengan pakaian berbeda dan sesuatu yang berbeda."Iya, ini kakak. Katakan ada apa? Mengapa terlihat begitu kebingungan?"Nana teringat ucapan pria tadi yang dia temui di kamarnya, yang dengan tiba-tiba menanyakan siapa namanya."Siapa, namamu kak?"Nana bertanya dengan ragu-ragu.
Taeyang perlahan melingkarkan tangannya di pinggang Kim Nana.Glek!"Kak, hentikan...! Ja-jangan memelukku seperti ini, bagaimana jika ada yang melihatnya dan salah paham dengan kita?""Lalu, apa masalahnya?""Kak kita ini bersaudara, tolong hentikan. Bagaimanapun ini salah.""Aku... aku tidak peduli Na, Kim Nana aku mencintaimu."Nana kebingungan dengan ucapan Taeyang, namun dia juga tidak bisa melepaskan rangkulan Taeyang karena tubuhnya yang kecil."Kak, jangan..."Taeyang mulai meraba tubuh Nana dan membalikan tubuhnya menghadap Taeyang.Taeyang mulai melumat bibir Nana dengan kasar, sangat menuntut dan menginginkan balasan dari Nana.Ini k
'A-apa yang aku lakukan? A-ku menciumnya? Astaga! Apa yang aku lakukan?!' Taeyong merutuki apa yang dia lakukan tadi.'Tapi, aku tidak bohong. Jika aku senang setelah mencium Nana, Astaga... apa yang kau pikirkan Taeyong?'Taeyong mengacak-acak rambutnya'Ah, aku tidak jadi mengantuk...'Waktu menunjukan pukul delapan malam, semua orang sudah berada dalam kamar mereka masing-masing untuk beristirahat, kemudian secara tiba-tiba terjadi pemadaman listrik mendadak.Nana yang takut karena gelap, seketika menjerit ketakutan dan hendak berlari malah menabrak meja dan membuat vas bunga yang ada di meja kamar jatuh dan pecah.Cetiaarr!"Ada apa Na? Apa yang pecah? Apa kamu terluka?" Taeyang langsung datang setelah mendengar suara pecahan kaca.
Setelah sarapan, Nana segera berangkat pergi ke sekolah untuk ujian, Taeyong pergi ke kantor bersama Yunho, Taeyang siang ini ada pemotretan. Sedang Yoona di rumah.Hari ini adalah ujian akhir sekolah untuk Nana, karena Nana memang termasuk murid jenius dan juga karena bantuan Taeyang semalam membuat Nana tidak mengalami kesulitan sama sekali. Setiap siswa di berikan waktu seratus dua puluh menit menit, namun Nana mampu menyelesaikannya hanya dalam waktu enam puluh menit saja. Seraya menunggu teman-temannya selesai Nana menutup kertas ujiannya dan menghabiskan waktu dengan melamun.'Astaga, perasaan macam apa ini? Me-mengapa rasanya aku menginginkannya sekali lagi?''Andai, andai saja Taeyang bukan saudaraku, mungkin aku sudah menjadi pacarnya. Huaa... Kesal, kesal, kesal!"'Astaga, mengapa rasanya wajahnya selalu terngiang-ngiang di kepalaku...'Tanpa sadar waktu berjalan d
'Entahlah, perasaan apa ini. Tapi, aku rasa ini sungguh memalukan,' Nana.Taeyang segera berdiri dan menarik tangan Nana untuk membawanya naik ke lantai atas.Sampai di lantai atas, Nana hendak masuk ke dalam kamarnya, namun ditahan oleh Taeyang segera."Di sini kau bisa membuat semua orang terbangun karena suaramu, ikutlah denganku. Akan lebih aman di kamarku."Taeyang menuntun Nana menuju kamarnya yang berada diujung lorong yang memang didesain kedap suara.Nana merasa kesulitan untuk menolak ajakan Taeyang, terlebih lagi Taeyang sudah tahu jika Nana juga menyukainya."Kak, aku tidak tahu apa yang terjadi. Kau membuatku merasa nyaman didekatmu.""Tentu saja, itu keahlianku. Lagipula aku juga akan selalu berusaha membuatmu nyaman berada disampingku."Nana mengeratkan pelukannya di bahu Taeyang, meras