Share

DIAM-DIAM MULAI PERHATIAN

"Minggir, biar aku saja!"

Ketika para karyawan mendengar suara itu, mereka langsung menunduk dan bahkan tidak berani bernafas dengan keras. Semuanya diam di tempat dan seolah berubah menjadi patung.

Natasha yang masih pingsan di meja kerjanya langsung digendong Leon dan segera dibawa lari ke rumah sakit besar tak jauh dari kantor.

Yunka dan Mauren dengan perasaan takut memilih menyusulnya. Entah kenapa mereka berdua selalu merasa was-was ketika Natasha bersama Leon.

"Grant, cepatlah!" Leon berseru dengan panik begitu berhasil membawa Natasha ke mobilnya.

Kedua gadis itu tertinggal karena langkah Leon terlalu cepat.

**

Di rumah sakit, Natasha masih tak sadarkan diri meski dokter sudah selesai memeriksanya. Hal itu membuat Leon sangat cemas.

Meski ia selalu membuat Natasha kesal dan bersikap dingin padanya, Leon merasa tidak ada salahnya berusaha menjalin hubungan yang sebenarnya dengan Natasha. Meski pun ia tahu semuanya tidak akan mudah mengingat Natasha begitu membencinya sejak kejadian kemarin.

Untuk itu, Leon dengan sabar duduk di samping tempat tidur Natasha dan meminta Grant untuk menunda meetingnya.

Suara Leon yang keras saat berbicara pada Grant akhirnya membuat Natasha bangun.

Gadis itu mengerjapkan matanya dan melihat sekeliling, ia segera tahu kalau ada di rumah sakit.

"Di mana Yunka dan Mauren? Apakah hanya Leon yang membawaku ke sini?" pikir Natasha.

Leon yang sibuk menjelaskan detail pekerjaannya hari ini pada Grant, tak menyadari kalau Natasha ternyata sudah bangun.

Sebaliknya Grant yang menyadari hal itu dan ia berteriak senang, "Tuan Muda, Nona Natasha sudah siuman."

Leon menghentikan pembicaraannya dan tatapannya beralih ke arah Natasha. Meski dalam hatinya ia sangat senang, tapi kenyataannya bahkan tidak ada senyuman sedikitpun di wajah Leon.

"Kamu sangat merepotkanku hari ini." Leon berkata dengan dingin.

Natasha mendengus kesal dan tidak ingin berbicara apapun, percuma.

Kesal tidak mendapat jawaban apapun dari Natasha, Leon berbalik pergi dan berseru pada Grant, "Aku akan kembali ke kantor sekarang juga!"

"Tapi Tuan Muda, bagaimana dengan Nona?"

"Jaga dia!"

Grant diam-diam tersenyum senang karena menyadari tuan mudanya mulai jatuh cinta pada Natasha, jadi dia mengangguk dengan patuh.

Begitu Leon pergi, Natasha bertanya pada Grant dengan kesal, "Apa Tuan Mudamu tidak makan makanan seperti kita, Grant?"

"Maksud Nona?"

"Dia tidak seperti manusia, sangat tidak berperasaan."

Grant tertawa kecil dan mengubah topik lain. "Apa Nona ingin makan sesuatu?"

"Ya Grant, aku lupa sarapan tadi pagi dan aku juga tidak tidur semalam."

"Hmm pantas saja Nona pingsan. Aku akan segera kembali."

Natasha hanya mengangguk dan tidak mengatakan apapun lagi, suster datang untuk kembali memeriksa begitu Grant pergi.

Tak lama kemudian, Grant kembali dengan beberapa kantong makanan di kedua tangannya.

"Ya ampun, kenapa banyak banget?"

Grant hanya nyengir dan membantu Natasha mengeluarkan makanan dari kantong. Tentu saja semua makanan itu perintah Leon.

"Bagaimana keadaan Nona sekarang?" tanya Grant begitu Natasha selesai makan.

"Sudah lebih baik, apa aku bisa kembali sekarang?"

"Kembali ke kantor?"

"Menurutmu, Grant?" Natasha sangat kesal sehingga ia memutar matanya ke arahnya.

"Tapi Nona..."

"Hari ini ada meeting penting, aku rasa tidak akan terlambat jika aku kembali sekarang." Natasha menyela sambil melirik ke arah jam tangannya.

"Nona, tapi meetingnya diajukan, jadi sepertinya sudah selesai." Kata Grant beralasan.

"Sejak kapan Pak Leon menjadi tidak konsisten? Atau dia memang sengaja?"

Grant tidak berani memberitahu alasan dan dugaannya terhadap sikap Leon yang dilihatnya hari ini. Ia hanya meresponsnya dengan senyuman salah tingkah.

"Kalau begitu aku ingin pulang, tapi apa boleh sama Pak Leon? Tolong tanyakan Grant, aku malas berbicara dengannya."

Karena Natasha adalah calon istri Leon, maka Grant mengangguk patuh dan langsung melakukan apapun perintah Natasha.

"Diijinkan pulang tidak?" Natasha bertanya dengan putus asa, takut Leon begitu kejam dan menyuruhnya kembali ke kantor.

Grant mengangguk sebelum berkata, "Mari saya antar Nona pulang!"

Natasha sangat senang dan segera turun dari ranjangnya.

Tiba di rumahnya, Andin menatap putrinya dengan heran karena ia tahu ini masih jam kantor dan Natasha tidak pernah pulang sepagi ini untuk alasan apapun, apalagi diantar oleh Grant.

"Nat, kamu..."

Sebelum Andin menyelesaikan pertanyaannya, Grant lebih dulu menyela.

"Maaf Bu, Tuan Muda yang menyuruh Nona pulang karena tidak enak badan."

Senyum cerah seketika muncul di wajah Andin yang awet muda, "Tuan Mudamu memang sangat perhatian pada calon istrinya, Grant, kalau begitu terimakasih. Kamu hati-hati di jalan."

Natasha memutar matanya ke arah mamanya sebelum naik ke lantai atas menuju ke kamarnya.

Begitu Grant pergi, Andin segera menyusul Natasha ke kamar.

"Nat, Mama bilang tadi pagi juga apa? Tapi kamu ngeyel, hasilnya Leon begitu murah hati menyuruh kamu pulang kan? Dia itu tidak seburuk yang kamu pikir kok."

"Hmm, ya Ma. Aku mau istirahat dulu sekarang."

"Iya Sayang."

Andin kemudian pergi dari kamar Natasha, pada saat itu Natasha baru ingat kalau ponselnya masih ada di kantor. Jadi dia berjalan cepat keluar kamar mencari mamanya.

"Ma, aku boleh pinjam HP? Aku lupa kalau Hpku ketinggalan di kantor."

Andin tersenyum manis dan berkata, "Biar Mama saja yang telfon Leon untuk mengantarnya ke sini."

Natasha memberengut kesal, "Dia tidak mungkin mau Ma, dia sangat sibuk."

"Lihat saja nanti!" kata Andin menggoda Natasha.

Natasha mengabaikan mamanya dan kembali ke kamar untuk istirahat. Sore harinya, pintu kamar Natasha diketuk dengan gaya tangan yang terdengar asing, tapi sangat mengganggu.

"Sebentar Ma!" teriak Natasha.

Begitu pintu terbuka, Natasha sangat terkejut sampai ia ingin menutup pintu kamar itu kembali, tapi mana mungkin berani? Sementara orang yang begitu ia benci berdiri di depan pintunya tanpa ekspresi.

"Gak bisa gitu Hpnya dikasihkan ke Mama aja? Lama-lama kamu modus deketin aku!" Natasha mengomel seperti orang gila sambil menarik kasar ponselnya dari tangan Leon.

"Berisik!"

Hanya satu kata yang keluar dari mulut Leon, tapi membuat hati Natasha bertambah jengkel, alhasil dia mengulurkan tangannya untuk menutup pintu kamarnya kembali, namun dengan cepat Leon menghentikannya.

Ia mencondongkan tubuhnya sehingga wajah mereka sangat dekat, Natasha tiba-tiba gemetar ketakutan.

"A-apa yang akan kamu lakukan?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status