Setengah jam kemudian.Natasha yang awalnya sibuk bermain ponsel di sofa single tiba-tiba merasakan tubuhnya memanas.Merasakan keanehan di tubuhnya, ia tiba-tiba teringat perubahan emosi Leon yang begitu cepat dan ia menggeram marah.“Leon, jangan bilang kamu membubuhi obat di minuman dan makananku?”Leon terlihat tenang dan tidak mengatakan apapun, ia tidak menyangkalnya ataupun membenarkannya. Ia mengerutkan bibirnya dengan tipis dan kemudian perlahan membuka kancing piyamanya satu per satu sambil berjalan mendekati Natasha.Natasha tentu saja ingin memberontak saat wajah Leon sudah benar-benar sangat dekat dan hendak menciumnya, tapi ia tidak bisa menolak kebutuhan badannya, jadi ia pasrah dalam ciuman Leon.Pada saat itu suasana kamar berubah menjadi hangat dan romantis.Pagi harinya, Natasha membuka matanya yang kabur, wajah cantiknya memancarkan pesona yang luar biasa. Saat ia mencoba duduk, ia merasakan sekujur tubuhnya terasa sakit, apalagi bagian paling intimnya. Nata
Leon berdecak kesal menatap Natasha yang enggan masuk ke villanya, jadi dia terpaksa menggendongnya. Natasha tak kalah kesalnya jadi dia memukul punggung Leon dengan sekuat tenaganya.Leon meringis kesakitan, tapi dia mengabaikannya. Ia terus menggendongnya dengan santai dan menyapa para pelayan yang menyambutnya dan kemudian masuk private lift menuju kamarnya di lantai tiga.Natasha yang awalnya menolak akhirnya pasrah dalam gendongan Leon. Leon menyeringai senang dan begitu pintu lift terbuka, ia dengan anggun melangkah masuk ke kamar. Leon meletakkan Natasha di kasur dengan pelan dan membuat Natasha begitu canggung, meski ia sudah melewati malam romantis bersama Leon semalam, tapi tetap saja ia tidak bisa tidak canggung padanya. Bagaimanapun awalnya hubungan mereka adalah karyawan dan bos, tapi sekarang berubah menjadi suami istri. Natasha merasa geli sendiri dalam pemikiran itu."Istirahatlah, aku akan menagih hakku lagi nanti malam," Leon berkata dengan senyum tipisnya yang terl
Natasha memejamkan matanya dengan putus asa saat tangan Leon mengelus pundaknya. Sentuhan itu sangat lembut dan penuh cinta, membuat Natasha semakin merinding, ia bisa merasakan kalau Leon sepertinya diam-diam telah mencintainya sejak mereka berbagi malam bersama kemarin, tapi Natasha tidak bisa mencintainya, apalagi ia teringat mimpinya kalau Keenan masih mencintainya. Pada pemikiran itu, ia menolak Leon dengan halus. Dia mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Leon yang mengelus pundaknya dan ia berbalik lalu tersenyum."Jangan sekarang Leon! aku sangat lapar dan membutuhkan asupan."Leon tersenyum segaris tipis dan ia mengangguk, ia melepas tangannya dan membiarkan Natasha berganti baju."Aku tunggu di bawah."Natasha buru-buru mengangguk dan ia menghela nafas lega. Setelahnya ia berlari ke walk in closet dan berpakaian lengkap.Di ruang makan, Leon duduk elegan dengan setelan jas hitamnya. Ia terlihat sangat tampan dan sempurna. Natasha menatapnya kagum hingga tanpa ked
Natasha menghela nafas tanpa daya dan ia menatap punggung Leon putus asa, harusnya ia bisa menyinkronkan mulut dan pikirannya saat berbicara dengan Leon karena ia tahu ia tidak akan bisa menarik kembali ucapannya. Ah!Kaki Natasha terasa lemah sekarang seolah ia tidak bisa menopang berat tubuhnya sendiri."Ya Tuhan, kenapa aku ditakdirkan hidup bersama orang seperti Leon? Apa salahku Tuhan?" batin Natasha menjerit.Kepalanya mendongak ke langit-lagit dan memejamkan mata dengan putus asa, pada saat itu air mata berderai pelan membasahi pipinya. Natasha tersiksa dengan kehidupannya saat ini, pada pemikiran itu ia jadi ingin sekali kabur dan menemui Keenan.Ya, biasanya hanya Keenan yang bisa menghangatkan hatinya.Keenan, Keenan dan Keenan. Tiba-tiba saja pikiran Natasha seperti dipenuhi oleh Keenan, ia benar-benar sangat merindukannya hingga membuat dada Natasha begitu sesak karena terisak. Segala kenangan bersama Keenan benar-benar mengganggunya malam ini.Natasha menarik na
“Maksudnya, asam lambungku sedikit kambuh pagi ini.” Jawab Natasha.“Kalau begitu segera minum obat dan sarapan, aku tidak mau honeymoon kita gagal.”“Ya, aku akan mandi dulu.”Leon geleng-geleng kepala dengan tingkah absurd istrinya, dia keluar dari kamar dan membiarkan Natasha bersiap-siap.Begitu selesai mandi, Natasha buru-buru masuk ke dalam walk in closet sebelum memilih pakaian terbaik yang ada di sana.Walaupun menurutnya semua baju branded yang ada disana sangat bagus, namun dengan selera Leon yang begitu tinggi dalam hal apapun, dia harus bisa menandinginya.Tak lama kemudian, Natasha keluar dengan setelan berwarna putih dari brand Dinor yang serasi dengan pilihan outfit kasual warna abu-abu dan hitam pilihan Leon saat ini.Natasha tertegun sejenak dan tak memungkiri kalau ketampanan suaminya memang luar biasa."Ayo pergi sekarang!" suara khas Leon membuyarkan lamunannya."Tapi aku belum memasukkan semua barangku." Balas Natasha sambil mengelap bibirnya dengan tisue
Dua bulan kemudian...Huek huek.Natasha yang baru saja merias wajahnya bersiap ke kantor, buru-buru ke kamar mandi dan muntah.Leon yang baru saja masuk kamar untuk mengajak Natasha sarapan, mengerutkan keningnya dan segera menyusulnya ke kamar mandi. Melihat Natasha seperti itu, Leon khawatir dan memijat punggungnya. Natasha memejamkan matanya sambil memegangi perutnya, dia belum sarapan, tapi perutnya sangat mual."Bagaimana kalau aku hamil?" keluh Natasha dalam hati.Dia sangat lemah sekarang sampai tidak bisa menahan beban tubuhnya sendiri. Leon langsung menggendongnya dan membawa Natasha kembali ke kamar.Natasha pasrah dan ia merasa linglung, pikirannya sibuk mengingat kembali kapan terakhir dia menstruasi, dan dia mendengus kesal saat sudah tahu jawabannya. "Aku akan meminta Grant memanggil dokter untukmu," Leon berkata dengan sangat lembut sambil mengelus puncak kepala NatashaNatasha hanya mengatupkan bibirnya dan diam, sementara wajahnya memucat dan lapisan kab
"Oh ya, Mama bawakan teh jahe hangat, dulu Mama selalu minum ini untuk mengatasi morning sickness saat hamil kamu dulu, ayo diminum Sayang."Natasha yang merasa tenggorokannya kering karena tidak bisa menerima apapun, akhirnya tertarik dengan teh jahe buatan Mamanya, jadi dia berusaha bangun dibantu oleh mamanya dan meminum teh jahe itu. "Gimana?"Natasha mengangguk dan ia mengusap sudut bibirnya, "Setidaknya enggak mual lagi Ma.""Baguslah!"Andin tersenyum cerah dan mengusap lembut pipi Natasha. "Kamu tahu? Mama dan Papa sangat senang mendengarnya. Tuhan benar-benar baik pada keluarga kita."Natasha hanya tersenyum segaris tipis, ia hendak mengutarakan pertanyaannya tapi ia tidak tega mematahkan hati mamanya. Lagipula sepertinya mamanya tidak tahu soal surat perjanjian itu."Iya Ma, lalu bagaimana dengan kasus Papa?""Leon benar-benar menepati janjinya Sayang, Papa baik-baik saja juga perusahaan kita aman."Natasha menghela nafas lega dan berkata, "Syukurlah kalau begitu
"Soal itu bisa kita pikirkan lagi nanti, yang penting kamu dan janinmu harus selalu sehat okey."Kata-kata Yunka menghangatkan Natasha hingga ke lubuk hatinya, jadi dia menyeka air matanya dan tersenyum lembut. Namun pada saat itu Leon membuka pintu kamar dan memergoki Natasha. "Kamu menghubungi siapa?" tanyanya dengan tatapan sedingin es.“Yunka dan Mauren, kamu cemburu juga sama mereka?” kesal Natasha. Leon hanya bergumam pendek dan menatapnya tidak senang, setelahnya ia duduk di samping Natasha lalu menyuapinya.“Makanlah! Aku membuatkan sup ayam untukmu.”Sup ayam buatan Leon begitu harum dan menggugah indra penciuman Natasha, membuatnya bersemangat untuk makan, terlebih lagi sedari tadi ia tidak bisa menelan apapun, jadi ia merampas sup ayam dari tangan Leon dan memakannya sendiri dengan lahap.Leon tersenyum tipis dan dalam hati ia merasa senang. “Supnya sangat enak, jangan-jangan ini buatan Bibi Jossy.”“Periksa CCTV dapur kalau kamu tidak percaya.”Natasha terse