Natasha memejamkan matanya dengan putus asa saat tangan Leon mengelus pundaknya. Sentuhan itu sangat lembut dan penuh cinta, membuat Natasha semakin merinding, ia bisa merasakan kalau Leon sepertinya diam-diam telah mencintainya sejak mereka berbagi malam bersama kemarin, tapi Natasha tidak bisa mencintainya, apalagi ia teringat mimpinya kalau Keenan masih mencintainya. Pada pemikiran itu, ia menolak Leon dengan halus. Dia mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Leon yang mengelus pundaknya dan ia berbalik lalu tersenyum."Jangan sekarang Leon! aku sangat lapar dan membutuhkan asupan."Leon tersenyum segaris tipis dan ia mengangguk, ia melepas tangannya dan membiarkan Natasha berganti baju."Aku tunggu di bawah."Natasha buru-buru mengangguk dan ia menghela nafas lega. Setelahnya ia berlari ke walk in closet dan berpakaian lengkap.Di ruang makan, Leon duduk elegan dengan setelan jas hitamnya. Ia terlihat sangat tampan dan sempurna. Natasha menatapnya kagum hingga tanpa ked
Natasha menghela nafas tanpa daya dan ia menatap punggung Leon putus asa, harusnya ia bisa menyinkronkan mulut dan pikirannya saat berbicara dengan Leon karena ia tahu ia tidak akan bisa menarik kembali ucapannya. Ah!Kaki Natasha terasa lemah sekarang seolah ia tidak bisa menopang berat tubuhnya sendiri."Ya Tuhan, kenapa aku ditakdirkan hidup bersama orang seperti Leon? Apa salahku Tuhan?" batin Natasha menjerit.Kepalanya mendongak ke langit-lagit dan memejamkan mata dengan putus asa, pada saat itu air mata berderai pelan membasahi pipinya. Natasha tersiksa dengan kehidupannya saat ini, pada pemikiran itu ia jadi ingin sekali kabur dan menemui Keenan.Ya, biasanya hanya Keenan yang bisa menghangatkan hatinya.Keenan, Keenan dan Keenan. Tiba-tiba saja pikiran Natasha seperti dipenuhi oleh Keenan, ia benar-benar sangat merindukannya hingga membuat dada Natasha begitu sesak karena terisak. Segala kenangan bersama Keenan benar-benar mengganggunya malam ini.Natasha menarik na
“Maksudnya, asam lambungku sedikit kambuh pagi ini.” Jawab Natasha.“Kalau begitu segera minum obat dan sarapan, aku tidak mau honeymoon kita gagal.”“Ya, aku akan mandi dulu.”Leon geleng-geleng kepala dengan tingkah absurd istrinya, dia keluar dari kamar dan membiarkan Natasha bersiap-siap.Begitu selesai mandi, Natasha buru-buru masuk ke dalam walk in closet sebelum memilih pakaian terbaik yang ada di sana.Walaupun menurutnya semua baju branded yang ada disana sangat bagus, namun dengan selera Leon yang begitu tinggi dalam hal apapun, dia harus bisa menandinginya.Tak lama kemudian, Natasha keluar dengan setelan berwarna putih dari brand Dinor yang serasi dengan pilihan outfit kasual warna abu-abu dan hitam pilihan Leon saat ini.Natasha tertegun sejenak dan tak memungkiri kalau ketampanan suaminya memang luar biasa."Ayo pergi sekarang!" suara khas Leon membuyarkan lamunannya."Tapi aku belum memasukkan semua barangku." Balas Natasha sambil mengelap bibirnya dengan tisue
Dua bulan kemudian...Huek huek.Natasha yang baru saja merias wajahnya bersiap ke kantor, buru-buru ke kamar mandi dan muntah.Leon yang baru saja masuk kamar untuk mengajak Natasha sarapan, mengerutkan keningnya dan segera menyusulnya ke kamar mandi. Melihat Natasha seperti itu, Leon khawatir dan memijat punggungnya. Natasha memejamkan matanya sambil memegangi perutnya, dia belum sarapan, tapi perutnya sangat mual."Bagaimana kalau aku hamil?" keluh Natasha dalam hati.Dia sangat lemah sekarang sampai tidak bisa menahan beban tubuhnya sendiri. Leon langsung menggendongnya dan membawa Natasha kembali ke kamar.Natasha pasrah dan ia merasa linglung, pikirannya sibuk mengingat kembali kapan terakhir dia menstruasi, dan dia mendengus kesal saat sudah tahu jawabannya. "Aku akan meminta Grant memanggil dokter untukmu," Leon berkata dengan sangat lembut sambil mengelus puncak kepala NatashaNatasha hanya mengatupkan bibirnya dan diam, sementara wajahnya memucat dan lapisan kab
"Oh ya, Mama bawakan teh jahe hangat, dulu Mama selalu minum ini untuk mengatasi morning sickness saat hamil kamu dulu, ayo diminum Sayang."Natasha yang merasa tenggorokannya kering karena tidak bisa menerima apapun, akhirnya tertarik dengan teh jahe buatan Mamanya, jadi dia berusaha bangun dibantu oleh mamanya dan meminum teh jahe itu. "Gimana?"Natasha mengangguk dan ia mengusap sudut bibirnya, "Setidaknya enggak mual lagi Ma.""Baguslah!"Andin tersenyum cerah dan mengusap lembut pipi Natasha. "Kamu tahu? Mama dan Papa sangat senang mendengarnya. Tuhan benar-benar baik pada keluarga kita."Natasha hanya tersenyum segaris tipis, ia hendak mengutarakan pertanyaannya tapi ia tidak tega mematahkan hati mamanya. Lagipula sepertinya mamanya tidak tahu soal surat perjanjian itu."Iya Ma, lalu bagaimana dengan kasus Papa?""Leon benar-benar menepati janjinya Sayang, Papa baik-baik saja juga perusahaan kita aman."Natasha menghela nafas lega dan berkata, "Syukurlah kalau begitu
"Soal itu bisa kita pikirkan lagi nanti, yang penting kamu dan janinmu harus selalu sehat okey."Kata-kata Yunka menghangatkan Natasha hingga ke lubuk hatinya, jadi dia menyeka air matanya dan tersenyum lembut. Namun pada saat itu Leon membuka pintu kamar dan memergoki Natasha. "Kamu menghubungi siapa?" tanyanya dengan tatapan sedingin es.“Yunka dan Mauren, kamu cemburu juga sama mereka?” kesal Natasha. Leon hanya bergumam pendek dan menatapnya tidak senang, setelahnya ia duduk di samping Natasha lalu menyuapinya.“Makanlah! Aku membuatkan sup ayam untukmu.”Sup ayam buatan Leon begitu harum dan menggugah indra penciuman Natasha, membuatnya bersemangat untuk makan, terlebih lagi sedari tadi ia tidak bisa menelan apapun, jadi ia merampas sup ayam dari tangan Leon dan memakannya sendiri dengan lahap.Leon tersenyum tipis dan dalam hati ia merasa senang. “Supnya sangat enak, jangan-jangan ini buatan Bibi Jossy.”“Periksa CCTV dapur kalau kamu tidak percaya.”Natasha terse
Natasha mengggit bibirnya dan kilatan permusuhan langsung tersebar di matanya untuk Angeline, sementara Angeline dia tersenyum puas karena merasa berhasil mempermalukan Natasha di depan Leon, tapi Leon justru membela Natasha."Kado yang dibawa Natasha akan segera dibawa Grant untukmu."Natasha mengerutkan keningnya dan menatap Leon tak percaya, dia baru saja ingin meminta penjelasan Leon saat Grant datang dan membawa set perhiasan dari brand ternama Perancis.Natasha membelalak tak percaya, begitu juga Angeline."Bagaimana Angel? Apa kamu juga suka kado dari Natasha?" suara Leon menyadarkan Angel dan ia mengangguk dengan antusias.Bagaimana tidak, set perhiasan yang dihiasi tataan berlian itu tampak sangat indah dan elegan, apalagi itu dari brand Royal Jewel yang merupakan brand berkelas termewah yang ada di dunia."Tapi... aku rasa ini tidak mungkin dari dia, ini pasti darimu juga kan Kak?"Sebelum Leon menjawabnya, Natasha angkat bicara."Kenapa tidak? Aku bekerja di Sagara
Duduk di kursi penumpang, Natasha memberengut kesal, dia menyilangkan tangannya di dada dan mengerucutkan bibirnya. Leon membuka pintu mobil dan ikut duduk si samping Natasha. "Ada apa dengan perutmu?""Sedikit kram," kilahnya asal-asalan."Kram? Leon menatap Natasha penuh khawatiran yang luar biasa dan dia tiba-tiba merasa marah."Kenapa tidak memintaku membawamu ke rumah sakit? Ini anak pertamaku dan aku tidak mau dia kenapa-kenapa," tambahnya.Natasha memutar matanya ke arahnya dan dia dengan kesal berkata, "Aku hanya ingin segera istirahat di kamarku."Leon menyipitkan matanya dan dia menatap Natasha dingin, "Jangan kamu abaikan keselamatannya, Natasha."Sebelum Natasha berkata sesuatu, Leon memerintahkan Grant, "Kita ke rumah sakit sekarang Grant.""Baik Tuan."Natasha menoleh ke arah Leon dan menatapnya dengan tatapan menghina. Grant yang segera tahu perang dingin di antara kedua majikannya langsung berinisiatif mengaktifkan pembatas. Begitu pembatas diaktifkan, Leon menggese