"Keluarga pemilik NinatyLux?"Lagi-lagi Ardi tertawa renyah, membuat tangan besar Bisma terkepal dengan erat. Andai saja tak mengingat di mana tempatnya berada saat ini, pasti sudah sedari tadi CEO NinatyLux tersebut melayangkan sebuah pukulan keras di wajah menyebalkan yang ada di hadapannya."Aku sama sekali tidak tahu rencananya pada keluarga pemilik NinatyLux! Yang aku kenal darinya hanyalah uang! Jadi kalau kau ingin bekerja sama dengannya untuk mengambil keuntungan juga, mungkin aku akan dengan senang hati memperkenalkannya padamu!""Sialan! Sepertinya berlama-lama di sini membuat otakmu semakin tumpul!" Bisma semakin menggeram dengan rahangnya yang kian mengeras.Bagaimana bisa Ardi malah mengajaknya untuk bekerja sama? Mati-matian dirinya berusaha membersihkan NinatyLux dari berbagai macam cara kotor yang ada di sana, tetapi kini malah dengan santainya pria itu mengajaknya untuk melakukan kecurangan juga.Dengan sebisa mungkin Bisma berusaha mengontrol emosi. Apalagi saat ini
"Ah! Sial! Ini juga terkunci!"Sebuah helaan napas yang cukup kasar terdengar setelahnya. Wanita yang baru saja didandani dengan begitu rapi itu terlihat sudah tak betah lagi dengan semua yang ada di sekelilingnya. Berkali-kali dirinya mencoba membuka satu-satunya jalan keluar yang bisa disentuhnya, tetapi sayang semua usahanya berakhir gagal begitu saja."Apa yang sedang kau lakukan di sana, Bella? Apa kau ingin melihat sisi lain diriku?" tanya seseorang yang tiba-tiba mendekat dengan seutas senyum tipis di wajahnya."Sisi lain mana lagi yang ingin kau tunjukkan padaku? Hah?! Aku sudah melihat semuanya! Mulai dari sikapmu yang sok perhatian padaku sampai menjadi orang gila seperti saat ini!"Bella kembali mendengkus dengan menatap tajam pria di belakangnya. Ia tak peduli dengan aura seram yang amat mematikan dari sorot mata pria tersebut. Yang dipikirkannya saat ini hanyalah cara untuk kabur karena dirinya tak bisa lagi terus menghilang tanpa kabar seperti ini.Sudah berapa lama diri
"Bisma? Ah, ternyata kau sudah datang?"Pertanyaan Adelia seketika teralihkan karena kedatangan Oma Nora yang sudah nampak lebih rapi dari kamarnya. Dengan dituntun oleh seorang pembantu yang tadi sempat mengkhawatirkan kondisi Adelia, wanita itu datang menghampiri dua anak muda yang sedang berbincang santai di ruang tamunya."Kebetulan aku baru saja datang, Oma." Bisma langsung bangkit dan mempersilakan wanita paruh baya tersebut untuk duduk terlebih dahulu."Bagaimana keadaan Oma hari ini? Lebih baik?" lanjutnya berusaha menghidupkan kembali suasana."Ya, seperti yang kau lihat saat ini. Omong-omong kau cepat sekali menjemput Adelia, Bisma? Apa kau sudah sangat tidak sabar menemuinya?""Ah ... Sebenarnya itu sedikit benar, Oma. Tapi sebenarnya alasan kedatanganku lebih awal ke sini karena ingin menghindari macet juga, aku tidak mau datang terlambat ke kantor nanti," ucap pria di samping Adelia tersebut dengan sedikit tersenyum dan meraih tangan Adelia sesaat."Ya, dari dulu kau mema
["Maaf, Tuan. Untuk lebih jelasnya saya belum tahu. Saat ini saya sedang berada dalam perjalanan ke sana. Saya ingin meminta penjelasan pihak kepolisian dan juga melihat keadaan sekitar untuk memastikan semuanya terlebih dahulu."]"Ya! Kau memang harus memastikan semuanya lebih dulu! Sampaikan pada mereka agar segera melakukan pencarian! Aku tidak mau pria licik itu bebas berkeliaran di luar sana tanpa mempertanggungjawabkan semua kelakuan buruknya!"["Baik, Tuan. Saya akan mengabarkan informasi selanjutnya nanti."]Bisma mengangguk seraya mematikan panggilan ponselnya. Ia taruh begitu saja benda pipih tersebut di atas meja seiring dengan napasnya yang sedikit memberat, sebelum akhirnya memilih bersandar di sandaran kursi dengan kedua netranya yang mengarah ke langit-langit.Ah, masalah apa lagi yang datang kali ini? Bisma sangat tidak menyangka Ardi bisa kabur dari penjara dengan begitu mulus, apalagi semalam dirinya masih sempat bertemu langsung dengan pria yang sudah menghancurkan
"Ah, maaf. Kau jadi terkejut karena ku?"Agler segera menunduk hendak mengambil beberapa barang-barang Adelia yang berserakan di dekatnya. Namun sebelum itu, Adelia dengan lebih cepat lagi bergerak lebih dulu merapikan semua barangnya sendiri dan memasukkannya dengan asal ke dalam tas kecilnya."Tidak apa-apa, Agler. Ini bukan salahmu, aku hanya kurang memegangnya dengan erat tadi." Adelia berbicara seraya mengulas senyumnya sesaat. Beruntung semua obat dan vitaminnya tak sempat dilihat dengan jelas oleh cucu Tuan Brata tersebut."Ya, tetap saja aku merasa bersalah karena sudah membuat barang-barangmu terjatuh." "Kakimu terluka?" Agler menunjuk ke salah satu kaki Adelia yang dibalut perban setelahnya."Ah, ini ... Ini bukan apa-apa, Agler. Hanya luka biasa yang tidak sengaja kubuat tadi pagi, tapi Bisma sudah mengobatinya.""Jadi kalian berdua tinggal bersama lagi?""Tidak, bukan seperti itu. Kebetulan tadi Bisma datang menjemputku lebih awal di rumah Oma." Adelia sedikit membulatkan
"Apa? Maaf, maksudku kau memintaku untuk menemanimu mencari cendera mata?" Adelia bertanya dengan raut terkejut hingga tak menyadari kehadiran Bisma yang baru saja keluar dari ruangannya."Ya, Adelia. Aku rasa kau memiliki selera yang cukup bagus.""Ah, kau sepertinya terlalu berlebihan. Aku—""Calon klien ku ini adalah seorang perempuan dari luar negeri, Adelia. Sepertinya usianya tidak jauh berbeda darimu, jadi aku tidak begitu mengetahui hal-hal yang dapat membuatnya tertarik untuk kembali lagi ke sini nanti.""Tapi ....""Ayolah, Adelia. Aku sangat membutuhkan bantuanmu. Kau bebas membeli apa pun nanti sebagai hadiah dariku, jadi kau mau 'kan?"Agler sekali lagi menekankan pertanyaannya. Ia ingin mendapatkan kepastian dengan segera, apalagi saat ini dirinya menyadari tatapan penuh tanda tanya Bisma dari kejauhan sana.Satu sudut bibir tipisnya sedikit terangkat saat kedua netranya mendapati tangan pria itu yang mengepal erat. Sebenarnya ini yang ingin dilakukannya sejak bertemu de
Bisma terdiam mengamati ekspresi wajah lawan bicaranya sesaat. Kedua manik mata cokelat terang milik Agler terlihat sempat membulat, sebelum akhirnya pria itu menoleh sejenak ke arah samping untuk memutuskan tatapannya."Kenapa diam, Tuan Agler? Apa sangat sulit sekali menjawab pertanyaan saya?" tanya CEO NinatyLux tersebut kembali dengan sorot matanya yang kian menajam penuh menyelidik."Ah, sebenarnya ... Sebenarnya saya seperti ini karena hanya tidak menyangka saja dengan pertanyaan Anda, Tuan Bisma. Saya sendiri bahkan hampir tidak mengingat bahwa ada keluarga lain selain dari kakek saya.""Maksud Anda, Anda tidak pernah berhubungan dengannya lagi?" tanya Bisma kembali untuk memperjelas."Ya, orang itu memang sudah lama bukan menjadi bagian keluarga kakek saya lagi. Saya sama sekali tidak pernah mendengar kabarnya kembali semenjak semua kekacauan yang pernah dia buat, sampai akhirnya keluarga saya bisa berhasil bangkit kembali seperti saat ini!"Agler menutup pembicaraan dengan me
Adelia menatap sekali lagi wajah tampan Bisma dan menelitinya lebih dalam. Ada rasa yang mendadak berkecamuk di dalam hatinya saat ini. Perasaan ragu dengan mudahnya memimpin, hingga membuatnya berkali-kali menghirup pasokan oksigen yang lebih guna menetapkan keyakinan."Apa yang ingin kau katakan, Sayang? Katakan saja padaku." Bisma kembali berbicara dengan satu tangannya yang bergerak mengusap lembut ujung kepala Adelia.Dengan sekali lagi menarik napasnya, Adelia kembali menghadap sepenuhnya ke arah pria yang ada di sampingnya. Sesekali hati kecilnya memanjatkan doa, agar niatnya berkata jujur detik ini tak membawa dampak buruk ke depannya nanti."Aku ... Aku sebenarnya ingin mengatakan sesuatu padamu," ucap Adelia semakin berusaha memberanikan diri."Ya? Apa, Sayang? Katakanlah dan jangan merasa takut padaku." Lagi-lagi Bisma membalasnya dengan lembut meski tadi emosinya sempat meluap karena kemacetan jalanan."Sebenarnya aku ...."Tinnn!Belum selesai Adelia berbicara tiba-tiba s