Rencana Hans berjalan lancar. Yang lainnya juga sangat pandai menilai situasinya dan langsung membiarkan Hans untuk menggunakan ruangan itu. Audrey merasa makin terkejut saat melihat orang-orang itu pergi. Dia tidak menyangka mereka berani melakukan hal segila ini."Pak Hans, maaf. Aku baru bekerja di perusahaan itu hari ini. Aku nggak tahu apa pun tentang transaksi kalian, tolong lepaskan aku."Perkataan Audrey bukan hanya tidak membuat Hans melepaskannya, malah membangkitkan semangatnya. "Cantik, kamu adalah hadiah yang mereka kirimkan khusus untukku. Mana mungkin aku membiarkanmu pergi? Patuhlah padaku, aku jamin kamu akan hidup mewah kelak."Hans segera mendekat dan ingin mencium bibir Audrey. Kedua tangannya juga sibuk merabanya dan ingin membuka pakaian Audrey.Audrey langsung merasa semuanya menjadi gelap. Pikirannya seakan-akan kembali ke hari itu saat dia dijebak oleh Vivi. Pakaiannya dirobek oleh sekumpulan orang itu dan dipermalukan. Memikirkan adegan itu, emosinya langsung
Awalnya, Hans ingin marah karena mendengar ada seseorang yang berani menghentikannya. Namun, dia langsung menenangkan dirinya begitu melihat pria yang berbicara itu adalah Zayden. Hans juga termasuk tokoh terkenal di Slastin, tetapi dia tidak bisa menandingi reputasi Keluarga Moore. Sikapnya langsung berubah menjadi waspada dan rendah hati karena takut membuat pria di hadapannya itu marah."Tuan Zayden, kebetulan sekali Anda juga datang ke sini untuk makan. Saya tidak ada urusan apa-apa. Hanya saja wanita ini mengambil uang saya, tapi tidak ingin bekerja sama. Dia ingin kabur, jadi saya hanya ingin memberinya pelajaran saja."Hans adalah orang yang cukup berpengalaman. Dia langsung melemparkan semua kesalahan kepada Audrey. Masalah seperti ini tidak jarang terjadi, biasanya Zayden tidak akan repot-repot mengurus hal sepele seperti ini.Menghadapi tuduhan dari Hans, Audrey mengepalkan tinjunya dengan erat. Namun, tangannya sama sekali tidak merasa sakit. Audrey merasa prasangka Hans aka
"Kukira kamu bakal sehebat apa setelah bercerai, ternyata malah terpuruk seperti ini," kata Zayden dengan nada meremehkan.Audrey tidak merasa terkejut dengan sindiran Zayden. Bagaimanapun juga, jika dia berada di posisi pria ini, Audrey juga akan merasa sangat senang melihat wanita yang bersikeras meninggalkannya malah hidup menderita seperti ini. Hanya saja, hatinya tetap merasa sakit.Namun, Audrey tetap mempertahankan ekspresinya yang cuek. Dia tidak ingin memperlihatkan kelemahannya. "Tuan Zayden, kamu senggang sekali, ya? Kalau kamu nggak kenal dengan wanita rendahan sepertiku ini, kenapa masih nggak melepaskanku dan malah bersikap menyebalkan seperti ini?"Mendengar penolakan tegas dari Audrey, Zayden merasa amarah di hatinya mulai meledak. Wanita ini selalu saja bersikap seperti ini saat berhadapan dengannya. Jika bukan karena Zayden tidak sengaja mendengar suara yang familier tadi dan datang untuk memeriksanya, mungkin Audrey sudah jatuh di tangan pria tua itu. Namun, Audrey b
Ciuman Zayden ini sangat kuat. Audrey bahkan tidak merasa ini adalah sebuah ciuman. Inni lebih seperti Zayden yang ingin melahapnya hidup-hidup. Seiring dengan rasa sakit di bibirnya, Audrey juga mencium anyir darah. Namun, Zayden tidak menyadari hal itu. Dia menahan kaki dan tangan Audrey agar tidak bisa melawan dan mencium Audrey dengan makin ganas.Entah sudah berapa lama waktu berlalu, hingga Audrey tidak bisa merasakan bibirnya lagi, Zayden baru melepaskannya. Zayden menundukkan pandangannya dan melihat bibir Audrey yang terluka karena ciumannya tadi. Bibir yang merah karena berdarah itu terlihat begitu menggoda. Namun, tidak terlihat perasaan apa pun di tatapan Audrey dan ekspresinya juga sama sekali tidak terlihat lembut."Zayden, kamu begitu meremehkanku, tapi tetap saja mau menyentuhku. Kamu kepribadian ganda, ya?" Rasa sakit di bibir dan sikap Zayden yang angkuh membuat Audrey tidak tahan dan melawan Zayden.Ekspresi Zayden menjadi dingin dan tiba-tiba merasa tindakannya mema
"Dibawa pergi oleh Zayden? Mana mungkin? Pak Hans, dengarkan penjelasanku ...." Mendengar perkataan Hans, Maria buru-buru ingin mengatakan sesuatu untuk membujuknya. Namun, Hans malah sama sekali tidak memedulikannya.Hans memang sangat genit, tetapi dia lebih menghargai nyawanya. Dia tidak akan mengorbankan perusahaannya demi seorang wanita. Saat memikirkan kejadian itu, dia merasa makin marah. "Kamu juga nggak perlu membahas kerja sama denganku lagi kelak. Aku akan kerja sama dengan perusahaan lain, nggak akan kerja sama dengan perusahaan kalian lagi."Usai bicara, Hans langsung menutup teleponnya.Maria merasa sangat marah. Dia terduduk di ranjangnya dan bahkan tidak menyadari masker wajahnya yang masih basah menetes ke tubuhnya. Dia segera menelepon Yasmin. Waktu itu, Yasmin yang sengaja menghubunginya untuk merusak reputasi Audrey hingga diusir oleh Zayden. Keduanya merasa senang dan pergi berbelanja bersama untuk merayakan Audrey yang tertimpa sial. Apakah Yasmin telah membohongi
Yasmin yang awalnya merasa sangat kesal menjadi lebih baik saat mendengar Audrey memohonnya dengan rendah hati. "Baiklah, buka panggilan video di ponselmu dan berlutut meminta maaf. Aku akan melepaskan ibumu."Mendengar perkataan itu, Audrey tidak ragu-ragu dan mengarahkan kamera ke dirinya, lalu berlutut. "Aku salah, aku mohon kamu berbelaskasihan. Jangan sakiti ibuku, semua ini salahku!"Saat Yasmin melihat Audrey yang biasanya selalu melawannya menjadi begitu menyedihkan, hatinya merasa sangat puas. Namun, Yasmin juga tidak ingin membuat Audrey terlalu menderita karena dia masih harus memanfaatkan Audrey untuk mencapai tujuannya. Dia memerintahkan orang untuk memasang kembali selang oksigen, lalu mengambil foto baru dan mengirimnya kepada Audrey.Audrey yang awalnya merasa gelisah menjadi lega seketika. Saat itu, terdengar Yasmin mengancamnya lagi, "Audrey, jangan pikir semua ini sudah berakhir. Dalam tiga hari, cari tahu jadwal Zayden belakangan ini untukku. Kalau nggak, kejadian t
"Ya. Aku sekarang ... sudah menyesal," kata Audrey dengan susah payah.Hanya saja, bahkan Audrey sendiri juga merasa sangat lucu saat mengucapkan kata-kata tersebut. Waktu itu, dia berusaha keras untuk melarikan diri, bahkan tidak ragu-ragu untuk mencari Timothy. Mereka bekerja sama dan menggunakan segala cara untuk mewujudkan perceraian ini. Tak disangka, Audrey harus begitu cepat mengabaikan martabatnya dan kembali mencari Zayden. Betapa memalukan!Zayden menyipitkan matanya dan berkata sambil tersenyum sinis, "Aku tak tahu kenapa kamu begitu percaya diri. Kamu kira aku ini orang yang bisa kamu atur sesukamu?"Zayden tidak tahu mengapa Audrey tiba-tiba meneleponnya seperti ini. Namun, dia sudah tidak bisa percaya dengan perkataan Audrey lagi. Sifat Zayden sangat angkuh, harga dirinya juga tidak akan membiarkan dirinya dikendalikan oleh seorang wanita.Audrey menggigit bibirnya. Dia juga sama sekali tidak terkejut dengan reaksi Zayden."Jadi, kamu juga nggak peduli kalau aku sembarang
Audrey tidak menyangka Zayden akan tiba-tiba meneleponnya kembali. Namun, tidak peduli bagaimanapun, dia harus memanfaatkan kesempatan ini. Dia segera memberi tahu alamatnya, lalu menunggu Zayden di lantai bawah. Beberapa saat kemudian, mobil Zayden berhenti di depannya dan menurunkan jendela mobilnya. Dia melihat Zayden memandangnya dengan tatapan dingin. Zayden biasanya memang tidak suka bercanda. Namun saat ini, Audrey bisa merasakan aura ancaman yang menyeruak dari tubuh pria itu dengan jelas. Audrey menelan ludahnya dengan gugup.Zayden malah tersenyum sinis. "Kamu tadi bisa mengucapkan kata-kata yang begitu memalukan, kenapa sekarang malah berpura-pura memasang tampang tak bersalah? Ingin membuatku bersimpati, ya?"Mendengar sindiran dari Zayden, Audrey menundukkan kepalanya. "Nggak.""Sebaiknya begitu. Naik ke mobil, jangan sia-siakan waktuku."Audrey langsung naik ke mobil dengan patuh, tetapi Zayden tidak segera mengemudikan mobilnya. Zayden hanya menaikkan jendela mobilnya, l