Awalnya, Hans ingin marah karena mendengar ada seseorang yang berani menghentikannya. Namun, dia langsung menenangkan dirinya begitu melihat pria yang berbicara itu adalah Zayden. Hans juga termasuk tokoh terkenal di Slastin, tetapi dia tidak bisa menandingi reputasi Keluarga Moore. Sikapnya langsung berubah menjadi waspada dan rendah hati karena takut membuat pria di hadapannya itu marah."Tuan Zayden, kebetulan sekali Anda juga datang ke sini untuk makan. Saya tidak ada urusan apa-apa. Hanya saja wanita ini mengambil uang saya, tapi tidak ingin bekerja sama. Dia ingin kabur, jadi saya hanya ingin memberinya pelajaran saja."Hans adalah orang yang cukup berpengalaman. Dia langsung melemparkan semua kesalahan kepada Audrey. Masalah seperti ini tidak jarang terjadi, biasanya Zayden tidak akan repot-repot mengurus hal sepele seperti ini.Menghadapi tuduhan dari Hans, Audrey mengepalkan tinjunya dengan erat. Namun, tangannya sama sekali tidak merasa sakit. Audrey merasa prasangka Hans aka
"Kukira kamu bakal sehebat apa setelah bercerai, ternyata malah terpuruk seperti ini," kata Zayden dengan nada meremehkan.Audrey tidak merasa terkejut dengan sindiran Zayden. Bagaimanapun juga, jika dia berada di posisi pria ini, Audrey juga akan merasa sangat senang melihat wanita yang bersikeras meninggalkannya malah hidup menderita seperti ini. Hanya saja, hatinya tetap merasa sakit.Namun, Audrey tetap mempertahankan ekspresinya yang cuek. Dia tidak ingin memperlihatkan kelemahannya. "Tuan Zayden, kamu senggang sekali, ya? Kalau kamu nggak kenal dengan wanita rendahan sepertiku ini, kenapa masih nggak melepaskanku dan malah bersikap menyebalkan seperti ini?"Mendengar penolakan tegas dari Audrey, Zayden merasa amarah di hatinya mulai meledak. Wanita ini selalu saja bersikap seperti ini saat berhadapan dengannya. Jika bukan karena Zayden tidak sengaja mendengar suara yang familier tadi dan datang untuk memeriksanya, mungkin Audrey sudah jatuh di tangan pria tua itu. Namun, Audrey b
Ciuman Zayden ini sangat kuat. Audrey bahkan tidak merasa ini adalah sebuah ciuman. Inni lebih seperti Zayden yang ingin melahapnya hidup-hidup. Seiring dengan rasa sakit di bibirnya, Audrey juga mencium anyir darah. Namun, Zayden tidak menyadari hal itu. Dia menahan kaki dan tangan Audrey agar tidak bisa melawan dan mencium Audrey dengan makin ganas.Entah sudah berapa lama waktu berlalu, hingga Audrey tidak bisa merasakan bibirnya lagi, Zayden baru melepaskannya. Zayden menundukkan pandangannya dan melihat bibir Audrey yang terluka karena ciumannya tadi. Bibir yang merah karena berdarah itu terlihat begitu menggoda. Namun, tidak terlihat perasaan apa pun di tatapan Audrey dan ekspresinya juga sama sekali tidak terlihat lembut."Zayden, kamu begitu meremehkanku, tapi tetap saja mau menyentuhku. Kamu kepribadian ganda, ya?" Rasa sakit di bibir dan sikap Zayden yang angkuh membuat Audrey tidak tahan dan melawan Zayden.Ekspresi Zayden menjadi dingin dan tiba-tiba merasa tindakannya mema
"Dibawa pergi oleh Zayden? Mana mungkin? Pak Hans, dengarkan penjelasanku ...." Mendengar perkataan Hans, Maria buru-buru ingin mengatakan sesuatu untuk membujuknya. Namun, Hans malah sama sekali tidak memedulikannya.Hans memang sangat genit, tetapi dia lebih menghargai nyawanya. Dia tidak akan mengorbankan perusahaannya demi seorang wanita. Saat memikirkan kejadian itu, dia merasa makin marah. "Kamu juga nggak perlu membahas kerja sama denganku lagi kelak. Aku akan kerja sama dengan perusahaan lain, nggak akan kerja sama dengan perusahaan kalian lagi."Usai bicara, Hans langsung menutup teleponnya.Maria merasa sangat marah. Dia terduduk di ranjangnya dan bahkan tidak menyadari masker wajahnya yang masih basah menetes ke tubuhnya. Dia segera menelepon Yasmin. Waktu itu, Yasmin yang sengaja menghubunginya untuk merusak reputasi Audrey hingga diusir oleh Zayden. Keduanya merasa senang dan pergi berbelanja bersama untuk merayakan Audrey yang tertimpa sial. Apakah Yasmin telah membohongi
Yasmin yang awalnya merasa sangat kesal menjadi lebih baik saat mendengar Audrey memohonnya dengan rendah hati. "Baiklah, buka panggilan video di ponselmu dan berlutut meminta maaf. Aku akan melepaskan ibumu."Mendengar perkataan itu, Audrey tidak ragu-ragu dan mengarahkan kamera ke dirinya, lalu berlutut. "Aku salah, aku mohon kamu berbelaskasihan. Jangan sakiti ibuku, semua ini salahku!"Saat Yasmin melihat Audrey yang biasanya selalu melawannya menjadi begitu menyedihkan, hatinya merasa sangat puas. Namun, Yasmin juga tidak ingin membuat Audrey terlalu menderita karena dia masih harus memanfaatkan Audrey untuk mencapai tujuannya. Dia memerintahkan orang untuk memasang kembali selang oksigen, lalu mengambil foto baru dan mengirimnya kepada Audrey.Audrey yang awalnya merasa gelisah menjadi lega seketika. Saat itu, terdengar Yasmin mengancamnya lagi, "Audrey, jangan pikir semua ini sudah berakhir. Dalam tiga hari, cari tahu jadwal Zayden belakangan ini untukku. Kalau nggak, kejadian t
"Ya. Aku sekarang ... sudah menyesal," kata Audrey dengan susah payah.Hanya saja, bahkan Audrey sendiri juga merasa sangat lucu saat mengucapkan kata-kata tersebut. Waktu itu, dia berusaha keras untuk melarikan diri, bahkan tidak ragu-ragu untuk mencari Timothy. Mereka bekerja sama dan menggunakan segala cara untuk mewujudkan perceraian ini. Tak disangka, Audrey harus begitu cepat mengabaikan martabatnya dan kembali mencari Zayden. Betapa memalukan!Zayden menyipitkan matanya dan berkata sambil tersenyum sinis, "Aku tak tahu kenapa kamu begitu percaya diri. Kamu kira aku ini orang yang bisa kamu atur sesukamu?"Zayden tidak tahu mengapa Audrey tiba-tiba meneleponnya seperti ini. Namun, dia sudah tidak bisa percaya dengan perkataan Audrey lagi. Sifat Zayden sangat angkuh, harga dirinya juga tidak akan membiarkan dirinya dikendalikan oleh seorang wanita.Audrey menggigit bibirnya. Dia juga sama sekali tidak terkejut dengan reaksi Zayden."Jadi, kamu juga nggak peduli kalau aku sembarang
Audrey tidak menyangka Zayden akan tiba-tiba meneleponnya kembali. Namun, tidak peduli bagaimanapun, dia harus memanfaatkan kesempatan ini. Dia segera memberi tahu alamatnya, lalu menunggu Zayden di lantai bawah. Beberapa saat kemudian, mobil Zayden berhenti di depannya dan menurunkan jendela mobilnya. Dia melihat Zayden memandangnya dengan tatapan dingin. Zayden biasanya memang tidak suka bercanda. Namun saat ini, Audrey bisa merasakan aura ancaman yang menyeruak dari tubuh pria itu dengan jelas. Audrey menelan ludahnya dengan gugup.Zayden malah tersenyum sinis. "Kamu tadi bisa mengucapkan kata-kata yang begitu memalukan, kenapa sekarang malah berpura-pura memasang tampang tak bersalah? Ingin membuatku bersimpati, ya?"Mendengar sindiran dari Zayden, Audrey menundukkan kepalanya. "Nggak.""Sebaiknya begitu. Naik ke mobil, jangan sia-siakan waktuku."Audrey langsung naik ke mobil dengan patuh, tetapi Zayden tidak segera mengemudikan mobilnya. Zayden hanya menaikkan jendela mobilnya, l
Namun, tatapan Zayden malah terlihat semakin dingin dan emosinya juga semakin memuncak. Dia tidak menyangka, wanita yang bersikeras melarangnya untuk menyentuhnya saat malam pertama, malah menjadi terpuruk seperti ini. Apa mungkin ... inilah Audrey yang sebenarnya dan dia sudah berhasil dikelabui penampilan Audrey yang pura-pura sempurna?Melihat Zayden yang tidak berniat menghentikannya, Audrey tanpa sadar menggigit bibirnya hingga berdarah. Namun, Audrey tetap tidak menghentikan gerakan tangannya. Dirinya sekarang sudah tidak berhak bernegosiasi dengan Zayden. Dia terpaksa melanjutkan untuk melepaskan pakaian dalamnya."Cukup!" kata Zayden dengan tegas.Zayden meraih jaket di samping Audrey dan melemparkannya hingga menutupi tubuh Audrey. "Aku benar-benar sudah meremehkanmu. Tak kusangka kamu begitu tidak tahu malu. Pakai kembali pakaianmu."Tali pakaian yang mengenai tubuh Audrey, meninggalkan sebuah garis merah di tubuhnya dan terasa sakit. Namun, dia seolah-olah tidak merasakan ap
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis