Share

DUA PULUH EMPAT

Penulis: Megan Allea
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"N-Neng tau apa?" gugup Malik. 

"Neng tahu Akang mau nikah lagi kan?" tuduh Rina masih dengan posisi memunggungi sang suami. 

"Akang gak mau nikah lagi, Neng." Malik berkata jujur karena dari dulu ia tak pernah menikah lagi. Walau takdir yang ternyata mengantar sendiri Elrima padanya. 

"Banyak banget gelagat Akang yang mencurigakan sejak kemarin-kemarin, Kang. Mulai pelecehan itu, terus tadi minta jatah padahal neng masih nifas, belum lagi sengaja mau ngasih tahu Rina pas udah pulang ke rumah. Biar Rina cepet mati kan, Kang!" cerocos Rina yang tiba-tiba membuka cup oksigen dari wajahnya. 

Bu Santi dan Malik tak sadar karena hanya mampu menatap punggung Rina yang bergetar hebat. 

"Astaghfirullah! Istighfar, Neng. Kamu jangan ngomong sembarangan atuh. Pamali omongan istri takut jadi do'a," nasihat Bu Santi sambil mengelus punggung putrinya. Ia paham Rina ba

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Digerebek di Toilet Masjid   DUA PULUH LIMA

    Kotak hati itu ternyata berisi sebuah cincin emas dengan setitik baru permata. Melambangkan perempuan sederhana yang sangat Zain cintai.Netra bening Elrima membulat tak percaya melihat sesuatu yang sahabatnya suguhkan di depan mata. Lelaki itu mengangkat sedagu kotak beludru yang sudah dibuka itu, memperlihatkan cicin yang sederhana nan elegan.Bagai mimpi indah di tengah hari. Elrima berharap saat bangun ia tak berstatus seorang istri. Namun, mimpi buruk tentang bayangan pembunuh yang bisa mencelakai Zain kapan saja, merusak angan-angan menyenangkan antara Elrima dan cinta pertamanya."Gue curhat boleh dong?" tanya Zain sambil terkekeh melihat sahabatnya berkaca-kaca."Curhat sono sama Mamah Dedeh," cibir Elrima seraya melengos menyembunyikan matanya yang basah penuh haru."Gue cuma mau curhat sama perempuan cantik yang lagi mewek," goda Za

  • Digerebek di Toilet Masjid   DUA PULUH ENAM

    "Jang Malik tunggu!" teriak Pak Hamid dengan perasaan tak karuan karena menangkap kepalan tangan sang menantu, juga rahang tegas dengan cambang tipis itu mengeras sebelum berbalik menuju ruangan Elrima.Malik berjalan tergesa menuju ruangan paling ujung. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, istrinya tengah dibelai pipinya oleh laki-laki lain yang sangat Malik benci.Bugh!Sebuah pukulan tepat mengenai wajah Zain yang langsung meringis kesakitan. Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Elrima menjerit kaget saat suaminya tiba-tiba menyeret jaket yang dikenakan sahabatnya."Berani-beraninya kamu menyentuh istri saya," teriak Malik tepat di depan wajah Zain. Pemuda itu diseret hingga lorong rumah sakit.Sengaja pertengkaran dilakukan di luar ruangan, karena lelaki itu khawatir pada kondisi Elrima."Istri Elu kan ada dua

  • Digerebek di Toilet Masjid   DUA PULUH TUJUH

    "Pak, perasaan Neng tiba-tiba gak enak," lirih Elrima sembari menatap sayu wajah bapaknya yang juga terlihat keruh."Bapak ngomongnya keterlaluan ya, Neng?" tanya Pak Hamid memastikan. Ia takut secara sengaja melukai hati Zain, padahal tak pernah ada niat dihatinya membuat sesak dada pemuda yang baru saja pergi."Bapak gak salah. Keadaannya emang kaya gini, bikin kita jadi serba salah. Neng cuma khawatir si Zain nekat. Bapak tahu sendiri kan, dia orangnya kalau udah marah kaya gimana?" Elrima menghela napas dalam, lantas menghembuskannya perlahan."Sudahlah, mau gimana lagi. Kamu banyakin istirahat biar cepet sembuh. Nanti kita ngomong lagi baik-baik sama dia," hibur lelaki paruh baya yang mengenakan kemeja kotak-kotak gaya klasik itu."Gimana kalau dia pergi lagi terus gak pulang-pulang seperti sepuluh tahun yang lalu, Pak?" Membayangkannya saja dada Elrima dibuat sesak.

  • Digerebek di Toilet Masjid   DUA PULUH DELAPAN

    Selepas memindahkan tubuh lemah istrinya ke dalam mobil. Sejenak Malik menangkap keberadaan Elrima bersama Pak Hamid yang tengah memegangi tiang infus putrinya. Ada perasaan iba yang membuat lelaki itu menghampiri keduanya."El, ayo cepat naik ke mobil! Kita pindah ke rumah sakit lain," ajak Malik begitu saja tanpa pikir panjang. Sejenak ia menangkap kaca-kaca yang Elrima coba sembunyikan dari mata indahnya."Iya, Neng. Kamu harus banyak istirahat dan gak bisa terus berdiri di sini." Pak Hamid memapah putrinya yang baru saja mengangguk.Elrima duduk di bangku depan bersama Sadam yang akan mengemudikan mobil. Sementara Pak Hamid duduk di kursi belakang. Rina di kursi tengah dibaringkan dengan posisi kepala di paha suaminya.Sejenak Elrima memperhatikan bagaimana Malik membelai pipi pucat istrinya yang tertidur di pangkuan. Ada sesuatu yang terasa teremas di dalam dada wanita it

  • Digerebek di Toilet Masjid   DUA PULUH SEMBILAN

    Flashback"Ada apa sih, Ris?" tanya SantiRiska---adiknya baru saja menyeret lengannya ke belakang rumah."Teteh masih nanya?" Mata Riska sudah berkaca-kaca sejak tadi, sekarang ia memuntahkan tangis dengan bibir bergetar sembari menatap nyalang kakak tirinya."Terus kamu mau apa, hah?!" sentak Santi yang tak peduli sama sekali pada air mata adiknya. Ia menyorot tajam Riska yang menangkup bibirnya dengan sebelah tangan agar tak menimbulkan suara tangisan."Teteh tau Kang Maman itu kabogoh Riska. Terus teteh tega nerima perjodohan sama dia?" lirih Riska sambil menggenggam sebelah tangan kakaknya.*Kabogoh : Pacar"Teteh juga cinta sama Kang Maman, terus kamu mau apa?!" Santi menghempaskan tangan adiknya yang kemudian berjongkok sesenggukan.Tak pernah terbayang di benak Riska, jika kakakny

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH

    "Mertua Anda saat ini sedang ditangani di ruang IGD, Pak." Sadam memberikan laporan singkat pada atasannya."Tunggu di sana! Saya akan segera menyusul ke Rumah Sakit Sayang," ucap Malik lalu memutuskan panggilan sepihak.Sadam mengumpat dalam hati. Kebiasaan bosnya saat panik selalu menelan informasi setengah-setengah. Padahal Bu Santi sudah diungsikan ke rumah sakit yang sama dengan Rina.Lelaki berperawakan jangkung dengan kulit putih itu segera menyusul Malik sebelum bosnya lebih dulu pergi. Ia berlari tergesa menuju parkiran. Benar saja lelaki yang dicarinya sudah menaiki mobil dan menyetir dengan tergesa.Sadam memijat pelipis yang terasa pusing. Tanpa pikir panjang, segera ia menyusul lelaki itu menuju pusat kebakaran berada.Malik memarkirkan mobil sembarangan, lalu bergegas keluar hendak menemui mertuanya yang tengah kritis. Namun bukannya menemukan Bu Santi, ia malah bertemu Zain."Di mana Rima?"

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH SATU

    Malik diam membisu. Keputusan meninggalkan Elrima bukanlah sesuatu yang mudah untuk saat ini. Pasalnya perempuan itu sedang sangat membutuhkan perlindungan suami. Bukankah akan disebut dzalim, jika menceraikan Elrima di saat dia sedang dalam kesulitan seperti sekarang ini.Setidaknya Malik berpikir akan tetap mempertahankan Elrima sampai ia melakukan klarifikasi di podcast Danu Sumarno."Kenapa diem aja? Kamu nggak mau ceraikan perempuan itu?" tanya Bu Santi dengan nada tak enak di dengar. Bahkan Sadam sampai memalingkan wajah, saat melihat atasannya dibentak kasar."Sadam tolong keluar sebentar!" ucap Malik dingin.Lelaki dengan rahang tegas itu tak mampu menjanjikan apapun untuk sang mertua. Punggung tegapnya bersandar di kursi. Ia benar-benar bingung harus menjawab apa karena pasti akan serba salah."Mah, tolong fokus saja dulu sama kesehatan mamah. Masalah Malik biar saya sendiri yang tangani. Malik cuma mau mamah

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH DUA

    Satu bulan berlalu.Rina dan Baby Al sudah pulang ke Jakarta. Mereka disambut penuh haru oleh keluarga Malik. Tentu yang disambut hanyalah Baby Al, sebab Rina sedari pertama menginjakkan kaki di keluarga itu, sudah langsung dipandang sebelah mata.Mereka memang tak pernah frontal mengganggu Rina di hadapan Malik. Hanya perempuan yang baru saja melahirkan itu yang merasa ada benteng kokoh yang terus dibangun keluarga suaminya, untuk terhindar dari orang rendahan sepertinya.Padahal Rina sangat betah di Cianjur mengurus Baby Al. Namun Malik yang bekerja bolak balik Jakarta-Cianjur tentu ingin selalu berada di sisi keluarga kecilnya."Cicit oma, MasyaAllah gantengnya mukanya mirip mamanya ini," gemas Oma Ratna yang langsung menggendong bayi mungil dari pangkuan Rina."Gimana kamu jahitan operasinya udah sembuh?" tanya Oma yang memang hanya wanita tua it

Bab terbaru

  • Digerebek di Toilet Masjid   Empat Puluh Tiga

    Posisi Sadam sudah terjepit, lelaki itu menghentikan laju mobil. Begitupun dengan mobil di depannya yang berhenti dengan jarak satu meter.Tak lama beberapa pria bertopeng perak dengan pakaian serba hitam keluar dari kuda besi yang tadi melukai kendaraan milik Sadam.Sadam yang pernah dilatih di akademi pengawal profesional, tentu punya strategi jitu dalam menghadapi situasi terjepit semacam itu. Tanpa rasa gentar, lelaki itu menyeringai dan sedikit terkikik menertawai kebodohan lawan.Sekuat tenaga Sadam menginjak pedas gas, hingga mobilnya nyaris menabrak beberapa pasukan bertopeng sampai ada yang terjengkang."See you the next time!" teriak lelaki berkulit bersih itu, disusul gelak tawa yang berubah sayup di telinga lawannya, karena incarannya sudah pergi jauh.Tak ada kemarahan di wajah si pria bertopeng emas. Sikapnya dingin seperti es yang menggelincir di permukaan kulit, tetapi mampu memberikan aura beku di sekeliling.Sat

  • Digerebek di Toilet Masjid   EMPAT PULUH DUA

    "Nggak usah! Mending urus Ali aja sana!" bentak Malik tanpa sengaja meninggikan suara saking gugupnya. Ia merasa bersalah sendiri, di saat harusnya berduka, justru terpikirkan untuk tidur bersama istri keduanya. Itulah alasan kenapa Malik terus mengurung diri selama seminggu. Lelaki itu tak ingin tergoda dan semakin tersiksa perasaan bersalah pada Rina. Namun, mengingat Ali sangat membutuhkannya, Malik berusaha keluar dari kesendirian dan mencoba menjadi Ayah yang terbaik. Tak pernah terpikir pakaian Elrima akan sangat menggoda dan membuat tubuhnya menggila. "Oh, ya udah atuh, Kang. Dari kemarin juga saya yang urusin Ali. Gak usah bentak-bentak segala," kesal Elrima sambil berlalu menghentakan kaki menuju lantai bawah membawa botol susu. Persediaan susu Ali sudah habis di lantai dua, Elrima ingin mencuci botol yang lama, sekalian mengambil botol lain untuk diisi susu. Tak pernah ia sangka, Malik akan berbuat kasar hanya dengan ditawari sebuah

  • Digerebek di Toilet Masjid   EMPAT PULUH SATU

    "Tapi kamu yakin nggak, Dek. Kalau bunda kayak gitu Ayah kamu bakalan luluh. Jangan-jangan malah makin ngamuk lagi?" celoteh Elrima pada bayi polos yang tak tahu apa yang dikatakan bundanya itu.Melihat Bunda El memanyunkan bibir, Ali malah terus membuka mulut sembari tersenyum. Matanya menyipit persis Rina saat tertawa."Ah, kamu malah ngejekin bunda, Dek. Tega banget ih, awas ya!" Elrima menjawil pelan dagu bayi yang harum minyak telon itu. Sebelumnya sang bunda lebih dulu memandikan dan mendandani Baby Ali sebelum bertemu ayahnya.Namun, sayangnya Malik sepertinya belum siap bertemu malaikat kecil yang tak berdosa itu.Di lantai bawah, tepatnya di kamar ujung kanan rumah. Malik baru saja menyelesaikan shalat sunnah taubat. Saat Elrima menggedor pintu, lelaki itu tengah khusyuk bersujud memohon keikhlasan hatinya setelah kehilangan Rina.Ia mendengar omelan Elrima tentang Ali. Malik merasa menjadi Ayah yang buruk unt

  • Digerebek di Toilet Masjid   EMPAT PULUH

    "Kang ...," panggil Rina dengan suara lirih. Suaminya baru saja duduk di kursi besi dekat bed pasien. "Neng." Malik segera menggenggam erat jemari istrinya yang terasa dingin. "Neng udah gak kuat, Kang. Neng capek ... capek pisan, " cicit perempuan itu. Matanya berkali memejam lama dan terbuka sesaat, seolah kelopak yang tampak layu itu dihimpit beban besar. "Astaghfirullah, Neng! tolong jangan bicara yang aneh-aneh. Akang di sini akan selalu menunggu kamu sembuh. Anak kita menunggu di rumah, Sayang." Malik berkata lirih sembari mengecup bagian wajah istrinya berkali-kali.Lelaki itu berharap mengalirkan banyak kekuatan agar istrinya mau berjuang bersama-sama untuk sembuh. "Kang ... tolong ridhoi, Rina. Ikhlaskan agar jalan pulang neng gak sulit." Wanita itu kembali terpejam untuk memeras air mata. Napas yang kian sesak serasa akan menghilang sebentar lagi. Malik yang panik segera menepuk pelan pipi istrinya. Rina meringis menahan sesuatu yang sangat menyakitkan. "Neng, tahan se

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH SEMBILAN

    "Teh Rina kenapa, Kang?" tanya Elrima. Perempuan itu tengah duduk di kursi tunggu."Keracunan kayaknya, Neng. Soalnya keluar busa dari mulutnya," sahut Malik lesu sambil duduk di samping istri mudanya."Ya Allah, Kang. Kok bisa sampe keracunan dalem rumah. Emangnya makan apa?" cerocos Elrima yang benar-benar syok, kakak madunya bisa sampai terkena racun."Akang juga gak tahu, Neng. Mungkin nanti ditanyain langsung setelah orangnya sadar." Ekspresi Malik semakin muram.Elrima tak tega melihat suaminya berwajah sendu seperti itu. Ingin ia merengkuh Malik dan menenangkan lelaki itu dalam pelukannya. Namun perempuan itu sadar posisi dirinya siapa."Semoga si Teteh gak kenapa-napa ya, Kang. Kasian Dedek Ali," lirih Elrima yang duduk berjarak dua jengkal di kursi tunggu."Semoga, Neng."Keheningan sesaat menguasai keduanya. Mereka terpekur dengan pikiran masing-masing.Saat tak ada obro

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH DELAPAN

    Malik masih tidur siang. Baby Ali sedang di lantai atas diasuh Elrima. Hari minggu Rina menyuruh adik angkatnya itu keluar untuk jalan-jalan, tetapi wanita itu menolak dan memilih membantu menjaga Ali.Tentu Elrima tak mungkin berkeliaran di luar, saat berita yang menyudutkan dirinya masih belum punah dari ingatan netizen. Bisa-bisa ia kembali menjadi sasaran lelaki hidung belang.Membayangkannya saja, Elrima sudah bergidik ketakutan. Ia masih ingat bagaimana sakitnya ditusuk bertubi-tubi menggunakan senjata tajam.Rina yang merasa bosan, mengecek ponsel Malik. Tak ada yang mencurigakan di sana, sebab Elrima dan suaminya belum pernah bertukar pesan. Isi pesan whatsapp hanya seputar pekerjaan, sementara sosial media jarang dibuka si empunya.Rina iseng membuka instagram milik suaminya. Ada akun baru yang mem-f

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH TUJUH

    "Tidak ada!" ketus sang dokter karena merasa dirinya memiliki backing yang lebih kuat dari seorang Malik Al-Faruq."Saya akan menghentikan donasi ke rumah sakit ini dan mencari rumah sakit lain yang lebih profesional," ancam Malik dengan nada dingin. Matanya menyorot tajam kaca mata tebal sang dokter yang kemudian tersenyum mengejek."Silahkan, Pak. Jika sudah basa-basinya, saya permisi harus menjalankan tugas," pungkas lelaki yang dijuluki dokter Rangga itu, lalu berdiri dan hendak keluar ruangannya. Ia meninggalkan Malik yang kemudian menghempaskan punggung di kursi.Malik tak habis pikir, kenapa ada oknum rumah sakit yang menyembunyikan data pasien. Padahal lelaki itu hanya ingin menguburkan Zain dengan layak demi Elrima, kenapa semuanya jadi sulit begini.Kepala lelaki itu rasanya berdenyut mau pecah. Ia memikirkan bagaimana sedihnya Elrima andai tahu kejadian ini, juga tanda tanya yang pasti memenuhi benak Rina. Istri pertaman

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH ENAM

    "Kang Zain itu suami saya, Teh." Akhirnya jawaban paling masuk akal bagi Elrima itu yang meluncur dari bibir tipisnya.Mata Malik melebar tak percaya, seperti ada sesuatu yang meremas jantungnya hingga menyebabkan rasa terkejut yang menyakitkan.Elrima tersenyum canggung ke arah Malik. Ia lantas memasang wajah sendu saat bersirobok dengan kakak madunya.Sekarang Rina paham kenapa Malik memperlakukan Elrima dengan begitu spesial. Mungkin suaminya merasa bersalah karena sudah mencelakai Zain, ditambah sekarang lelaki itu sudah tak ada lagi di dunia ini. Tentu penebus rasa bersalah itu, hanyalah dengan memberikan segala yang terbaik untuk baby sitter-nya sekaligus istri dari korban yang ditabrak suaminya."Gimana ceritanya, kok bisa serba kebetulan gini?" tanya Rina yang ingin semakin diyakinkan jika Elrima dan suaminya tak memiliki hubungan spesial apa-apa."Kami janjian mau pindah kostan yang gak terlalu jauh sama rumah

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH LIMA

    "D--dia ...," ucapan Zain terputus napas yang sudah benar-benar hilang dari tubuhnya.Lelaki itu terpejam dengan tubuh yang kian memucat. Malik lantas memegang nadi Zain yang sudah tak berdetak."Innalillahi wa innalillahi rojiun," ucap Malik dengan dada yang bergemuruh hebat. Satu kalipun ia tak pernah menyangka, seorang Zain yang pernah Malik benci, bisa meninggal setelah menyelamatkan nyawa seisi mobil yang dikendarainya."Z--Zain ... Akang ngomong apa? Jangan bercanda, Kang." Elrima berkata dengan suara mencicit seperti tikus. Demi apapun seolah ada yang menyerabut paksa segala rasa yang ada dalam hatinya.Elrima merasakan kaki yang seperti tak berpijak lagi pada bumi. Juga pandangan yang seperti berputar di sekelilingnya. Berita yang teramat menyakitkan itu tak mampu lagi ia tahan, hingga perlahan kesadarannya menghilang bersama dekapan Malik di tubuhnya.Malik segera membopong tubuh Elrima agar segera ditangani tenaga

DMCA.com Protection Status