Malam itu Eloisa memberitahu orang tuanya kalau dia menyetujui perjodohan dengan Darius Hartadi. Dia sudah memutuskan untuk menikah dengan pria itu agar kedua orang tuanya tidak mengkhawatirkan dirinya lagi. Tadi pagi ibunya sudah bertanya apakah dia mau menikah dengan Darius Hartadi? Ibunya menjelaskan kalau Darius hanya pernah berpacaran satu kali dan gagal menikah karena tunangannya hamil dengan temannya. Bukankah cerita mereka mirip? Hanya pernah berpacaran satu kali lalu tunangannya selingkuh dengan temannya sendiri. Sejak dia tahu kalau yang dijodohkan dengannya adalah Darius Hartadi, dia mulai memperhatikan pria itu yang memang sangat menjaga jarak dari wanita, bahkan wanita saja takut dengan dia, tepatnya dengan ekspresi wajah pria itu yang dingin dan datar. Apakah pria itu trauma pada wanita? Seperti dirinya juga yang menjaga jarak dari para pria? Kecuali satu pria yang belakangan selalu menerobos dengan paksa, melewati batas yang sudah dia buat. Dia menggelengkan kepala,
Ular itu merasa terusik oleh lampu dari ponsel Darren sehingga ular itu menegakkan tubuhnya dan memperlihatkan kerudungnya, dia bersiap menyemburkan bisanya dan itu membuat Darren langsung berlari untuk menyelamatkan diri dari semburan bisa ular itu.Darren melempar pisaunya dan mengenai tubuh ular kobra itu yang membuat ular itu marah dan bergerak mendekatinya. Dia berlari keluar ke arah balkon itu untuk mencegah ular itu tiba-tiba menyerang Bu El. Sial! Sangat sulit mengenai target di kegelapan seperti ini! Maki Darren dalam hati. Tadi dia berniat melempar pisau ke mata ular itu agar ular itu terkejut dan melarikan diri karena merasa terancam. Tapi karena gelap, lemparannya tidak akurat dan hanya mengenai tubuh ular itu. Dan itu membuat si ular menjadi marah!Dia mengeluarkan sebuah pisau lipat lagi yang dia sembunyikan di ikat pinggangnya. Pisau yang ini ukurannya lebih kecil, tapi dia tidak memiliki senjata lain. Jika dia menggunakan pistol, maka suaranya akan membangunkan satu k
Sekali lagi mata Eloisa terbelalak saat pria aneh yang duduk di balkon kamarnya itu melepaskan rambut palsunya. Dia melihat rambut cokelat yang sudah beberapa hari ini tidak dia lihat. Dia lalu melihat pria itu mengambil sesuatu dari kedua matanya dan saat pria itu menatapnya lagi, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari mata biru pria itu.“Bu El,” panggil Darren.Eloisa mengerjap beberapa kali saat mendengar dirinya dipanggil. Di depannya ini sekarang memang Darren yang berkulit cokelat gelap, tapi sudah pasti pria ini Darren. Mata dan rambut pria itu terlalu mencolok.“Saya tahu saya tampan dan Ibu boleh terus menatap saya sampai kapanpun, tapi sekarang tolong bantu saya dulu,” Kalimat konyol Darren selanjutnya menyadarkan Eloisa dari keterpanaannya. Dia mengerutkan alis lalu melipat tangannya di bawah dada.“Untuk apa kau menggunakan itu semua?” tanya Eloisa curiga.“Untuk menjaga Bu El seperti sekarang,” jawab Darren.“Saya bisa menjaga diri sendiri!” tolak Eloisa. Dia meng
Tangan Eloisa seakan bergerak sendiri saat mendengar permintaan Darren untuk mencium pria itu, sekarang kedua tangannya masih berada di pipi pria itu. Namun kesadaran membuat dirinya ragu, yang membuatnya berhenti mendekat untuk mencium pria itu. Ini tidak benar! Dia tidak boleh mencium pria itu lagi!“Aku hanya bercanda, Bu El. Jangan memaksakan diri.” kata Darren dengan senyum yang dipaksakan, tangan pria itu kembali membelai lembut pipinya. Dia bisa melihat tatapan terluka di mata pria itu karena berpikir dia berusaha memaksakan diri untuk mencium pria itu dan ternyata tidak bisa. Ya Tuhan, sampai sebegitunya pria ini memikirkan dirinya. Air matanya menetes begitu saja karena terharu.“Eh, jangan menangis Bu El. Aku tidak apa-apa. Tadi aku hanya bercanda.” kata Darren panik. Dia tidak bermaksud menekan Eloisa, seakan dia minta pamrih atas apa yang dia lakukan untuk wanita itu. Dia benar-benar tulus melakukan segalanya untuk Eloisa.Dia kembali membeku saat Eloisa memeluknya. Dia b
Nick masuk ke apartemen dan menemukan Darren yang sedang duduk manis di sofa menunggunya.“Apa kau melihat ada yang mengikuti Bu El?” tanya Darren begitu dia melihat Nick.“Tidak ada.” jawab Nick kesal. Sudah lebih dari dua puluh kali Darren menanyakan hal yang sama sepanjang hari ini.“Kau yakin?” tanya Darren lagi.“Seratus persen.” jawab Nick lagi masih dengan nada suara yang sama. Sahabatnya ini sejak pagi sangat berisik menyuruhnya memata-matai Eloisa Renata. Dan sepanjang hari meneleponnya seperti pacar posesif yang takut diselingkuhi. Mana pertanyaannya selalu sama pula!“Apa ada yang mengikuti Bu El?“Kau yakin?” “Coba kau lihat lebih teliti sampai ke atap gedung dan jendela gedung tetangga.”Hal itu mengingatkannya pada salah satu iklan televisi waktu dia masih kecil, iklan yang bercerita tentang pacar posesif yang selalu menelepon dan bertanya hal yang sama. Sampai burung beo peliharaan sang pacar hafal jawaban empunya dan si burung yang menjawab saat sang pacar telepon.L
Darren mengepalkan tangannya saat melihat Eloisa masuk ke dalam mobil yang sangat dia kenal, yaitu mobil kakaknya. Dia hanya melihat sekilas saat wanita itu masuk ke dalam mobil kakaknya, namun dia bisa melihat wanita itu tidak menggunakan kacamata. Apakah Eloisa sekarang tertarik pada Kak Darius? Bahkan wanita itu menggunakan softlens untuk pergi dengan kakaknya. Saat di restoran dulu juga wanita itu menggunakan softlens.Dia menggeram saat teringat betapa cantik dan anggunnya Eloisa saat mereka bertemu di restoran dulu. Sekarang dia merasa ingin menghajar kakaknya lagi!Dia memakai pelindung kepalanya dan mulai menyalakan mesin motornya, namun belum menjalankannya. Dia tahu kakaknya selalu awas dengan keadaan, jadi dia harus memberi jarak yang cukup jauh agar tidak membuat kakaknya menyadari kalau ada yang mengikuti. Walaupun dia menggunakan motor sewaan, tetap saja dia takut kakaknya akan mengenalinya. Kemampuan kakaknya untuk mengenali segala sesuatu agak mengerikan menurutnya.
Darren tidak jadi membayar nasi gorengnya, dia meminta abang penjual untuk membuatkan satu porsi nasi goreng lagi.“Nambah lagi?” tanya abang penjual heran, karena secara penampakan tubuh Darren tidak besar dan porsi nasi gorengnya itu banyak.“Iya, Bang. Nasi goreng abang top banget, jadi gak bisa kenyang sepertinya,” jawab Darren sambil mengacungkan jempol yang membuat si abang penjual nasi goreng tertawa. Dia lalu kembali duduk di sebelah dua pria yang sedang berbicara sambil berbisik itu. Nomor rumahnya adalah dua puluh delapan dan komplek rumahnya ini tidak besar, jadi hanya ada satu rumah dengan nomor dua puluh delapan.“Ingat, wanita itu tidak akan membayar sisanya jika kau gagal lagi!” omel si pria kacamata sambil berbisik.“Aku mengerti. Setelah ini tidak akan gagal lagi. Kau tahu kan kemampuanku? Sekali mungkin keberuntungan wanita itu, tapi tidak akan ada yang kedua kali.” jawab si pria kurus dengan percaya diri.Kemudian nasi goreng pesanan mereka datang, obrolan mereka t
Darren perlahan melepaskan pegangan tangannya pada lengan pembunuh bayaran di atasnya setelah dia menarik nafas panjang untuk mengisi paru-parunya. Dia sudah berusaha melepaskan tangan pria itu sejak tadi dan tidak berhasil, jadi dia harus mencari cara lain.Sekarang kondisi kritis, salah perhitungan sedikit saja maka dia yang akan mati. Dia tidak akan bisa melawan tenaga pria diatasnya itu karena posisi pria itu lebih menguntungkan darinya.Jaka menyerigai dan langsung mengencangkan cekikannya saat merasakan pegangan tangan yang memegang lengannya mengendur. Dia pikir pria itu akhirnya kelelahan dan lemas karena kekurangan oksigen. Jaka tidak menyadari kalau kedua tangan Darren berpindah tempat.“Aarrgh … Bangsat!” maki Jaka terkejut saat kedua putingnya dicubit dan diputar Darren sekuat tenaga. Cekikannya di leher Darren langsung terlepas dan Darren langsung menerjang Jaka.Mereka bergulat sambil saling menghajar semampu mereka, dalam pikiran mereka sekarang hanya ada dua pilihan, m