Lillia mengambil tasnya dan kembali ke kamarnya. Sketsa yang diberikannya kepada Moonela juga hilang, jadi mungkin tidak sengaja dikumpulkannya.Sebelumnya, Lillia sempat membaca ulang aturan kompetisi. Dia tahu bahwa investor mendapatkan kesempatan untuk melihat sketsa terlebih dahulu dan melakukan penyaringan tahap awal. Itu artinya, Claude tahu apakah draf itu ada di tempatnya atau tidak.Lillia pun memaksakan diri untuk menghubungi Claude. Hanya selang beberapa detik, pria ini sudah menerima panggilannya. Dia bertanya dengan nada datar, "Ada urusan apa?""Apa kita bisa bertemu sebentar? Ada yang ingin kubahas denganmu," ucap Lillia yang berusaha agar dirinya tetap terdengar lembut. Bagaimanapun, dia ingin meminta bantuan Claude."Sekarang?" tanya Claude yang nadanya menjadi agak misterius.Wajah Lillia menjadi agak panas. Sebelumnya dia bersikap keras kepala, tetapi sekarang malah harus merendah. Dia menimpali, "Ya. Kalau kamu sibuk, aku bisa memberitahumu sekarang. Semalam, aku me
Perkataan ini terdengar sangat menusuk telinga bagi Lillia. Dia tidak menyukai topik pembicaraan yang berhubungan dengan anak. Bahkan, ketika Claude melontarkan kalimat itu, hatinya terasa agak sedih. Claude tidak pernah menginginkan anak, tetapi berbicara seperti itu untuk menyakitinya.Alis Lillia yang berkerut seketika menjadi rileks kembali. Jarang sekali dia bersikap setenang ini saat berhadapan dengan Claude. Dia berucap, "Kamu tahu Moonela nggak pernah mencarimu. Aku yang nggak sengaja menghilangkan draf itu. Waktu kamu mengantarkannya kembali, kamu pasti melihat ada jejak di atasnya."Claude mengangguk ringan. Sesudahnya, dia tiba-tiba bertanya, "Kamu yakin kita mengobrol dengan cara diam-diam seperti ini?"Suasana di sekitar terasa menegangkan, tetapi posisi keduanya justru begitu dekat. Mereka memang sering berdiskusi, tetapi tidak pernah dengan cara seperti ini.Lillia seketika menyadari ada yang tidak beres. Dia buru-buru berkata, "Biar kuperiksa situasi di luar dulu."Lill
Pukul 15.00, tim produksi mengumumkan bahwa mereka memiliki waktu 3 jam untuk santai. Lillia awalnya masih memikirkan cara untuk mendekati Claude. Begitu mendengar kabar ini, matanya pun langsung berbinar-binar.Lillia mengganti pakaian dengan kaus putih longgar dan celana jeans yang membuat kedua kakinya terlihat makin panjang dan ramping. Sebenarnya, penampilan seperti ini terlihat sangat buruk di mata para desainer."Begini saja? Aku kira kamu mau berdandan secantik apa untuk memikat Cedron," ujar Moonela yang membelalak. Dia sungguh tidak percaya pada nilai estetika wanita ini.Begitu mendengarnya, Lillia pun membatin, 'Kenapa malah jadi Cedron? Yang ingin kutaklukkan jelas-jelas adalah Claude!'Setibanya di ruang perkumpulan, Lillia langsung melihat Claude yang duduk di samping Cedron. Sorot mata Claude tampak datar, seolah-olah tidak tertarik dengan acara afternoon tea ini.Setelah melihat Lillia, tatapan Cedron pun dipenuhi antusiasme. Dia berbisik pada Claude, "Aku nggak meliha
Lillia mengambil sekaleng soda, lalu membukanya dan meletakkannya di samping gelas Claude. Di sisi lain, Moonela terus menggaruk-garuk lengan Lillia. Lillia tidak melihatnya, tetapi merentangkan telapak tangannya agar wanita ini bisa menyampaikan pesan.Moonela menuliskan sesuatu yang menyuruh Lillia untuk jangan hanya mengambil air soda. Air soda yang dipersiapkan oleh tim produksi ini sangat murah.Lillia pun memahaminya. Produk yang muncul selama siaran langsung termasuk iklan. Skandal antara Claude dan Nikita membuat popularitas acara ini meningkat pesat. Lillia hanya akan menyia-nyiakan peluang iklan jika hanya mengambil soda murahan itu.Namun, Lillia tahu Claude hanya menyukai air soda. Pria ini tidak menyukai minuman lainnya. Setelah berpikir sejenak, Lillia menggeser air mineral yang diminumnya, lalu mengambil minuman energi dan membukanya untuk diminum. Dia meletakkan minuman energi itu di samping air soda.Di sisi lain, Claude yang melihat tingkah Lillia ini pun mengetuk mej
Cedron tak bisa menahan tawanya. Dia berkata, "Kamu memang pintar mengajukan pertanyaan."Cedron tentu berharap ada keseruan seperti ini. Usai berbicara, dia bahkan diam-diam melirik Claude.Terlihat Claude bersandar di kursi sambil menoleh sedikit untuk menatap Lillia. Tatapannya terlihat datar, tetapi ekspresinya tampak tegang. Kurang jelas apakah pria ini merasa penasaran atau tidak peduli.Telinga dan leher Lillia seketika memerah. Dia tidak menyangka Nikita akan mengajukan pertanyaan seperti ini di depan kamera. Setelah ragu-ragu sejenak, dia pun bertanya dengan lirih, "Gimana kalau ganti pertanyaannya saja?"Awalnya, semua orang menatapnya dengan gugup. Begitu mendengar pertanyaan ini, semua orang pun bertatapan, seolah-olah menyampaikan makna lain ke kamera.Tatapan Nikita seketika tampak mendalam. Namun, dia tetap menyahut dengan ramah, "Kamu boleh minum kalau nggak mau jawab kok. Kami nggak akan menyulitkanmu."Begitu ucapan ini dilontarkan, seorang desainer pria tiba-tiba men
Lillia mengiakan. Dengan demikian, salah satu kamera mengikuti Claude dan Lillia. Setelah mereka berdua masuk, kamera berhenti di depan pintu. Tidak ada yang mengikuti keduanya masuk. Lagi pula, 5 menit ini adalah waktu pribadi mereka.Claude menutup pintu, lalu menguncinya dan menoleh menatap Lillia. Terlihat wajah Lillia yang agak merah karena mabuk. Ketika ditatap oleh Claude, Lillia tiba-tiba maju dan meraih tangannya. Sembari menggoyangkannya, dia bertanya, "Kenapa kamu kejam sekali?"Claude khawatir orang-orang di luar bisa mendengarnya. Dia menarik Lillia ke sofa yang dekat jendela dan bertanya, "Kejam apanya?"Nada bicaranya tetap terdengar datar seperti biasa. Akan tetapi, tanpa disadari Claude, dia terdengar lebih lembut kali ini.Lillia memberanikan diri untuk menatap pria di depannya lekat-lekat. Dia berkata dengan agak sedih, "Kamu nggak bisa lihat aku sangat membutuhkanmu? Aku tahu kamu harus adil dalam acara ini, tapi sketsa itu bisa ketinggalan karena Nikita. Kalau kamu
Claude menyerahkan Lillia kepada Moonela. Tindakan lembutnya ini tidak disengaja. Begitu Lillia bersandar di tubuhnya, Moonela pun baru menyadari bahwa wanita ini benar-benar mabuk.Dalam hatinya, Moonela berdoa semoga Lillia tidak menyinggung Claude barusan. Meskipun begitu, dia tetap berkata dengan sopan, "Terima kasih sudah menjaganya."Claude mengiakan dengan singkat. Tatapannya tertuju pada wajah Moonela. Tiba-tiba, dia bertanya, "Kamu bisa membawanya sendirian?""Bisa," sahut Moonela sembari tersenyum sopan. Pada saat yang sama, dia cukup terkejut dengan pertanyaan Claude ini. Namun, dia tidak berpikir terlalu banyak dan segera membawa Lillia ke kamar.[ Claude jelas-jelas nggak rela melepaskan pelukannya. Lima menit terlalu singkat untuk seorang pria. Seharusnya 50 menit! Hahaha! ][ Wah, ini gila! Aku ingin meliihat apa yang mereka lakukan di dalam sana. Masa nggak ada kamera di ruangan itu! ][ Apa Lorraine begitu suka promosi? Dia gagal merayu Claude, jadi menyuruh asistennya
Kenapa dirinya melakukan hal seperti itu? Sepertinya, Claude bukan menyuruhnya menciumnya, melainkan memberi tahu bahwa dirinya sama sekali tidak tergerak. Kenapa malah ....Lillia menundukkan kepala, menarik-narik rambutnya. Dia harus bersembunyi kalau bertemu dengan Claude. Dia harus terus bersembunyi sampai Claude melupakan kejadian kemarin!Sesudah pembawa acara mengumumkan acara sudah selesai, Lillia pun mencari alasan untuk keluar sebentar dan meninggalkan Moonela.Setelah menenangkan diri di luar, jantung Lillia yang berdebar-debar berangsur tenang kembali. Suhu tubuhnya yang tinggi juga perlahan menurun.Lillia menepuk-nepuk wajahnya untuk mengembalikan ekspresinya yang acuh tak acuh. Sesudah itu, dia baru berbalik dan kembali ke penginapan.Kejadian kemarin bukan apa-apa. Lillia bisa membantah karena dirinya memang mabuk. Dia juga akan bercerai dengan Claude sehingga tidak perlu memikirkannya lagi.Setelah keluar dari lift, Lillia yang sudah tenang malah bertemu Claude saat be