Lillia mengiakan. Dengan demikian, salah satu kamera mengikuti Claude dan Lillia. Setelah mereka berdua masuk, kamera berhenti di depan pintu. Tidak ada yang mengikuti keduanya masuk. Lagi pula, 5 menit ini adalah waktu pribadi mereka.Claude menutup pintu, lalu menguncinya dan menoleh menatap Lillia. Terlihat wajah Lillia yang agak merah karena mabuk. Ketika ditatap oleh Claude, Lillia tiba-tiba maju dan meraih tangannya. Sembari menggoyangkannya, dia bertanya, "Kenapa kamu kejam sekali?"Claude khawatir orang-orang di luar bisa mendengarnya. Dia menarik Lillia ke sofa yang dekat jendela dan bertanya, "Kejam apanya?"Nada bicaranya tetap terdengar datar seperti biasa. Akan tetapi, tanpa disadari Claude, dia terdengar lebih lembut kali ini.Lillia memberanikan diri untuk menatap pria di depannya lekat-lekat. Dia berkata dengan agak sedih, "Kamu nggak bisa lihat aku sangat membutuhkanmu? Aku tahu kamu harus adil dalam acara ini, tapi sketsa itu bisa ketinggalan karena Nikita. Kalau kamu
Claude menyerahkan Lillia kepada Moonela. Tindakan lembutnya ini tidak disengaja. Begitu Lillia bersandar di tubuhnya, Moonela pun baru menyadari bahwa wanita ini benar-benar mabuk.Dalam hatinya, Moonela berdoa semoga Lillia tidak menyinggung Claude barusan. Meskipun begitu, dia tetap berkata dengan sopan, "Terima kasih sudah menjaganya."Claude mengiakan dengan singkat. Tatapannya tertuju pada wajah Moonela. Tiba-tiba, dia bertanya, "Kamu bisa membawanya sendirian?""Bisa," sahut Moonela sembari tersenyum sopan. Pada saat yang sama, dia cukup terkejut dengan pertanyaan Claude ini. Namun, dia tidak berpikir terlalu banyak dan segera membawa Lillia ke kamar.[ Claude jelas-jelas nggak rela melepaskan pelukannya. Lima menit terlalu singkat untuk seorang pria. Seharusnya 50 menit! Hahaha! ][ Wah, ini gila! Aku ingin meliihat apa yang mereka lakukan di dalam sana. Masa nggak ada kamera di ruangan itu! ][ Apa Lorraine begitu suka promosi? Dia gagal merayu Claude, jadi menyuruh asistennya
Kenapa dirinya melakukan hal seperti itu? Sepertinya, Claude bukan menyuruhnya menciumnya, melainkan memberi tahu bahwa dirinya sama sekali tidak tergerak. Kenapa malah ....Lillia menundukkan kepala, menarik-narik rambutnya. Dia harus bersembunyi kalau bertemu dengan Claude. Dia harus terus bersembunyi sampai Claude melupakan kejadian kemarin!Sesudah pembawa acara mengumumkan acara sudah selesai, Lillia pun mencari alasan untuk keluar sebentar dan meninggalkan Moonela.Setelah menenangkan diri di luar, jantung Lillia yang berdebar-debar berangsur tenang kembali. Suhu tubuhnya yang tinggi juga perlahan menurun.Lillia menepuk-nepuk wajahnya untuk mengembalikan ekspresinya yang acuh tak acuh. Sesudah itu, dia baru berbalik dan kembali ke penginapan.Kejadian kemarin bukan apa-apa. Lillia bisa membantah karena dirinya memang mabuk. Dia juga akan bercerai dengan Claude sehingga tidak perlu memikirkannya lagi.Setelah keluar dari lift, Lillia yang sudah tenang malah bertemu Claude saat be
Lillia bersembunyi di taman untuk membuat sketsa. Setelah matahari terbenam, dia baru diam-diam kembali ke kamarnya. Selama waktu ini, dia telah membuat banyak dugaan, tetapi tidak yakin apakah sketsa tersebut benar-benar diganti oleh Claude untuknya.Selanjutnya, Lillia perlu membuat sketsa final. Setelah sketsa final selesai, proses pembuatan pakaian akan dimulai.Afternoon tea yang dijadwalkan setiap 3 hari sekali kembali diadakan. Lillia baru saja melupakan kemeriahan acara sebelumnya. Tidak disangka, tema acara hari ini telah berubah lagi. Mereka berkumpul di ruang bersantai yang ada di lantai paling atas untuk makan bersama. Tema acara hari ini adalah seni teh dan dessert.Lillia dan Moonela sudah datang lebih awal. Setelah duduk, dia berbisik pelan, "Claude nggak suka makanan manis, jadi seharusnya nggak akan datang."Usai berkata demikian, Claude dan Cedron malah muncul bersama. Begitu Cedron masuk, dia menyapa semua orang dengan ramah, "Hari ini kalian juga bersantai saja. Ngg
Cedron memperkenalkan budaya teh, sekaligus menyebutkan nama perusahaan investor sebagai iklan. Saat membuat dessert, Cedron berdiri di samping Lillia sembari berkata ke arah layar, "Dessert ini dinamakan buah saat zaman dulu. Bukankah kedengarannya menarik sekali?"Dipadukan dengan penampilannya yang tampan, senyuman Cedron terlihat sangat menawan. Seketika para komentar penonton terus-menerus memujinya.Cedron mengalihkan pandangannya dan berkata pada Lillia, "Lillia, buatkan dessert ini dengan baik untuk ditunjukkan pada semua orang."Lillia menebak bahwa ini adalah misi yang diberikan oleh perusahaan investor, sehingga dia mengangguk setuju. "Baik."Cedron awalnya bermaksud membantu Lillia, tapi entah sejak kapan Claude telah berjalan ke sisi mereka. Dia menatap Cedron sekilas, lalu Cedron mengangguk dan menyingkir ke samping. "Baiklah, kamu yang bantu dia saja."Moonela menarik napas saat melihat adegan ini, dalam hatinya membatin, 'Entah apa lagi yang salah dengan Claude ini? Ken
Sebagai seorang pelakor, Nikita malah menganggapnya mudah ditindas? Mendengar ucapan ini, Moonela langsung menyunggingkan senyuman. Dia menimpali dengan nada sinis, "Tenang saja, aku punya rencana tersendiri untuk masalah ini."Sebelumnya mereka berada di posisi yang menguntungkan sehingga Moonela juga tidak ingin mengatakan apa pun pada media. Namun, jika Nikita tidak meminta maaf secara public kali ini, Moonela juga tidak akan melepaskannya begitu saja!Tiga jam acara seni teh dan pembuatan dessert telah berlalu. Lillia membereskan barang-barangnya, lalu kembali ke kamar. Baru saja dia hendak duduk dan beristirahat, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk. Lillia mengira Moonela datang untuk membahas tentang alur sketsa, sehingga dia langsung membukakan pintu tanpa ragu-ragu.Ternyata orang yang datang adalah Claude. Tanpa menunggu Lillia mengatakan apa pun, Claude telah masuk ke kamarnya langsung. Setelah memastikan tidak ada kamera yang mengikutinya, Lillia baru menutup pintu kamar."Ken
Claude baru melepaskan dagu Lillia setelah itu. Dia berdiri di samping memandang Lillia, lalu berkata, "Sampai jumpa malam ini. Kirim pesan padaku nanti, aku akan bawakan sketsamu."Usai bicara, Claude langsung berjalan ke arah pintu dan keluar dari kamar itu. Suasana yang tadinya terasa mesra dan hangat, langsung sirna hanya karena sebuah panggilan dari Nikita. Lillia duduk meratap cukup lama sebelum beranjak ke kamar mandi. Seusai mandi, dia langsung mencari Moonela dan memberitahukan permintaan Claude.Saking kesalnya, Moonela melempar ponselnya ke sofa. "Kulihat sikapnya lumayan baik padamu saat di acara, kukira hubungan kalian sudah ada perkembangan. Siapa tahu ... ternyata dia hanya pura-pura?""Baginya, Nikita tetap punya posisi yang berbeda," jawab Lillia. Moonela berjalan ke samping meja teh dan menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri. Setelah meneguk air di gelasnya, dia melanjutkan, "Kukira kali ini kita bisa beri pelajaran pada Nikita. Tak disangka .... Memang bagus se
Lillia bersandar di bukit sambil menjinjitkan kakinya yang terluka itu. Karena kondisi saat ini gelap gulita, Claude tidak bisa melihat dengan jelas. Dia membuka senter ponsel, lalu berjongkok di hadapan Lillia. "Bagaimana kakimu?"Lillia tidak bisa berdiri stabil, tanpa sadar dia memegang pundak Claude sambil menggerakkan kakinya. "Agak sakit, tapi nggak tahu apakah memang keseleo atau nggak."Claude merasakan kekuatan Lillia di pundaknya, sehingga dia mengulurkan tangan untuk menyentuh pergelangan kaki kiri Lillia. Tubuh Lillia bergetar sejenak, lalu tanpa sadar memegang pundak Claude lagi. Suaranya terdengar gemetar, "Aku nggak apa-apa .... Kamu jangan ...."Claude mendongak menatapnya dengan senyuman tipis. "Baru menyentuh kakimu saja kamu sudah lemas?"Wajah Lillia merah padam. Dia menggertakkan gigi dengan mata berkaca-kaca, "Aku takut sakit." Usai berkata demikian, dia menoleh ke arah lain.Di bawah sinar lampu senter, telinga Lillia tampak memerah dan wajahnya yang tersipu terl