Cedron memperkenalkan budaya teh, sekaligus menyebutkan nama perusahaan investor sebagai iklan. Saat membuat dessert, Cedron berdiri di samping Lillia sembari berkata ke arah layar, "Dessert ini dinamakan buah saat zaman dulu. Bukankah kedengarannya menarik sekali?"Dipadukan dengan penampilannya yang tampan, senyuman Cedron terlihat sangat menawan. Seketika para komentar penonton terus-menerus memujinya.Cedron mengalihkan pandangannya dan berkata pada Lillia, "Lillia, buatkan dessert ini dengan baik untuk ditunjukkan pada semua orang."Lillia menebak bahwa ini adalah misi yang diberikan oleh perusahaan investor, sehingga dia mengangguk setuju. "Baik."Cedron awalnya bermaksud membantu Lillia, tapi entah sejak kapan Claude telah berjalan ke sisi mereka. Dia menatap Cedron sekilas, lalu Cedron mengangguk dan menyingkir ke samping. "Baiklah, kamu yang bantu dia saja."Moonela menarik napas saat melihat adegan ini, dalam hatinya membatin, 'Entah apa lagi yang salah dengan Claude ini? Ken
Sebagai seorang pelakor, Nikita malah menganggapnya mudah ditindas? Mendengar ucapan ini, Moonela langsung menyunggingkan senyuman. Dia menimpali dengan nada sinis, "Tenang saja, aku punya rencana tersendiri untuk masalah ini."Sebelumnya mereka berada di posisi yang menguntungkan sehingga Moonela juga tidak ingin mengatakan apa pun pada media. Namun, jika Nikita tidak meminta maaf secara public kali ini, Moonela juga tidak akan melepaskannya begitu saja!Tiga jam acara seni teh dan pembuatan dessert telah berlalu. Lillia membereskan barang-barangnya, lalu kembali ke kamar. Baru saja dia hendak duduk dan beristirahat, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk. Lillia mengira Moonela datang untuk membahas tentang alur sketsa, sehingga dia langsung membukakan pintu tanpa ragu-ragu.Ternyata orang yang datang adalah Claude. Tanpa menunggu Lillia mengatakan apa pun, Claude telah masuk ke kamarnya langsung. Setelah memastikan tidak ada kamera yang mengikutinya, Lillia baru menutup pintu kamar."Ken
Claude baru melepaskan dagu Lillia setelah itu. Dia berdiri di samping memandang Lillia, lalu berkata, "Sampai jumpa malam ini. Kirim pesan padaku nanti, aku akan bawakan sketsamu."Usai bicara, Claude langsung berjalan ke arah pintu dan keluar dari kamar itu. Suasana yang tadinya terasa mesra dan hangat, langsung sirna hanya karena sebuah panggilan dari Nikita. Lillia duduk meratap cukup lama sebelum beranjak ke kamar mandi. Seusai mandi, dia langsung mencari Moonela dan memberitahukan permintaan Claude.Saking kesalnya, Moonela melempar ponselnya ke sofa. "Kulihat sikapnya lumayan baik padamu saat di acara, kukira hubungan kalian sudah ada perkembangan. Siapa tahu ... ternyata dia hanya pura-pura?""Baginya, Nikita tetap punya posisi yang berbeda," jawab Lillia. Moonela berjalan ke samping meja teh dan menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri. Setelah meneguk air di gelasnya, dia melanjutkan, "Kukira kali ini kita bisa beri pelajaran pada Nikita. Tak disangka .... Memang bagus se
Lillia bersandar di bukit sambil menjinjitkan kakinya yang terluka itu. Karena kondisi saat ini gelap gulita, Claude tidak bisa melihat dengan jelas. Dia membuka senter ponsel, lalu berjongkok di hadapan Lillia. "Bagaimana kakimu?"Lillia tidak bisa berdiri stabil, tanpa sadar dia memegang pundak Claude sambil menggerakkan kakinya. "Agak sakit, tapi nggak tahu apakah memang keseleo atau nggak."Claude merasakan kekuatan Lillia di pundaknya, sehingga dia mengulurkan tangan untuk menyentuh pergelangan kaki kiri Lillia. Tubuh Lillia bergetar sejenak, lalu tanpa sadar memegang pundak Claude lagi. Suaranya terdengar gemetar, "Aku nggak apa-apa .... Kamu jangan ...."Claude mendongak menatapnya dengan senyuman tipis. "Baru menyentuh kakimu saja kamu sudah lemas?"Wajah Lillia merah padam. Dia menggertakkan gigi dengan mata berkaca-kaca, "Aku takut sakit." Usai berkata demikian, dia menoleh ke arah lain.Di bawah sinar lampu senter, telinga Lillia tampak memerah dan wajahnya yang tersipu terl
Tak disangka, Claude malah benar-benar meninggalkan Lillia yang terluka begitu saja. Percuma saja Lillia masih menaruh sedikit harapan saat melihat nama Nikita yang muncul di ponsel Claude tadi. Tadinya dia membayangkan, apakah mungkin Claude akan menemaninya karena terluka. Apakah mungkin kali ini saja Claude akan bisa lebih perhatian padanya?Namun hasilnya, tetap saja membuatnya kecewa. Lillia melihat sketsa itu sekilas, lalu melipatnya kembali. Dia berdiri sambil menopang pada dinding dan berjalan keluar dari gunung buatan itu dengan perlahan-lahan. Awalnya dia ingin menyuruh Moonela untuk datang menjemput. Namun saat ini sudah larut malam, Lillia jadi tidak enak hati mengganggu sahabat baiknya itu.Lillia berjalan ke sebuah kebun mawar. Langkah kakinya tiba-tiba terhenti. Pria yang baru saja selesai menelepon itu juga menyadari keberadaan Lillia. Di bawah sinar lampu yang redup, kaki pria itu terlihat jenjang dan tubuhnya terkesan agak kurus. Rambutnya yang sebahu, dikuncir di bel
Setelah berbunyi, lift berhenti di lantai tempat Lillia dan Claude berada. Adelio berencana memapah Lillia keluar dari lift, tetapi Claude tiba-tiba berkata, "Aku tinggal di sebelah kamarnya, jadi serahkan dia kepadaku. Kamu bisa naik lift ini turun saja."Lillia menatap ke arah Claude sebentar.Melihat ekspresi Claude yang dingin dan memikirkan interaksi dengan Lillia sebelumnya membuat kehebohan di daring, Adelio langsung tersadar dan segera melepaskan pergelangan tangan Lillia."Kalau begitu, aku pergi dulu," kata Adelio kepada Claude dengan sopan.Claude mendekat dan memapah Lillia. Setelah merespons dengan cuek, dia memapah Lillia keluar dari lift dengan ekspresi dingin.Begitu keluar dari lift, Lillia berencana untuk mendorong Claude pergi, tetapi Claude malah menggenggam pergelangan tangannya dengan tatapan yang dingin. "Kenapa? Aku sudah merusak rencanamu menggoda pria muda, jadi kamu marah, ya?"Ekspresi Lillia terlihat dingin, tetapi dia tidak membantah Claude juga. "Terserah
Claude membuka kancing ketiganya, lalu tiba-tiba menggenggam tangan Lillia yang ada di pinggangnya dan menariknya turun.Lillia terkejut dan berusaha menarik tangannya sendiri. Dia memelototi Claude dengan wajah yang memerah.Claude menahan tangan Lillia dengan ekspresi yang dingin dan tatapan yang tajam. Dia membungkuk dan bertanya kepada Lillia, "Lebih enak menyentuh pinggang atau sini?""Lepaskan aku!"Wajah Lillia memerah dan merasa terkejut dengan sikap Claude yang tidak tahu malu. Claude melepaskan tangan Lillia, lalu berlutut dan meraih pergelangan kakinya untuk mengangkatnya.Lillia merasa sakit hingga menarik napas dengan pelan. Dia melihat Claude melepaskan sepatu hak tingginya dan meletakkan kedua tangan di atas kakinya. Telapak tangan Claude yang memegang pergelangan kakinya, membuat tubuhnya terus bergetar. Lillia merasa seluruh tubuhnya merinding dan kulitnya menjadi tegang.Saat Claude meremas kakinya dengan kuat, Lillia berteriak kesakitan dan menggenggam selimutnya den
Claude tidak berbicara lebih banyak lagi. Setelah membantu Lillia memijat pergelangan kakinya cukup lama, dia baru berdiri dan pergi. Lillia juga tidak merasa kamar itu sepi dan dingin setelah dia pergi. Sebenarnya, setelah keduanya sering tidur bersama, sepertinya semuanya selalu seperti hari ini. Suasananya hening dan tidak ada kehangatan.Claude meninggalkan kamar Lillia dan menutup pintunya dengan pelan, lalu berjalan ke kamarnya sendiri.Claude baru saja masuk ke kamarnya, pintu kamar yang lain terbuka. Seorang desainer wanita bernama Rosabel sedang berdiri di pintu sambil membawa kantong sampah. Dia menyipitkan matanya dan menatap pintu kamar Claude dengan mata yang berbinar.Lillia tidak banyak tidur belakangan ini. Namun setelah ribut dengan Claude, dia akhirnya tidur dengan nyenyak dan merasa sangat bersemangat saat bangun. Meskipun pergelangan kakinya masih sakit, dia masih bisa berjalan dengan normal. Asalkan tidak berjalan terlalu cepat, dia masih bisa menahan rasa sakitnya