Air mata dan darah membasahi seluruh wajah Nikita. Penampilannya kelihatan sangat menakutkan.Nikita berbicara dengan terisak-isak, “Claude …. Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Kenapa?”Ketika melihat sosok Nikita yang hanya memikirkan Claude saja, Berwin merasa dia memang tidak bisa diselamatkan lagi. Wanita ini terlalu egois, hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri saja. Demi bisa melewati hidup mewah, dia bahkan rela mengkhianati kakak kandungnya sendiri!“Kalau begitu, kamu pelan-pelan pikirkan Claude-mu saja sambil digantung. Setelah jasadmu ditemukan nantinya, sepertinya jasadmu juga sudah membusuk. Claude juga nggak akan bisa mengenalmu lagi. Oh, ya, meski dia kenal, dia juga nggak akan ladeni kamu.” Berwin langsung membawa anggotanya meninggalkan tempat.Setelah semuanya pergi, Nikita baru tersadar dari kesedihannya. Sekujur tubuhnya dibaluti oleh cedera. Darah juga tak berhenti menetes dari wajahnya. Dia meronta beberapa saat, hampir jatuh pingsan di tempat.“Kak …
Nikita menggertakkan giginya. “Jangan lanjutkan lagi!”Claude menatap Nikita dengan dingin. Dia pun tidak melanjutkan omongannya lagi.“Pak Polisi, apa aku bisa berbicara dengannya?” Nikita menatap polisi di sampingnya dengan tatapan hampa.“Aku bisa mengizinkanmu untuk mengobrol dengannya, tapi kamu harus mengakui kesalahan yang kamu perbuat. Menyangkal nggak akan menguntungkanmu.” Usai berbicara, polisi meninggalkan ruangan.Nelson mengambilkan bangku untuk Claude. Claude duduk, lalu menatap Nikita dengan tatapan sinis tanpa berbicara sama sekali.“Waktu itu, kamu pergi ke tempat tinggalku, memperlihatkan foto Kak Berwin dan bertanya padaku. Sebenarnya kamu sudah kepikiran cara untuk menghadapiku, ‘kan?” Nikita menatap Claude dengan tatapan penuh benci.Beberapa hari lalu ketika Claude memperlihatkan Nikita foto Berwin dari ponselnya, kebetulan dia sedang menelepon Berwin. Mereka sedang menyusun rencana bagaimana bisa memanfaatkan Priya untuk mendapatkan rasa percaya Claude.Tentu sa
Setelah sesi pijat berakhir, mereka berdua berjalan keluar balai relaksasi.Tiba-tiba Moonela menyadari sosok Hans sedang berondok di balik pohon sembari mengintip ke sisi mereka. Dia spontan bertanya, “Claude ikuti kami sampai ke sini?”“Emm?” Lillia mengira Claude benar-benar kemari. Dia mengikuti arah pandang Moonela, lalu menyadari keberadaan Hans. Dia pun segera menjelaskan, “Claude nggak datang. Belakangan ini Hans ikut aku. Aku lupa bilang sama kamu, Kelly dan Louis datang ke Kota Pinang.”“Ngapain mereka kemari?” tanya Moonela dengan mengerutkan keningnya. Moonela tidak mengerti dendam di antara Lillia dengan Keluarga Jaspal. Hanya saja, masalah transfer uang Kelly waktu itu meninggalkan kesan yang sangat buruk di hati Moonela.“Kelly bilang dia datang untuk pesan gaun, tapi sebenarnya itu bukan tujuan utamanya. Mengenai Louis, dia datang untuk menemani adiknya,” jawab Lillia.Moonela menunjukkan ekspresi risi. “Dia masih ada tujuan apa lagi?”Lillia menatapnya, lalu berbisik,
Setelah Lillia mengakhiri panggilan, pemikirannya mulai menjalar ke mana-mana. Entah kenapa Kelly bisa berhubungan dengan Priya? Hanya saja, sepertinya Claude juga tidak begitu menolak. Apa Kelly ke rumah Claude atau ke rumah neneknya?Pikiran Lillia sangat kacau. Setelah dipikir-pikir, dia spontan menyentil keningnya sendiri. “Ngapain kamu berpikir sebanyak ini? Semuanya juga nggak ada hubungannya sama kamu!”Dengan berpikir seperti ini, Lillia langsung berbaring di atas ranjang. Namun, dia tetap tidak bisa masuk ke alam mimpinya.Keesokan paginya, Lillia pergi ke studio dengan kantong mata hitamnya. Moonela menatapnya, lalu bertanya dengan penuh perhatian, “Semalam kamu bergadang lagi buat bikin gaun?”“Nggak.” Lillia langsung menyangkal. Tidak ada progres terbaru dengan gaun itu. Dia juga tidak enak hati menggunakan gaun sebagai alasan.“Jadi, apa yang lagi kamu lakukan?” Moonela berjalan mendekatinya. Dia melihat kantong mata hitamnya, lalu berkata, “Sepertinya kamu tidurnya malam
Pagi harinya Claude sudah tiba di rumah sakit. Ketika melihat Kelly berjaga di samping Priya, rasa kesal seketika tumbuh di hatinya.“Apa Bu Kelly begitu menyukai nenekku? Gimana kalau kamu bawa nenekku ke Kediaman Jaspal saja?” Claude berdiri di sisi pintu. Dia bahkan tidak kepikiran untuk memasuki kamar pasien.“Ada apa denganmu pagi-pagi? Kelly juga berbaik hati. Kamu sibuk sekali. Aku merasa bosan lantaran sendirian di rumah sakit. Aku merasa lebih gembira kalau bisa ditemani Kelly.” Priya langsung menyalahkan Claude.Claude memasang wajah dingin dan tidak berbicara.“Kelly adalah orang paling perhatian yang pernah aku jumpai. Dia bahkan menyuruh koki untuk mempersiapkan sarapanku. Haih, bahkan mantan cucu menantuku sendiri juga nggak pernah seperhatian ini kepadaku,” lanjut Priya. Dapat diketahui bahwa dia sangat menyukai Kelly.Claude tahu Priya sedang menyindir Lillia.“Kalau kamu begitu suka sama dia, anggap saja dia sebagai cucumu. Aku akan dinas selama setengah bulan. Aku aka
Kelly mengangkat-angkat pundaknya. Dia juga tidak memedulikannya. “Semua ini salahku. Aku nggak pandai dalam bicara, makanya dia jadi nggak senang dan terus memendam masalah itu. Tujuan kedatanganku kali ini ke Kota Pinang adalah untuk minta maaf sama dia. Aku nggak nyangka malah akan melibatkan kakakku. Aku semakin merasa bersalah saja.”Saat berbicara sampai di sini, kedua mata Kelly tampak memerah. Dia juga kelihatan sangat bersedih.Usai mendengar penjelasan Kelly, Priya semakin membenci Lillia lagi. Semuanya sama seperti yang dirasakan Priya. Baru saja Priya mengatakan beberapa hal yang tidak enak didengar, Lillia malah dendam hingga saat ini, lalu ribut untuk bercerai. Bahkan, hubungan Priya dengan sang cucu juga menjadi sedingin sekarang ini.Priya menggenggam tangan Kelly dengan erat. Terlintas ekspresi marah di wajahnya. “Kamu lihat sendiri sikap Claude terhadapku sekarang. Semua itu juga berkat provokasinya. Kamu jangan dekat-dekat sama dia.”“Aku juga nggak paham. Kakakku ju
Lillia akhirnya tiba di kafe yang disebut Claude. Selama perjalanan, dia sudah berpikir banyak. Kesimpulan yang ditariknya adalah, Kelly bukan benar-benar jatuh cinta pada Claude, melainkan menggunakan hal itu sebagai alasan untuk datang menjalankan tujuannya.Setelah tiba di meja Claude, Lillia bertanya dengan ekspresi serius, “Ada masalah penting apa yang mau kamu bicarakan sampai harus ketemu di kafe?”Claude meminta pelayan untuk memberikan Lillia segelas susu hangat, lalu balik bertanya, “Kenapa raut wajahmu begitu jelek? Semalam nggak bisa tidur?”Lillia masih memikirkan apa yang ingin dikatakan Claude. Jadi, dia hanya mengiakan pertanyaan Claude. Setelah tersadar kembali, dia berkata, “Apa sebenarnya yang mau kamu katakan? Aku sangat sibuk.”“Biarpun sibuk, kamu juga harus istirahat yang cukup,” jawab Claude. Dia masih belum tahu harus bagaimana menjelaskannya pada Lillia.Lillia pun bertanya lagi dengan ekspresi dingin, “Apa sebenarnya yang mau kamu katakan?”Claude menyesap ko
Lillia tentu saja tidak peduli tentang apa yang ingin dikatakan Hans kepada Louis. Dia langsung masuk kembali ke kantornya, lalu memberi pesan pada Nadia sebelum beristirahat di sofa. Dalam waktu singkat, Lillia sudah tertidur.Di sisi lain, Hans dan Louis berjalan ke sebuah tempat yang agak terpencil. Dia menatap Louis yang mengerutkan keningnya sambil menahan senyum.“Pak Louis, Bu Kelly bilang dia datang untuk minta maaf pada Bu Lillia. Janjinya sih enak didengar, tapi kenapa dia masih belum melakukan apa-apa?” ejek Hans.Louis pun bertanya dengan ekspresi yang agak tenang, “Kamu merasa kami harus memberikan hadiah kepada Lillia baru bisa dibilang tulus?”“Nggak. Aku merasa kalau dia memang begitu ingin minta maaf, dia seharusnya mencari cara untuk melakukannya, bukannya datang kemari dan bahkan nggak angkat telepon dari kakaknya. Menurutmu, apa yang sedang dilakukannya selama ini?” ujar Hans sambil melipat tangannya dan tersenyum sinis.Louis memahami maksud tersirat dari ucapan Ha