Lillia tentu saja tidak peduli tentang apa yang ingin dikatakan Hans kepada Louis. Dia langsung masuk kembali ke kantornya, lalu memberi pesan pada Nadia sebelum beristirahat di sofa. Dalam waktu singkat, Lillia sudah tertidur.Di sisi lain, Hans dan Louis berjalan ke sebuah tempat yang agak terpencil. Dia menatap Louis yang mengerutkan keningnya sambil menahan senyum.“Pak Louis, Bu Kelly bilang dia datang untuk minta maaf pada Bu Lillia. Janjinya sih enak didengar, tapi kenapa dia masih belum melakukan apa-apa?” ejek Hans.Louis pun bertanya dengan ekspresi yang agak tenang, “Kamu merasa kami harus memberikan hadiah kepada Lillia baru bisa dibilang tulus?”“Nggak. Aku merasa kalau dia memang begitu ingin minta maaf, dia seharusnya mencari cara untuk melakukannya, bukannya datang kemari dan bahkan nggak angkat telepon dari kakaknya. Menurutmu, apa yang sedang dilakukannya selama ini?” ujar Hans sambil melipat tangannya dan tersenyum sinis.Louis memahami maksud tersirat dari ucapan Ha
Keesokan harinya.Baru saja Kelly tiba di rumah sakit, Louis juga langsung turun dari mobil lainnya. Pagi ini, Kelly memang tidak mengatakan dirinya ingin pergi ke perpustakaan, melainkan ingin bertemu dengan seorang teman. Hal ini pun membuat Louis merasa khawatir.Louis awalnya tidak ingin mengikuti Kelly, tetapi akhirnya tidak bisa menahan diri. Selama perjalanan, rasa curiganya terhadap Kelly juga menjadi makin besar.Pagi ini, Kelly juga sengaja pergi ke sebuah restoran untuk membeli sarapan. Hal ini sudah membuktikan bahwa teman itu sangatlah penting baginya. Kelly baru tiba di Kota Pinang tidak lama, tetapi malah memiliki teman yang begitu penting?Louis mengikuti Kelly berjalan masuk ke rumah sakit. Setelah melihat Kelly masuk ke kamar pasien nomor 602, dia pun bertanya pada seorang dokter di konter pembayaran, “Maaf, adikku bilang temannya yang tinggal di kamar 602 belum bayar biaya rumah sakit. Jadi, dia menyuruhku datang untuk membayarnya. Tapi, aku nggak yakin apa nomor kam
Louis merasa pemikiran Kelly tidak salah. Namun, Claude bukanlah orang yang gampang diyakinkan. Bisa dibilang bahwa kepribadian Lillia dan Claude sangatlah mirip. Setelah memutuskan sesuatu, pandangan mereka tidak akan bisa diubah dengan semudah itu.“Pikiranmu terlalu sederhana. Dengan apa yang dilakukan Paman Harvey terhadap Claude, salah pahamnya terhadapmu nggak akan begitu mudah dihapuskan. Daripada mencarinya, bagusan kamu langsung cari Lillia,” ujar Louis sambil mengelus rambut Kelly.Saat memikirkan Kelly yang sudah berusaha begitu keras untuk menyelesaikan masalah di antara dirinya dengan Lillia, Louis pun merasa sangat kasihan terhadap Kelly. Selama ini, Kelly hanya berpikiran untuk memenangkan hati orang. Begitu dibenci oleh orang lain, dia langsung berusaha untuk mengubah pandangan orang itu terhadap dirinya.Louis sangat ingin memberi tahu Kelly bahwa sikapnya yang seperti ini tidaklah bagus. Namun, dia juga takut melukai harga diri Kelly.“Tapi, Lillia nggak menyukaiku. D
Lillia mengangguk, tetapi tidak menjawab. Dia merasa sangat menyesal karena tidak merekam pembicaraannya dengan Kelly waktu itu. Namun, tidak ada gunanya juga dia merekamnya. Kelly pasti akan mengatakan itu adalah orang yang menyamar menjadinya. Bagaimanapun juga, dia bahkan tidak tahu ponsel siapa yang digunakan Kelly untuk meneleponnya.“Aku tahu kamu punya kebebasan untuk menyukai atau membenci siapa saja. Tapi, apa kamu bisa berpura-pura bersikap baik padanya sekali agar dia bisa tenang? Begitu tahu kamu nggak membencinya, dia pasti akan meninggalkan Kota Pinang,” ujar Louis dengan ekspresi penuh harap.Lillia merasa Louis benar-benar tidak memahami Kelly. Apabila dia mengalah, yang menantinya selanjutnya adalah masalah yang tak berujung. Jadi, kenapa dia harus menjadi orang baik?Saat ini, Louis jelas-jelas sedang mempersulit Lillia. Demi Kelly, Louis bahkan bisa melontarkan permintaan yang akan membawakan masalah tak berujung bagi Lillia.Lillia pun bertanya sambil tersenyum sini
Hans langsung merasa waspada. Apa Louis menaruh perasaan pada Lillia setelah mengetahui Lillia bukanlah adiknya?Hans segera melaju mendekati Lillia dan Louis dengan mengendarai motor listriknya. Kemudian, dia menghentikan motor listriknya di samping mereka dan berkata, “Bu Lillia, kalau kamu belum pesan taksi, mari kuantar pulang! Motor listrikku ini juga lumayan nyaman, lho.”Hans tidak akan memberikan kesempatan kepada Louis untuk lanjut menghabiskan waktu dengan Lillia. Dia merasa ada yang aneh dari cara bicara Louis pada Lillia. Jika membiarkan Louis lanjut bersama Lillia, dia khawatir perasaan sayang terhadap saudara yang dirasakan Louis akan berubah menjadi cinta. Pada saat itu, situasinya pasti sangat memusingkan.Lillia mengangguk pada Hans dan menjawab, “Boleh juga. Biar bisa sekalian menghirup udara segar.”Louis melihat Lillia naik ke motor listrik Hans dalam diam. Setelah itu, dia hanya melambaikan tangannya sambil melihat kepergian Lillia dan Hans.Hans yang menyaksikan s
Saat Lillia hendak tidur, pintu rumahnya tiba-tiba diketuk dan ponselnya juga berdering. Itu adalah panggilan masuk dari kurir. Lillia pun merasa sangat bingung karena dia tidak memesan apa-apa ....Setelah menerima telepon itu, Lillia pun menyapa, “Halo?”“Bu Lillia, aku mau mengantar pesananmu,” kata kurir itu dengan sopan.“Tapi, aku nggak ada pesan apa-apa,” jawab Lillia dengan sopan juga.“Ini kiriman temanmu. Aku letakkan di depan pintu rumahmu, ya. Masih ada pesanan lain yang mau kuantar,” ujar kurir itu. Setelah itu, dia langsung memutuskan sambungan telepon.Lillia tidak tahu siapa yang diam-diam mengirim barang untuknya malam-malam begini. Moonela tahu dia tidak memiliki kebiasaan untuk makan malam-malam. Jadi, siapa lagi yang mungkin melakukannya? Apa ini jebakan Kelly?Baru saja Lillia hendak memeriksanya, ponselnya menunjukkan pesan masuk dari Claude.[ Pesanannya sudah sampai? ]Begitu membaca pesan itu, Lillia langsung merasa terkejut.[ Kamu kirim apa? ][ Lihat saja s
Saat berjalan keluar dari kamar dan melihat Louis yang duduk di sofa ruang tamu, Kelly pun langsung terkejut.“Kamu mau pergi menjenguk neneknya Claude lagi?” tanya Louis dengan suara yang agak serak.“Kalau Kakak nggak mau membantuku, aku akan berusaha sendiri. Lagian, aku sudah bilang ke Ibu semalam dan Ibu juga mendukungku kok,” jawab Kelly sambil menunduk. Ini adalah pertama kalinya dia melawan Louis.“Kelly, aku merasa apa yang dikatakan Lillia benar. Ini hanyalah salah paham dan kamu nggak usah berbuat sampai begini. Neneknya Claude juga nggak pantas menerima kebaikanmu. Lillia sudah pernah ditindasnya, dia bukanlah orang yang baik,” ujar Louis dengan tampang lelah sambil berdiri.“Kak, semakin kamu peduli pada Lillia, aku merasa semakin bersalah. Apa kamu ngerti?” tanya Kelly dengan tampang sedih. Kemudian, dia langsung berbalik untuk pergi.Louis tiba-tiba meninggikan suaranya dan berseru, “Kelly!”Kelly tidak berhenti, malah mempercepat langkahnya.“Aku nggak ngerti kenapa kam
“Aku nggak ngerti, tapi menghormati perasaanmu,” jawab Lillia dengan jujur. Dia belum pernah kehilangan putri, tentu saja dia tidak dapat memahami perasaan Imelda sepenuhnya. Apalagi, dia juga tidak menyukai Kelly.“Aku nggak peduli meskipun kamu nggak ngerti. Kamu hanya perlu mengingat dengan baik kata-kataku selanjutnya. Kamu harus mendesainkan baju itu. Demi kebaikanmu sendiri, pertimbangkanlah hal itu dengan baik. Kalau kamu bersikeras menolaknya, jangan salahkan aku lagi,” ancam Imelda.Lillia tidak dapat menahan tawanya. Kemudian, dia menjawab, “Bu Imelda, silakan berbuat sesuka hatimu.”Setelah melontarkan kata-kata itu, Lillia langsung memutuskan sambungan telepon mereka. Tindakan ini pun membuat Imelda merasa sangat marah. Dia merasa ucapannya sudah terdengar sangat mengancam. Tak disangka, Lillia sama sekali tidak takut.Setelah memutuskan sambungan telepon, ekspresi Lillia juga menjadi sangat dingin. Saat tiba di studio, dia melihat Louis yang berdiri di depan pintu. Sementa