Hans langsung merasa waspada. Apa Louis menaruh perasaan pada Lillia setelah mengetahui Lillia bukanlah adiknya?Hans segera melaju mendekati Lillia dan Louis dengan mengendarai motor listriknya. Kemudian, dia menghentikan motor listriknya di samping mereka dan berkata, “Bu Lillia, kalau kamu belum pesan taksi, mari kuantar pulang! Motor listrikku ini juga lumayan nyaman, lho.”Hans tidak akan memberikan kesempatan kepada Louis untuk lanjut menghabiskan waktu dengan Lillia. Dia merasa ada yang aneh dari cara bicara Louis pada Lillia. Jika membiarkan Louis lanjut bersama Lillia, dia khawatir perasaan sayang terhadap saudara yang dirasakan Louis akan berubah menjadi cinta. Pada saat itu, situasinya pasti sangat memusingkan.Lillia mengangguk pada Hans dan menjawab, “Boleh juga. Biar bisa sekalian menghirup udara segar.”Louis melihat Lillia naik ke motor listrik Hans dalam diam. Setelah itu, dia hanya melambaikan tangannya sambil melihat kepergian Lillia dan Hans.Hans yang menyaksikan s
Saat Lillia hendak tidur, pintu rumahnya tiba-tiba diketuk dan ponselnya juga berdering. Itu adalah panggilan masuk dari kurir. Lillia pun merasa sangat bingung karena dia tidak memesan apa-apa ....Setelah menerima telepon itu, Lillia pun menyapa, “Halo?”“Bu Lillia, aku mau mengantar pesananmu,” kata kurir itu dengan sopan.“Tapi, aku nggak ada pesan apa-apa,” jawab Lillia dengan sopan juga.“Ini kiriman temanmu. Aku letakkan di depan pintu rumahmu, ya. Masih ada pesanan lain yang mau kuantar,” ujar kurir itu. Setelah itu, dia langsung memutuskan sambungan telepon.Lillia tidak tahu siapa yang diam-diam mengirim barang untuknya malam-malam begini. Moonela tahu dia tidak memiliki kebiasaan untuk makan malam-malam. Jadi, siapa lagi yang mungkin melakukannya? Apa ini jebakan Kelly?Baru saja Lillia hendak memeriksanya, ponselnya menunjukkan pesan masuk dari Claude.[ Pesanannya sudah sampai? ]Begitu membaca pesan itu, Lillia langsung merasa terkejut.[ Kamu kirim apa? ][ Lihat saja s
Saat berjalan keluar dari kamar dan melihat Louis yang duduk di sofa ruang tamu, Kelly pun langsung terkejut.“Kamu mau pergi menjenguk neneknya Claude lagi?” tanya Louis dengan suara yang agak serak.“Kalau Kakak nggak mau membantuku, aku akan berusaha sendiri. Lagian, aku sudah bilang ke Ibu semalam dan Ibu juga mendukungku kok,” jawab Kelly sambil menunduk. Ini adalah pertama kalinya dia melawan Louis.“Kelly, aku merasa apa yang dikatakan Lillia benar. Ini hanyalah salah paham dan kamu nggak usah berbuat sampai begini. Neneknya Claude juga nggak pantas menerima kebaikanmu. Lillia sudah pernah ditindasnya, dia bukanlah orang yang baik,” ujar Louis dengan tampang lelah sambil berdiri.“Kak, semakin kamu peduli pada Lillia, aku merasa semakin bersalah. Apa kamu ngerti?” tanya Kelly dengan tampang sedih. Kemudian, dia langsung berbalik untuk pergi.Louis tiba-tiba meninggikan suaranya dan berseru, “Kelly!”Kelly tidak berhenti, malah mempercepat langkahnya.“Aku nggak ngerti kenapa kam
“Aku nggak ngerti, tapi menghormati perasaanmu,” jawab Lillia dengan jujur. Dia belum pernah kehilangan putri, tentu saja dia tidak dapat memahami perasaan Imelda sepenuhnya. Apalagi, dia juga tidak menyukai Kelly.“Aku nggak peduli meskipun kamu nggak ngerti. Kamu hanya perlu mengingat dengan baik kata-kataku selanjutnya. Kamu harus mendesainkan baju itu. Demi kebaikanmu sendiri, pertimbangkanlah hal itu dengan baik. Kalau kamu bersikeras menolaknya, jangan salahkan aku lagi,” ancam Imelda.Lillia tidak dapat menahan tawanya. Kemudian, dia menjawab, “Bu Imelda, silakan berbuat sesuka hatimu.”Setelah melontarkan kata-kata itu, Lillia langsung memutuskan sambungan telepon mereka. Tindakan ini pun membuat Imelda merasa sangat marah. Dia merasa ucapannya sudah terdengar sangat mengancam. Tak disangka, Lillia sama sekali tidak takut.Setelah memutuskan sambungan telepon, ekspresi Lillia juga menjadi sangat dingin. Saat tiba di studio, dia melihat Louis yang berdiri di depan pintu. Sementa
Siang ini, Lillia meminta karyawan dari departemen keuangan untuk mentransferkan sejumlah uang kepada Claude. Jumlah uang ini jauh lebih banyak dari uang yang dihabiskan Claude untuk membeli hadiah untuk Lillia. Selain itu, transferan ini juga dilakukan dari rekening perusahaan Lillia ke rekening perusahaan Claude.Begitu mengetahui hal ini, Claude pun murka. Dia hanya ingin memberikan hadiah untuk Lillia, tetapi Lillia malah membuatnya menjadi seperti transaksi resmi. Apa Lillia begitu ingin menjaga jarak dengannya?Claude sangat ingin menelepon Lillia untuk bertanya apa maksudnya. Namun, setelah dipikir-pikir, menelepon Lillia hanya akan menimbulkan masalah untuk dirinya sendiri. Selain tidak mendapat penjelasan apa pun, dia mungkin akan tersakiti lagi akibat segelintir kata-kata yang menyayat hati.Pada akhirnya, Claude pun meletakkan kembali ponselnya dengan suasana hati yang buruk. Tepat pada saat ini, Nelson berjalan masuk ke kantornya dan berkata, “Christian datang untuk menemui
Masalah hubungan Leon dengan Christian seketika tersebar di ibu kota.Kelly juga merasa syok ketika menerima telepon.“Sebenarnya apa tujuan kamu ke Kota Pinang? Sepertinya kamu nggak sekali pun mengunjungi neneknya Lillia? Apa kamu ingin pergi mengunjunginya setelah rahasia terbongkar?” tanya wanita di ujung telepon sembari menahan amarahnya.“Sepertinya Bibi terlalu buru-buru. Aku lagi di Kota Pinang, aku nggak bisa bergerak bebas di ibu kota. Pertama-tama, aku mesti mencari kambing hitam dulu. Kalau nggak, gimana caranya aku bisa terlepas dari masalah itu?” Nada bicara Kelly sangat datar. Dia tidak kelihatan panik sama sekali.“Jangan-jangan kamu ingin menikah dengan Claude? Makanya kamu sengaja ingin menjalin hubungan baik dengan neneknya Claude?” sindir si wanita.Kelly pun tersenyum, tetapi tatapannya sangat dingin. “Bibi, apa aku nggak boleh nikah sama dia?”Tetiba wanita di ujung telepon terdiam.Kelly melihat pemandangan di luar jendela, lalu berkata dengan perlahan, “Aku beri
Jika Lillia tidak menyetujui undangan dari Okasa TV, dia pun akan menyinggung banyak orang.Tidak dipungkiri, program acara ini memang cukup pintar. Mereka tidak takut Lillia akan menolak. Sebab, mereka sudah memiliki siasatnya.Setelah panggilan diakhiri, Lillia spontan menghela napas. Dia kembali menghubungi penanggung jawab Okasa TV, untuk menetapkan tanggal tanda tangan kontrak. “Bu Lillia harap tenang. Acara ini nggak akan disiarkan dalam waktu dekat. Kami pasti akan menyiarkannya setelah sinetron kalian tayang. Masalah ini nggak akan berpengaruh terhadap popularitas sinetronmu,” ucap penanggung jawab Okasa TV dengan sungkan kepada Lillia.Lillia mengiakan. Hanya saja, dia sangat jelas, semua ini hanyalah bualannya saja.Seandainya pihak stasiun televisi benar-benar tidak peduli dengan popularitas sinetron, kenapa mereka tidak menyiarkannya duluan? Sepertinya mereka takut jika terjadi apa-apa dengan sinetron, mereka bisa tidak menayangkannya agar tidak terkena imbasnya.Setelah p
Lillia berusaha menahan amarahnya, lalu bertanya, “Kelly, sebenarnya kenapa Kakek bisa keracunan?”“Gimana aku bisa tahu? Meskipun kamu lagi marah, kamu juga nggak boleh fitnah aku, ‘kan?” Kelly sungguh marah. Tak lama kemudian, dia melanjutkan, “Aku akui nada bicaraku memang nggak bagus. Tapi aku marah juga karena aku nggak bisa menemukanmu dari tadi. Apa kamu tahu berapa kali Kakek telepon kamu?”Lillia memeriksa riwayat panggilannya. Tidak terdapat satu pun panggilan tak terjawab dari Jeff.“Ada apa dengan Kakek?” Nada bicara Lillia melembut.“Kakek lagi cuci lambung. Untung saja dia diantar tepat waktu ke rumah sakit. Kalau terlambat beberapa menit saja, sepertinya Kakek sudah tiada.” Nada bicara Kelly sudah melembut.“Aku akan segera ke rumah sakit,” ucap Lillia dengan tenang. Dia tidak merasa ada yang salah dengan ucapannya tadi.Tujuan kedatangan Kelly ke Kota Pinang sudah sangat jelas. Dia mengatakan dirinya tidak bersalah, tetapi mana mungkin Lillia memercayainya.Saat Lillia