Saat berjalan keluar dari kamar dan melihat Louis yang duduk di sofa ruang tamu, Kelly pun langsung terkejut.“Kamu mau pergi menjenguk neneknya Claude lagi?” tanya Louis dengan suara yang agak serak.“Kalau Kakak nggak mau membantuku, aku akan berusaha sendiri. Lagian, aku sudah bilang ke Ibu semalam dan Ibu juga mendukungku kok,” jawab Kelly sambil menunduk. Ini adalah pertama kalinya dia melawan Louis.“Kelly, aku merasa apa yang dikatakan Lillia benar. Ini hanyalah salah paham dan kamu nggak usah berbuat sampai begini. Neneknya Claude juga nggak pantas menerima kebaikanmu. Lillia sudah pernah ditindasnya, dia bukanlah orang yang baik,” ujar Louis dengan tampang lelah sambil berdiri.“Kak, semakin kamu peduli pada Lillia, aku merasa semakin bersalah. Apa kamu ngerti?” tanya Kelly dengan tampang sedih. Kemudian, dia langsung berbalik untuk pergi.Louis tiba-tiba meninggikan suaranya dan berseru, “Kelly!”Kelly tidak berhenti, malah mempercepat langkahnya.“Aku nggak ngerti kenapa kam
“Aku nggak ngerti, tapi menghormati perasaanmu,” jawab Lillia dengan jujur. Dia belum pernah kehilangan putri, tentu saja dia tidak dapat memahami perasaan Imelda sepenuhnya. Apalagi, dia juga tidak menyukai Kelly.“Aku nggak peduli meskipun kamu nggak ngerti. Kamu hanya perlu mengingat dengan baik kata-kataku selanjutnya. Kamu harus mendesainkan baju itu. Demi kebaikanmu sendiri, pertimbangkanlah hal itu dengan baik. Kalau kamu bersikeras menolaknya, jangan salahkan aku lagi,” ancam Imelda.Lillia tidak dapat menahan tawanya. Kemudian, dia menjawab, “Bu Imelda, silakan berbuat sesuka hatimu.”Setelah melontarkan kata-kata itu, Lillia langsung memutuskan sambungan telepon mereka. Tindakan ini pun membuat Imelda merasa sangat marah. Dia merasa ucapannya sudah terdengar sangat mengancam. Tak disangka, Lillia sama sekali tidak takut.Setelah memutuskan sambungan telepon, ekspresi Lillia juga menjadi sangat dingin. Saat tiba di studio, dia melihat Louis yang berdiri di depan pintu. Sementa
Siang ini, Lillia meminta karyawan dari departemen keuangan untuk mentransferkan sejumlah uang kepada Claude. Jumlah uang ini jauh lebih banyak dari uang yang dihabiskan Claude untuk membeli hadiah untuk Lillia. Selain itu, transferan ini juga dilakukan dari rekening perusahaan Lillia ke rekening perusahaan Claude.Begitu mengetahui hal ini, Claude pun murka. Dia hanya ingin memberikan hadiah untuk Lillia, tetapi Lillia malah membuatnya menjadi seperti transaksi resmi. Apa Lillia begitu ingin menjaga jarak dengannya?Claude sangat ingin menelepon Lillia untuk bertanya apa maksudnya. Namun, setelah dipikir-pikir, menelepon Lillia hanya akan menimbulkan masalah untuk dirinya sendiri. Selain tidak mendapat penjelasan apa pun, dia mungkin akan tersakiti lagi akibat segelintir kata-kata yang menyayat hati.Pada akhirnya, Claude pun meletakkan kembali ponselnya dengan suasana hati yang buruk. Tepat pada saat ini, Nelson berjalan masuk ke kantornya dan berkata, “Christian datang untuk menemui
Masalah hubungan Leon dengan Christian seketika tersebar di ibu kota.Kelly juga merasa syok ketika menerima telepon.“Sebenarnya apa tujuan kamu ke Kota Pinang? Sepertinya kamu nggak sekali pun mengunjungi neneknya Lillia? Apa kamu ingin pergi mengunjunginya setelah rahasia terbongkar?” tanya wanita di ujung telepon sembari menahan amarahnya.“Sepertinya Bibi terlalu buru-buru. Aku lagi di Kota Pinang, aku nggak bisa bergerak bebas di ibu kota. Pertama-tama, aku mesti mencari kambing hitam dulu. Kalau nggak, gimana caranya aku bisa terlepas dari masalah itu?” Nada bicara Kelly sangat datar. Dia tidak kelihatan panik sama sekali.“Jangan-jangan kamu ingin menikah dengan Claude? Makanya kamu sengaja ingin menjalin hubungan baik dengan neneknya Claude?” sindir si wanita.Kelly pun tersenyum, tetapi tatapannya sangat dingin. “Bibi, apa aku nggak boleh nikah sama dia?”Tetiba wanita di ujung telepon terdiam.Kelly melihat pemandangan di luar jendela, lalu berkata dengan perlahan, “Aku beri
Jika Lillia tidak menyetujui undangan dari Okasa TV, dia pun akan menyinggung banyak orang.Tidak dipungkiri, program acara ini memang cukup pintar. Mereka tidak takut Lillia akan menolak. Sebab, mereka sudah memiliki siasatnya.Setelah panggilan diakhiri, Lillia spontan menghela napas. Dia kembali menghubungi penanggung jawab Okasa TV, untuk menetapkan tanggal tanda tangan kontrak. “Bu Lillia harap tenang. Acara ini nggak akan disiarkan dalam waktu dekat. Kami pasti akan menyiarkannya setelah sinetron kalian tayang. Masalah ini nggak akan berpengaruh terhadap popularitas sinetronmu,” ucap penanggung jawab Okasa TV dengan sungkan kepada Lillia.Lillia mengiakan. Hanya saja, dia sangat jelas, semua ini hanyalah bualannya saja.Seandainya pihak stasiun televisi benar-benar tidak peduli dengan popularitas sinetron, kenapa mereka tidak menyiarkannya duluan? Sepertinya mereka takut jika terjadi apa-apa dengan sinetron, mereka bisa tidak menayangkannya agar tidak terkena imbasnya.Setelah p
Lillia berusaha menahan amarahnya, lalu bertanya, “Kelly, sebenarnya kenapa Kakek bisa keracunan?”“Gimana aku bisa tahu? Meskipun kamu lagi marah, kamu juga nggak boleh fitnah aku, ‘kan?” Kelly sungguh marah. Tak lama kemudian, dia melanjutkan, “Aku akui nada bicaraku memang nggak bagus. Tapi aku marah juga karena aku nggak bisa menemukanmu dari tadi. Apa kamu tahu berapa kali Kakek telepon kamu?”Lillia memeriksa riwayat panggilannya. Tidak terdapat satu pun panggilan tak terjawab dari Jeff.“Ada apa dengan Kakek?” Nada bicara Lillia melembut.“Kakek lagi cuci lambung. Untung saja dia diantar tepat waktu ke rumah sakit. Kalau terlambat beberapa menit saja, sepertinya Kakek sudah tiada.” Nada bicara Kelly sudah melembut.“Aku akan segera ke rumah sakit,” ucap Lillia dengan tenang. Dia tidak merasa ada yang salah dengan ucapannya tadi.Tujuan kedatangan Kelly ke Kota Pinang sudah sangat jelas. Dia mengatakan dirinya tidak bersalah, tetapi mana mungkin Lillia memercayainya.Saat Lillia
Setelah Lillia mengakhiri panggilan, dia menarik napas dalam-dalam, lalu melihat ke luar jendela. Dia berusaha mencerna rasa penat di hati.Setibanya di rumah sakit, Lillia menanyakan kondisi Jeff.“Sekarang pasien masih sedang melakukan cuci lambung. Kondisinya baru bisa diketahui setelah operasi berakhir. Kamu bisa menunggu di ruang operasi lantai tiga,” balas dokter yang duduk di dekat jendela.“Baik, terima kasih.” Usai Lillia berbicara, dia pun berjalan ke lantai atas. Baru saja menaiki lantai dua, dia pun bertemu dengan Kelly.Kelly menatap sosok Lillia yang letih itu dengan tatapan meremehkan. “Lillia, Nenek Priya nggak ingin ketemu sama kamu. Kalau kamu tahu diri, segera tinggalkan rumah sakit. Kalau sampai penyakit jantung Nenek Priya kambuh, Claude pasti nggak akan ampuni kamu.”“Ngapain kamu ke rumah sakit? Apa hubunganmu dengan Keluarga Hutomo? Atau selain Keluarga Hutomo, orang lain nggak diizinkan untuk ke rumah sakit ini?” Nada bicara Lillia sangat datar.Kelly pun terse
Ketika Lillia mendengar jamur dari Jirlandia, dia pun tahu di mana masalahnya. “Kamu bawa aku untuk temui dokter itu!” Tetiba suara Lillia menjadi serius.Ohara terkejut. “Ada apa?”“Kakek Jeff keracunan parah. Sekarang dia lagi cuci lambung di rumah sakit. Sumber masalahnya masih belum berhasil diselidiki. Semuanya akan celaka kalau Claude pulang dari luar negeri.” Lillia berjalan maju menggandeng tangan Ohara.“Tapi aku baik-baik saja setelah mengonsumsi jamur itu …. Jangan-jangan ada salah paham dalam hal ini?” Saking syoknya, kedua mata Ohara terbelalak lebar.“Kamu makan jamur yang diberinya pertama kali, sedangkan jamur yang kamu berikan kepada Kakek Jeff itu yang kedua kali. Pasti ada bedanya ….”“Bukan, yang diberi kedua kali aku bagi dua porsi. Aku konsumsi satu porsi, kemudian kasih Jeff satu porsi. Jamur itu pasti nggak bermasalah. Kalau benar-benar jamur itu beracun, sekarang aku juga seharusnya berbaring di rumah sakit, ‘kan? Lagi pula, jamur itu sudah pasti nggak beracun