Begitu Lillia turun dari mobil, Ohara pun tiba. Ketika melihat neneknya tiba dengan selamat, Lillia akhirnya merasa lega."Nenek, telepon aku dong kalau kamu mau datang. Aku bisa menjemputmu. Aku khawatir kalau kamu bepergian jauh sendirian," ujar Lillia sambil membayar.Kemudian, Lillia merangkul Ohara dan mengangkat kantong yang dibawanya. "Yang pelan sedikit. Kita pulang dulu."Ohara tiba-tiba berdiri diam di tempatnya. Dia menggeleng sambil berkata, "Nggak perlu ke rumahmu lagi. Aku kotor sekali, aku hanya ingin kasih Claude bunga pagoda ini."Setelah mengatakan itu, Ohara membuka kantong yang dibawanya dengan tangan bergetar. Dia ingin menunjukkan barang di dalamnya kepada Lillia. Terlihat beberapa bungkus bunga pagoda yang sudah dikeringkan dan dibungkus rapi dengan plastik."Waktu itu, kamu pernah bawa Claude pulang. Aku menyeduh teh bunga pagoda untuknya, dia bilang suka. Kebetulan sekali, bunga pagoda mekar baru-baru ini. Aku menyuruh Vardan memetiknya supaya bisa dikeringkan
Tiba saat pulang kerja, Ohara telah mempersiapkan semua hidangan dan menyeduh teh. Namun, sebelum mereka mulai makan, Ohara melihat ke arah pintu sesekali dan bertanya, "Kenapa Claude belum pulang juga?"Lillia melihat Ohara sekilas, lalu teringat kembali dengan perkataan Vardan. Tenggorokannya serasa tercekat dan tidak bisa berkata-kata. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana seorang wanita tua yang matanya telah hampir rabun dan tidak pernah bepergian selama ini, bisa datang ke kota yang asing ini sendirian. Ohara juga bahkan membawa begitu banyak benda.Apakah ini karena Ohara merasa dirinya sudah tidak bisa hidup lama lagi, sehingga dia datang untuk melihat Lillia? Ohara selalu merasa khawatir Lillia berada di kota ini sendirian dan tidak ada yang bisa membantunya. Dia sangat takut setelah kematiannya, Lillia masih belum kunjung hamil juga dan tidak punya siapa pun lagi.Mengingat hal ini, Lillia merasa tidak tega. Dia menahan air matanya, lalu berdiri sambil tersenyum. "Dia sedang
Saat dilihat, ternyata panggilan itu dari neneknya. Lillia melirik ke arah Claude dengan hati-hati sekilas. Pandangan mereka saling bertemu. Ekspresinya yang merasa kesulitan itu terlihat jelas oleh Claude. Lillia ingin mendesak pria itu, tetapi akhirnya mengurungkan niatnya. Dia hanya pergi tanpa mengatakan apa pun."Nenek ...." Lillia menjawab telepon itu sambil menutup pintu kantor."Ah .... Kamu sudah menjemput Claude?" tanya Ohara. Saat ini langit sudah hampir gelap. Begitu lampu di ruangan itu dibuka, mata Ohara akan jadi semakin buram. Dia tidak ingin Lillia mengetahui kondisi matanya dan membuat gadis itu khawatir.Sekarang, harapan Ohara satu-satunya adalah melihat hubungan Claude dan Lillia baik-baik saja. Hanya saja, Ohara meragukan apakah dia masih punya kesempatan untuk melihat cicitnya. Ohara melamun cukup lama, dia baru tersadar lagi saat Lillia memanggilnya beberapa kali."Hah? Apa kamu bilang?""Aku bilang, Claude sedang rapat, jadi harus menunggu cukup lama lagi. Kala
"Kalian semua sibuk, jadi aku nggak mau merepotkan kalian. Aku bisa mengenali jalan kok," balas Ohara dengan gembira sembari menepuk punggung tangan Claude."Nggak repot. Kalau Nenek bilang begini, bukankah kesannya jadi Nenek menganggapku adalah orang luar?" Claude berkata dengan nada bicara yang serius, seolah-olah dia benar-benar tersinggung.Ohara buru-buru melambaikan tangannya, "Bukan begitu! Mana mungkin! Aku hanya takut kalian sibuk. Aku ...."Claude langsung menyela ucapannya, "Sesibuk apa pun, nggak ada yang lebih penting dari Nenek. Nenek juga nggak merepotkan."Ohara mengangguk sambil tersenyum semringah. Saat makan malam, Claude memperlakukan Ohara dengan penuh perhatian, bahkan Lillia saja tidak punya kesempatan untuk membantu sama sekali. Pandangan Lillia terhadap Claude jadi penuh dengan rasa syukur dan kekaguman.Claude benar-benar pandai berakting. Jika bukan karena mereka sudah mengaturnya sebelumnya, bahkan Lillia juga akan tertipu oleh akting Claude ini. Setelah ma
"Nenek datang?" Reaksi pertama Moonela saat mengetahui kejadian ini adalah terkejut, lalu dia mencibir. "Tapi kamu nggak bisa terus berpura-pura seperti ini, 'kan? Nenekmu itu sangat cerdas."Tentu saja Lillia tahu akan hal ini. Dia hanya berkata dengan tak berdaya, "Terpaksa begini untuk sementara. Akhir-akhir ini kesehatannya juga kurang bagus dan kurusan. Dia hanya datang karena ingin melihatku dan Claude. Kalau sampai tahu aku dan Claude akan bercerai, dia pasti nggak akan bisa menerima kenyataan. Aku masih ingin hidup lama dengan Nenek!"Moonela mengelus dagunya dan menyindir, "Kalau begitu kamu harus ingatkan Claude untuk menjauh dari pelakor itu. Kalau ketahuan dia selingkuh, siap-siap saja kalian sekeluarga diopname."Meski perangainya terlihat lembut, Ohara akan berjuang mati-matian membela cucunya jika ada yang menindasnya. Saat Lillia berusia 4 atau 5 tahun dia hampir saja diculik orang. Saat itu, neneknya mengejar penculik itu dengan membawa sabit di tangannya.Penculik itu
Saat kedua orang itu tiba di rumah, Ohara sedang sibuk di dapur. Lillia mencuci tangannya, lalu masuk ke dapur sambil berkata, "Nenek, biar aku saja."Awalnya Ohara ingin menolaknya, tetapi dia langsung tersenyum lebar saat melihat Claude yang ikut masuk setelah melepas jasnya. "Baiklah! Anak muda seperti kalian seleranya memang lebih bagus, kalian saja yang masak."Waktu makan malam telah tiba. Baru saja Lillia duduk di samping neneknya, piringnya telah bertambah sepotong ikan. Saat melihatnya lagi, ternyata orang yang memberinya ikan itu adalah Claude. Lillia membalasnya dengan senyuman yang manis, tetapi dalam hatinya terus mengumpat.Jelas-jelas Lillia tidak makan ikan! Apakah pria itu sengaja membalas dendam karena merasa Lillia telah mengacaukan rencana makan siang dengan Nikita? Karena merasa kesal, Lillia mengambilkan sesendok sambal kentang. Kemudian, dia berkata dengan pura-pura perhatian, "Sayang, bukannya kamu suka kentang? Makan yang banyak, ya!"Lillia sangat kuat makan m
Claude melihat ke arah Lillia, lalu terdiam sejenak sebelum berkata, "Tadi aku melihat ada dua selimut di ranjang Nenek. Mungkin dia kedinginan. Bagaimana kalau kamu pergi mengambilnya?"Lillia berpikir sejenak, lalu menjawab, "Lupakan saja." Kalau neneknya benar-benar kedinginan, Lillia tentu tidak boleh mengambil selimut itu. Kalau sampai ketahuan oleh neneknya, bukankah mereka akan sulit menjelaskannya nanti?Saat Lillia masih sedang bingung bagaimana dia harus tidur malam ini, Claude menggeser posisinya untuk memberikan ruang pada Lillia. Kemudian, dia berkata dengan ekspresi santai, "Tidurlah."Lillia hanya terdiam. Setelah berpikir keras sejenak, Lillia berjalan ke sisi tempat tidur dengan ekspresi datar. Dia menarik sudut selimut, lalu berbaring di tempat tidur itu dan menutup lampu tidur di sampingnya. Dalam hatinya terus meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Lagi pula, ini juga bukan pertama kalinya mereka tidur di ranjang yang sama. Claude saja tidak takut, jad
"Justru aku yang mau tanya apa yang sedang kamu lakukan?" Lillia tiba-tiba tersadar dan merasa kesal sekaligus malu. Dia berusaha sekuat tenaga menyingkirkan tangan Claude. "Kenapa kamu tidur sambil memelukku?"Yang membuat Lillia semakin merasa jijik adalah, apakah Claude memang terbiasa memeluk seseorang sambil tidur? Orang yang selalu dipeluknya itu sudah pasti bukan Lillia.Claude menatapnya, lalu bertanya, "Bukankah ini yang kamu mau?"Lillia tertegun sejenak. Dia bahkan mengira dirinya belum tersadar dari mimpi. "Kenapa ini jadi mauku?"Claude menjawab, "Kamu memajang banyak sekali perlengkapan anak-anak di rumah dan bahkan menggantungkan lukisan di kamarmu. Lalu, lemarimu juga ada banyak pakaianku dan ada sandal pria di depan pintu rumah. Jangan katakan kamu mempersiapkan semua ini demi Cedron?"Jelas sekali Lillia tidak ingin bercerai. Dia hanya mencari cara lain untuk memaksa Claude kembali padanya. Claude dulu sangat membenci trik-trik rendahan seperti ini, tetapi kini sepert
Claude menatap Lillia dan berkata, “Kalau mereka datang mencari masalah lagi, teleponlah aku. Untung saja hari ini asistenmu juga sedang lembur dan meneleponku tepat waktu. Kalau nggak, aku nggak tahu akan sekacau apa tempat ini sekarang.”Bagaimanapun juga, Edward benar-benar akan menghancurkan Perusahaan LMOON.Lillia menggigit bibirnya tanpa mengatakan apa-apa. Malam ini, dia memang merasa marah. Namun, dia sebenarnya juga merasakan kesedihan yang tidak dapat dimengerti.“Kamu pulang saja dulu. Aku mau istirahat,” kata Lillia dengan nada yang agak dingin.Claude meliriknya, lalu bertanya, “Kamu sedih?”“Nggak,” jawab Lillia dengan ekspresi cemberut.“Kalau begitu, istirahatlah yang baik. Ingat, kalau mereka datang untuk mempersulitmu lagi, kamu harus meneleponku,” hibur Claude dengan nada lembut.Claude tahu dari mana datangnya kesedihan Lillia. Bagaimanapun juga, Edward dan Imelda adalah orang tua kandung Lillia. Namun, mereka malah datang untuk menindas Lillia. Mana mungkin Lillia
Ohara memegang sapunya erat-erat, lalu memelototi Edward dan Imelda sambil berseru, “Suatu hari nanti, kalian pasti akan menyesal!”Edward hanya mendengus. Dia mengira Ohara sedang berbicara tentang opini publik. Dia pun menjawab dengan tampang mengejek, “Aku nggak akan menyesal. Biarpun Kelly berbuat salah, kami akan tetap mendukungnya!”Imelda menatap Lillia dan berkata, “Kamu memang berbakat, tapi karaktermu malah begitu buruk. Kelly sudah berulang kali menyanjungmu, tapi kamu bukan hanya nggak menanggapinya, malah bekerja sama dengan Claude untuk mempermalukannya. Sebenarnya, kamu sudah tahu dari awal kalau kamu tetap nggak akan kalah meski Claude menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal, ‘kan?”“Kamu tahu Claude menyukaimu, makanya kamu bisa membiarkannya tunangan sama Kelly dengan tenang. Selain bisa menyelesaikan krisis LMOON, kamu juga bisa menertawakan Kelly!”Lillia sama sekali tidak ingin menjelaskan apa-apa. Saat ini, pipinya sudah bengkak. Sangat jelas bahwa
Begitu pulang ke Kediaman Jaspal, Kelly langsung tidak berhenti menangis di ruang tamu.Edward oun buru-buru turun ke lantai bawah. Setelah melihat tampang Kelly yang begitu sedih, dia segera bertanya, “Sayang, ada apa?”“Mantan istrinya Claude itu Lillia. Apa kalian tahu, tapi nggak memberitahuku?” tanya Kelly pada Edward dengan berlinang air mata.Edward duduk di sisi Kelly dan hendak menjawab. Namun, begitu melihat pipi Kelly yang merah dan bengkak, dia segera bertanya, “Siapa yang memukulmu?”Kelly menjawab sambil menangis, “Lillia melihat aku dan Claude makan di restoran, lalu juga sengaja membawa beberapa pria makan di sana dan menggoda mereka untuk membuat Claude marah. Waktu aku berdebat dengan Lillia, Claude menamparku deminya.”Seusai berbicara, Kelly menangis makin kencang.Edward pun berdiri dengan marah, lalu segera mencari ponselnya dan hendak menelepon Claude untuk memakinya. Begitu melihat Kelly yang menangis tersedu-sedu, Imelda yang baru turun juga buru-buru memelukny
Lillia juga melihat Claude dan Kelly meninggalkan restoran. Setelah para bos itu selesai makan, Lillia pun memanggilkan mobil untuk mengantar mereka kembali ke hotel sebelum masuk ke mobilnya sendiri. Hanya saja, sebelum mobilnya sempat keluar dari tempat parkir, mobil Claude pun memblokir jalannya.Claude duduk di dalam mobil dan menatap Lillia dengan ekspresi tidak senang. Sementara itu, Lillia mengerutkan kening, tetapi tidak mengatakan apa-apa.Setelah saling bertatapan dari dalam mobil untuk sesaat, Claude baru turun dari mobil. Pada akhirnya, Lillia mau tak mau turun dari mobil setelah Claude mengetuk kaca jendelanya 3 kali.“Ada apa?” tanya Lillia dengan kening berkerut.“Aku nggak langsung memberitahumu aku sudah kembali ke ibu kota karena Hans bilang kamu sedang rapat. Makanya, aku pergi ke Kediaman Jaspal dulu,” jelas Claude dengan sikap mendominasi. Dia juga memerangkapi Lillia di antara tubuhnya dengan mobil.Lillia menjawab dengan ekspresi datar, “Pak Claude, kenapa kamu h
Edward pun menjawab dengan tidak senang, “Aku tahu kamu sama sekali nggak menyukai Kelly.”Claude hanya tersenyum dan tidak menjawab.Begitu mendengar percakapan mereka, Imelda juga merasa sangat sedih.“Aku pada dasarnya memang nggak bersedia menikahinya, tapi dia sendiri yang memaksa. Aku ini orang yang selalu memegang janjiku. Berhubung kalian sudah melepaskan Perusahaan LMOON, aku akan memenuhi janjiku dengan menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal,” jawab Claude dengan ekspresi acuh tak acuh.Edward tidak lagi berbicara. Dia bangkit dari tempat duduk dan mengisyaratkan Imelda untuk naik ke lantai atas bersamanya.Malam ini, Lillia mengajak beberapa bos besar ke Xennington. Baru saja mereka semua duduk, dia langsung melihat Kelly dan Claude berjalan masuk ke restoran. Dia pun merasa agak terkejut karena tidak tahu bahwa Claude telah kembali ke ibu kota ....Namun, setelah teringat kembali ucapan Claude sebelumnya, Lillia pun tidak memikirkannya lagi. Claude pernah m
“Apa kamu masih marah sama Kelly? Hari ini, aku sudah menegurnya sebelum datang. Pokoknya, aku akan selalu berpihak padamu. Percayalah padaku,” ujar Louis dengan nada yang terdengar sangat memelas.Moonela menjawab, “Aku nggak marah, cuma ingin jalan-jalan sendiri!”“Tapi, tetanggamu bilang kakimu cedera dan dia juga sempat menggantikanmu untuk lapor polisi. Kalau kakimu cedera, kenapa kamu masih bisa berkeluyuran?” tanya Louis dengan sengaja.Kali ini, Moonela tidak bisa menjawab dengan begitu cepat. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, “Cedera kakiku nggak parah, kok .... Kamu pergi ke rumahku?”“Emm, aku rindu banget sama kamu. Aku datang mencarimu, tapi kamu nggak menyahut. Jadi, aku tanya ke tetanggamu,” jawab Louis dengan nada lembut.“Aku lagi nggak ada di rumah. Jangan mencariku lagi! Aku sedang jalan-jalan di luar. Kalau suasana hatiku sudah baikan, aku akan meneleponmu,” jawab Moonela. Intinya, dia menolak untuk bertemu dengan Louis.Louis pun merasa agak marah dan berk
Selama adiknya hilang, Louis selalu berharap dia bisa segera pulang ke rumah. Sekarang, adiknya memang sudah kembali. Selain itu, dia juga merasa dirinya bersikap sangat baik terhadap Kelly dan selalu menuruti permintaannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Louis merasa Kelly menjadi makin menyebalkan. Dia bukan hanya suka melakukan trik kotor secara diam-diam, juga sering memicu perselisihan di hadapan orang tuanya. Dia juga berkata dirinya menyukai Lillia, tetapi malah selalu berlagak seperti korban dan mengatakan Lillia sering menindasnya.Kelly tidak menyangka Louis akan menggunakan nada bicara seperti ini untuk berbicara dengannya. Dia pun terisak, lalu bertanya dengan suara gemetar, “Kak, apa kamu sudah bosan denganku? Setelah memiliki orang yang disukai, Kakak jadi membenciku?”Louis menjawab dengan dingin, “Aku juga punya urusanku sendiri. Kamu nggak perlu menggunakan alasan Moonela memukulmu untuk mengikatku. Lagian, aku juga sudah bosan harus menemanimu jalan-jalan s
Di hari ketiga Moonela hilang, Claude masih belum menemukan informasi apa-apa. Saat ini, dia sedang duduk di kantor dan memikirkan bagaimana cara bawahan Kelly memindahkan Moonela. Dia sudah menyelidiki semua CCTV, tetapi tidak menemukan ada yang aneh. Dia hampir tidak pernah bertemu kesulitan seperti ini. Setelah berpikir lama, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan segera menelepon Nelson.“Coba cari kesempatan untuk pergi ke rumah Moonela lagi, lalu periksalah seluruh rumahnya dengan teliti. Aku curiga dia masih berada di dalam rumah,” perintah Claude dengan nada dingin.“Aku rasa Louis yang paling cocok untuk melakukan hal ini,” jawab Nelson. Untuk mengurangi risiko, hanya Louis seorang yang paling cocok untuk melakukan hal ini. Claude pun terdiam sejenak, lalu memutuskan sambungan telepon. Dia sudah secara tidak langsung menyetujui usul Nelson.Tidak lama kemudian, Lillia menerima telepon dari Claude. Baru saja dia menekan tombol menerima panggilan, terdengar Claude yang bertanya, “A
Melihat Moonela yang membagikan foto avatar virtual yang dibuatnya kepadanya setiap hari, Lillia merasa Moonela juga lumayan suka bermain permainan ini. Namun, begitu teringat cedera kaki Moonela, dia mau tak mau mulai merasa khawatir lagi. Dia sedang mempertimbangkan apakah dirinya harus menelepon Moonela untuk menanyakan keadaannya atau tidak.Tepat pada saat ini, Moonela malah meneleponnya terlebih dahulu. Lillia pun segera menjawabnya.“Lillia, aku lagi di ibu kota, nih! Apa kamu lagi senggang? Aku kangen sama kamu,” tanya Moonela dengan gembira.Lillia melihat jadwalnya, lalu menjawab, “Kamu datang ke perusahaan saja, ya? Akhir-akhir ini, aku sibuk banget dan hanya bisa menemuimu di kantor.”Lillia dan Moonela pada dasarnya selalu bersikap jujur pada satu sama lain. Saat ini, ada setumpuk pesanan yang harus ditangani dan rapat tiada akhir yang harus dihadiri Lillia setiap hari. Jadi, dia tidak bisa meluangkan waktu untuk menemui Moonela di luar.“Ya sudah deh. Kamu harus lebih per