"Kalian semua sibuk, jadi aku nggak mau merepotkan kalian. Aku bisa mengenali jalan kok," balas Ohara dengan gembira sembari menepuk punggung tangan Claude."Nggak repot. Kalau Nenek bilang begini, bukankah kesannya jadi Nenek menganggapku adalah orang luar?" Claude berkata dengan nada bicara yang serius, seolah-olah dia benar-benar tersinggung.Ohara buru-buru melambaikan tangannya, "Bukan begitu! Mana mungkin! Aku hanya takut kalian sibuk. Aku ...."Claude langsung menyela ucapannya, "Sesibuk apa pun, nggak ada yang lebih penting dari Nenek. Nenek juga nggak merepotkan."Ohara mengangguk sambil tersenyum semringah. Saat makan malam, Claude memperlakukan Ohara dengan penuh perhatian, bahkan Lillia saja tidak punya kesempatan untuk membantu sama sekali. Pandangan Lillia terhadap Claude jadi penuh dengan rasa syukur dan kekaguman.Claude benar-benar pandai berakting. Jika bukan karena mereka sudah mengaturnya sebelumnya, bahkan Lillia juga akan tertipu oleh akting Claude ini. Setelah ma
"Nenek datang?" Reaksi pertama Moonela saat mengetahui kejadian ini adalah terkejut, lalu dia mencibir. "Tapi kamu nggak bisa terus berpura-pura seperti ini, 'kan? Nenekmu itu sangat cerdas."Tentu saja Lillia tahu akan hal ini. Dia hanya berkata dengan tak berdaya, "Terpaksa begini untuk sementara. Akhir-akhir ini kesehatannya juga kurang bagus dan kurusan. Dia hanya datang karena ingin melihatku dan Claude. Kalau sampai tahu aku dan Claude akan bercerai, dia pasti nggak akan bisa menerima kenyataan. Aku masih ingin hidup lama dengan Nenek!"Moonela mengelus dagunya dan menyindir, "Kalau begitu kamu harus ingatkan Claude untuk menjauh dari pelakor itu. Kalau ketahuan dia selingkuh, siap-siap saja kalian sekeluarga diopname."Meski perangainya terlihat lembut, Ohara akan berjuang mati-matian membela cucunya jika ada yang menindasnya. Saat Lillia berusia 4 atau 5 tahun dia hampir saja diculik orang. Saat itu, neneknya mengejar penculik itu dengan membawa sabit di tangannya.Penculik itu
Saat kedua orang itu tiba di rumah, Ohara sedang sibuk di dapur. Lillia mencuci tangannya, lalu masuk ke dapur sambil berkata, "Nenek, biar aku saja."Awalnya Ohara ingin menolaknya, tetapi dia langsung tersenyum lebar saat melihat Claude yang ikut masuk setelah melepas jasnya. "Baiklah! Anak muda seperti kalian seleranya memang lebih bagus, kalian saja yang masak."Waktu makan malam telah tiba. Baru saja Lillia duduk di samping neneknya, piringnya telah bertambah sepotong ikan. Saat melihatnya lagi, ternyata orang yang memberinya ikan itu adalah Claude. Lillia membalasnya dengan senyuman yang manis, tetapi dalam hatinya terus mengumpat.Jelas-jelas Lillia tidak makan ikan! Apakah pria itu sengaja membalas dendam karena merasa Lillia telah mengacaukan rencana makan siang dengan Nikita? Karena merasa kesal, Lillia mengambilkan sesendok sambal kentang. Kemudian, dia berkata dengan pura-pura perhatian, "Sayang, bukannya kamu suka kentang? Makan yang banyak, ya!"Lillia sangat kuat makan m
Claude melihat ke arah Lillia, lalu terdiam sejenak sebelum berkata, "Tadi aku melihat ada dua selimut di ranjang Nenek. Mungkin dia kedinginan. Bagaimana kalau kamu pergi mengambilnya?"Lillia berpikir sejenak, lalu menjawab, "Lupakan saja." Kalau neneknya benar-benar kedinginan, Lillia tentu tidak boleh mengambil selimut itu. Kalau sampai ketahuan oleh neneknya, bukankah mereka akan sulit menjelaskannya nanti?Saat Lillia masih sedang bingung bagaimana dia harus tidur malam ini, Claude menggeser posisinya untuk memberikan ruang pada Lillia. Kemudian, dia berkata dengan ekspresi santai, "Tidurlah."Lillia hanya terdiam. Setelah berpikir keras sejenak, Lillia berjalan ke sisi tempat tidur dengan ekspresi datar. Dia menarik sudut selimut, lalu berbaring di tempat tidur itu dan menutup lampu tidur di sampingnya. Dalam hatinya terus meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Lagi pula, ini juga bukan pertama kalinya mereka tidur di ranjang yang sama. Claude saja tidak takut, jad
"Justru aku yang mau tanya apa yang sedang kamu lakukan?" Lillia tiba-tiba tersadar dan merasa kesal sekaligus malu. Dia berusaha sekuat tenaga menyingkirkan tangan Claude. "Kenapa kamu tidur sambil memelukku?"Yang membuat Lillia semakin merasa jijik adalah, apakah Claude memang terbiasa memeluk seseorang sambil tidur? Orang yang selalu dipeluknya itu sudah pasti bukan Lillia.Claude menatapnya, lalu bertanya, "Bukankah ini yang kamu mau?"Lillia tertegun sejenak. Dia bahkan mengira dirinya belum tersadar dari mimpi. "Kenapa ini jadi mauku?"Claude menjawab, "Kamu memajang banyak sekali perlengkapan anak-anak di rumah dan bahkan menggantungkan lukisan di kamarmu. Lalu, lemarimu juga ada banyak pakaianku dan ada sandal pria di depan pintu rumah. Jangan katakan kamu mempersiapkan semua ini demi Cedron?"Jelas sekali Lillia tidak ingin bercerai. Dia hanya mencari cara lain untuk memaksa Claude kembali padanya. Claude dulu sangat membenci trik-trik rendahan seperti ini, tetapi kini sepert
"Baiklah, kalau begitu sudah sepakat ya. Aku akan menyuruh orang untuk mengurus kontrak denganmu." Cedron tertawa, lalu berkata, "Selamat bergabung di acara Top Designer, acara ini nggak akan membuat ka ... lian kecewa.""Tapi aku punya sebuah permintaan," celetuk Lillia yang tiba-tiba teringat akan sesuatu sebelum Cedron mengakhiri panggilan."Katakan saja." Suara di sekitarnya sangat berisik. Karena takut tidak bisa mendengar permintaan Lillia dengan jelas, Cedron mengatur volume ponselnya hingga maksimal."Masalah ini ...." Setelah berhenti sejenak, Lillia menambahkan, "Aku nggak ingin Claude tahu."Jika hubungannya dan Claude sampai memengaruhi pekerjaan di studio dan acara TV, Lillia pasti akan rugi besar. Dari ujung telepon, Cedron terdiam untuk sesaat. Kemudian, dia menjawab, "Baiklah ...."Selama Cedron tidak berinisiatif mengungkitnya, bisa dianggap dia tidak tahu apa-apa, bukan? Setelah mengakhiri telepon itu, Cedron menyambut Claude yang tiba di depan pintu. "Lho, Kak Claude
"Kamu urus sendiri saja hal seperti ini, kelak juga nggak usah lapor kepadaku. Kalau butuh uang, kamu langsung hubungi Hans saja. Pastikan dia tetap aman saja." Claude menanggapi Kimberly dengan singkat dan jelas.Setelah meresponsnya, Kimberly menutup teleponnya. Dia memandang Nikita yang setengah bersandar di kursi sambil memainkan gelang di tangannya dengan ekspresi yang rumit.Nikita tersenyum dengan ekspresi penuh harapan. "Apa katanya?""Dia sudah setuju, aku langsung pergi mencari Queen Entertainment saja." Kimberly berpikir Cedron adalah teman baik Claude, tentu saja pasti akan membantunya. Namun, dia terus merasa nada bicara Claude di telepon terdengar agak cuek, tidak tahu apakah ini hanya perasaannya saja. Jika Claude ingin dia sendiri yang memutuskannya, dia akan melakukan semuanya sesuai peraturannya."Aku sudah bilang dia pasti akan setuju! Jadi, mohon bantuannya kelak, Kak Kimberly," kata Nikita sambil tersenyum. Dia kembali duduk di kursinya, mengambil secangkir teh yan
Melihat Kimberly meletakkan kotak jam tangan itu ke tasnya, meski ekspresi Nikita terlihat tenang, sebenarnya hatinya merasa agak tidak rela. Bagaimanapun, itu adalah jam tangan yang baru dibelinya. Karena harganya yang terlalu mahal, Nikita bahkan sempat ragu-ragu cukup lama. Namun saat mengingat dirinya mungkin akan terkenal, pengorbanan ini tampaknya cukup pantas."Oh ya, aku punya beberapa foto, coba kamu lihat apakah bisa dipakai atau tidak." Nikita mengeluarkan beberapa lembar foto dari album. Kimberly mendekat untuk melihatnya sekilas. Ternyata itu adalah foto Nikita bersama Claude, tetapi Claude selalu hanya terlihat dari samping."Kirimkan saja padaku," ucap Kimberly yang merasa puas pada Nikita. Kimberly mengambil ponselnya untuk mengedit foto itu, lalu berkata, "Kamu nggak usah peduli lagi masalah selanjutnya. Serahkan saja masalah sosial media padaku. Aku akan mempekerjakan tim profesional untuk membantumu mengurusnya.""Baik," jawab Nikita.....Saat mendekati jam pulang k