Saat makan, Leon menerima telepon dari seseorang. Setelah itu, senyuman di wajahnya pun sirna. Dia mengerutkan keningnya dan aura yang dipancarkannya saat ini terasa lumayan mengerikan.Lillia pun berpikir, ‘Waktu serius, anak ini kelihatan sangar juga.’“Kalian yakin itu adalah perbuatan Keluarga Jaspal? Oke, habis menemani Nona Lillia makan ....”Sebelum Leon sempat menyelesaikan kata-katanya, Lillia sudah merebut ponselnya dan berkata, “Kami sudah selesai makan. Kirimkan saja alamatnya. Kami akan segera pergi ke sana.”Seusai berbicara, Lillia langsung memutuskan sambungan telepon dan mengembalikan ponsel Leon. Saat ini, Leon terlihat sangat tidak berdaya.Leon menerima ponselnya, lalu berkata, “Makanan di sini sangat mahal. Coba pertimbangkan kantongku dan perasaan makanannya. Mereka pasti akan merasa diri mereka sangat nggak berharga karena kamu nggak memakannya.”“Kita datang lagi saja lain kali. Kali ini, aku akan mentraktirmu. Nenekku lebih penting,” jawab Lillia.Leon berdiri,
Setelah keluar dari ruang istirahat stasiun kereta api, Lillia dan Ohara tidak berhenti berdebat mengenai mau pergi ke rumah sakit atau restoran terlebih dahulu. Saat ini, stasiun kereta api ibu kota sangat ramai.“Kita ke rumah sakit saja dulu. Habis itu, kita baru makan di sekitar rumah sakit,” ujar Leon. Berhubung perdebatan mereka masih belum membuahkan hasil, dia pun langsung membantu mereka mengambil keputusan.Lillia menatap Ohara untuk melihat reaksinya. Saat Ohara baru hendak berbicara, Leon tiba-tiba berseru, “Hati-hati!”Sebelum menyadari apa yang salah, Lillia dan Ohara sudah didorong oleh Leon. Kekuatan Leon sangat besar hingga Lillia terhuyung. Setelah menyeimbangkan diri, dia buru-buru menarik Ohara yang hampir terjatuh. Kemudian, dia baru menoleh ke arah Leon.“Cepat pergi ...,” kata Leon. Di depannya, berdiri seorang pria yang kerah bajunya sedang dicengkeram oleh Leon. Baru saja Lillia hendak mengatakan sesuatu, tangan pria itu tiba-tiba bergerak dan sebuah pisau bu
Ohara masih tidak bersuara. Awalnya, dia sudah mencapai kesepakatan dengan wanita tua itu dan mengira tidak akan ada masalah lagi. Mulai sekarang, Kelly tidak akan menargetkan Lillia lagi, sedangkan Lillia juga akan tinggal di Kota Pinang selama sisa hidupnya.Namun, setelah Leon ditikam di depan umum, Ohara akhirnya mengerti bahwa perlawanannya memang sia-sia saja. Bagaimanapun juga, Keluarga Jaspel bisa mengingkari janji mereka dengan semudah ini. Apabila Lillia tewas, tidak ada artinya lagi dia membeberkan rahasia yang disimpannya. Selama ini, dia hanya berharap Lillia bisa bertumbuh besar di sisinya dengan baik.“Claude, kalau Nenek memberitahumu, apa kamu bisa janji untuk nggak kasih tahu Lillia? Nenek nggak ingin kehilangan dia .... Dia adalah anak yang aku besarkan. Nasibnya sudah cukup buruk, aku nggak mau dia menderita lagi ...,” ujar Ohara sambil menatap Claude dengan berlinang air mata.Setelah mendengar kata-kata ini, mana mungkin Claude masih tidak mengerti? Dia menggengga
Moonela menyesap alkohol dengan perlahan, lalu mulai memutar otaknya.“Nenek hanya memedulikanmu saja. Dia bisa ke ibu kota juga karena kamu. Sementara, di ibu kota cuma ada Keluarga Widodo dan Keluarga Jaspal yang kita kenal. Mengenai Keluarga Widodo, sepertinya nggak ada yang perlu dibahas, mereka nggak melakukan konflik secara langsung. Satu-satunya yang berani menentangmu secara langsung hanyalah Kelly,” analisis Moonela dengan perlahan.Lillia mengangguk, lalu berkata, “Coba lanjutkan ….”“Hanya saja, dengan identitas dia, dia malah mencari Keluarga Jaspal di ibu kota, sepertinya dia bahkan nggak akan bisa masuk ke Kediaman Jaspal.” Moonela menatap Lillia, lalu melanjutkan.“Apa menurutmu, nenekku itu adalah orang yang nggak tahu diri?” tanya Lillia.“Bukan, dia sudah berumur, pola pikirnya akan lebih banyak daripada kita. Jangan-jangan Nenek menyembunyikan rahasia dari kita? Aku sudah menonton rekaman. Penjahat itu langsung menyerbu kalian, jelas-jelas target mereka sudah sangat
Karena gerakan Claude, Lillia spontan menatap dirinya sendiri. Dia langsung membalikkan tubuhnya dengan canggung. “Nggak begitu sakit, kok. Asalkan nggak membungkuk, aku nggak merasakan apa-apa.”“Di kamar atau di sini?” Claude menatap Lillia dengan muram. “Aku akan suruh Moonela untuk membantuku. Lebih baik kamu pulang saja. Aku sungguh berterima kasih atas masalah di ibu kota, begitu pula dengan Nenek. Tapi nggak bagus kalau kamu membantuku mengoleskan obat.”Claude menatapnya. Nada bicaranya sangat datar. “Apa kamu takut aku akan melakukan sesuatu kepadamu?”“Jelas-jelas kamu tahu aku nggak bermaksud seperti itu,” ucap Lillia dengan tenang.Tatapan Claude seketika menjadi muram. “Aku nggak akan melakukan apa-apa. Aku juga akan segera pulang setelah mengoles obat.”Lillia mengalihkan pandangannya. “Kamu pulang dulu. Hari ini kamu pasti sangat capek. Masih ada Nenek yang bisa membantuku.”Usai berbicara, Lillia berjalan ke sisi kamar.Claude berdiri, lalu berkata dengan suara serius,
Moonela semakin emosi ketika melihat komentar netizen. Dia menjilat ujung bibirnya, lalu berkata dengan emosi, “Mereka nggak tahu apa-apa. Kenapa mereka malah mengatakanmu seperti itu?”Lillia menyadari arah komentar berjalan ke arah yang tidak bisa dikendalikan. Dia pun berkata dengan serius, “Mungkin ada yang membayar untuk menulis komentar ini. Tujuannya supaya orang-orang mengorek identitasku. Kemudian, mereka akan melempar tanggung jawab kepadaku.”Masalah ini adalah masalah Keluarga Jaspal dengan Moonela.Keluarga Jaspal tidak akan membuat laporan secara resmi. Mereka akan memanfaatkan internet untuk memojokkan Lillia.Moonela menatap Lillia dengan khawatir.“Kita harus menyelidiki apakah semuanya seperti yang dikatakan pelaku atau bukan,” ucap Lillia dengan datar.“Oke, aku akan segera mencari orang untuk membantumu!” Moonela segera berdiri untuk menghubungi temannya.Hanya saja, belum sempat anggota Moonela menyelidiki, Liman duluan maju untuk menge-tag akun tersebut.[ @MediaH
Semalam sore Louis baru mulai menyelidiki masalah ini. Mana mungkin hasilnya akan secepat ini?Lagi pula, saat Louis menyelidikinya, dia juga merasa ada banyak hal yang menghambatnya.“Nggak tahu,” balas Louis dengan tenang.“Leon. Seharusnya kamu kenal dia? Hubungannya dengan Claude sangatlah dekat. Sekarang dia ditusuk dan masih berbaring di rumah sakit. Sepertinya Keluarga Jaspal akan dikuliti oleh Claude.” Ketika berbicara sampai di sini, Liman baru mulai khawatir dengan Louis.“Leon ….” Tatapan Louis terlihat muram.“Kamu tahu sendiri bagaimana temperamen Claude. Kalau kali ini bukan Leon yang mengadang tusukan itu, orang yang berbaring di rumah sakit sekarang adalah Lillia. Kedua orang itu adalah orang yang sangat penting baginya. Sekarang mereka pun berada di dalam bahaya. Apa kamu merasa dia akan melepaskan masalah ini begitu saja? Kalau Keluarga Jaspal nggak segera memberi penjelasan, sepertinya dia nggak akan melepaskan Keluarga Jaspal,” ucap Liman. Dia merasa marah dengan ap
Claude mengangkat alisnya. Terlintas rasa kagum di dalam tatapannya.“Aku memang ada dugaan seperti itu, tapi aku lebih mengarah ke dugaan pertama kamu.” Claude meletakkan cangkir kopi di tangannya.Lillia duduk di sofa sebelah, lalu menatap Claude dengan tenang. “Masalah kali ini bersangkutan dengan nyawa temanmu. Aku nggak akan menghalangi semua yang ingin kamu lakukan. Lagi pula, aku juga ingin tahu sebenarnya siapa anggota Keluarga Jaspal yang begitu menentangku.”Kelly sudah pasti adalah salah satunya, tetapi seharusnya masih ada orang lain di belakang Kelly.“Aku nggak akan membiarkan masalah Leon begitu saja. Aku beri tahu kamu di awal. Aku tahu kamu akan berterima kasih kepada Liman lantaran dia telah membelamu dengan postingan yang diunggahnya. Tapi kalau dia benar-benar berdiri di pihak yang sama dengan Keluarga Jaspal, aku juga akan beri pelajaran kepadanya.” Tatapan Claude ketika melihat Lillia sangatlah dingin.“Aku tahu,” balas Lillia.Tentu saja Lillia berterima kasih at