“Kalau Pak Claude nggak keberatan, kita boleh coba saling mengenal lebih lanjut,” jawab Meliana.Claude hanya mengangkat alisnya tanpa berbicara, seolah-olah sedang mempertimbangkannya. Para bos lain yang semeja dengan Claude menatap Meliana dengan penuh semangat. Sementara itu, Meliana yang awalnya merasa tersipu pun perlahan-lahan menjadi agak canggung. Dia mengaitkan jari-jari tangannya dan merasa sangat gelisah.Saat Meliana merasa kakinya mulai lemas, Claude akhirnya bersuara, “Maaf, aku masih ingin kembali pada mantan istriku. Jadi, aku nggak tertarik pada wanita lain selain dia.”Meliana pun merasa sangat terkejut. Claude pernah menikah? Setelah ditolak, dia pun mengangguk dengan malu, lalu berlari kembali ke mejanya sendiri.“Kenapa kamu nggak bilang Claude sudah pernah menikah? Dia masih sangat mencintai mantan istrinya!” seru Meliana dengan marah sambil memelototi Lillia.Namun, Lillia hanya mempererat genggamannya pada gelas alkoholnya tanpa menjawab.“Ternyata pria yang he
Setelah menerjang masuk ke kamar mandi, Claude melihat Lillia yang sedang berusaha berdiri dengan bertumpu pada wastafel. Dia segera mengambil handuk yang tergantung di samping dan menutupi tubuh Lillia. Kemudian, dia meraih kedua tangan Lillia dan menariknya untuk berdiri sambil bertanya, “Pinggangmu terluka?”“Emm ... aku tiba-tiba pusing dan pinggangku terbentur wastafel waktu jatuh,” jawab Lillia. Dia merasa pinggangnya sangat sakit hingga suaranya juga gemetar saat berbicara.“Ayo kita periksa ke dokter,” kata Claude. Dia tidak berani menyentuh bagian pinggang Lillia sehingga hanya bisa memapahnya berjalan keluar dari kamar mandi secara perlahan.Tidak sampai setengah jam kemudian, Claude dan Lillia pun tiba di rumah sakit. Saat melihat Lillia didorong masuk ke UGD, Claude tampak sangat khawatir.Begitu pintu ruang UGD dibuka, Claude langsung menghampiri dokter dan bertanya, “Bagaimana keadaannya?”Dokter menjawab, “Dia nggak kenapa-napa kok, hanya mati rasa sementara. Sekarang, s
Lillia tidak menyangka Claude ternyata mengetahui lokasi Ohara. Dia mendongak untuk menatap Claude dan bisa merasakan Claude yang gugup.Kemudian, Claude menggenggam pergelangan tangan Lillia dan mengaku tanpa ragu, “Aku memang tahu Nenek pergi ke mana, tapi itu karena aku mengkhawatirkannya. Aku hanya berencana untuk mengamatinya secara diam-diam tanpa ikut campur dalam urusannya. Dengan begitu, aku juga bisa lebih tenang. Tapi, sudah terjadi sesuatu di luar dugaan. Kita harus segera pergi ke ibu kota.”“Nenek pergi ke ibu kota?” tanya Lillia sambil berjalan ke luar rumah sakit karena ditarik oleh Claude.Claude merasa sangat panik, tetapi tetap harus memikirkan pinggang Lillia yang terluka. Oleh karena itu, langkahnya menjadi jauh lebih lambat dari biasanya. Dia menjawab, “Emm, aku juga nggak tahu apa yang mau dilakukannya di ibu kota.”Lillia langsung merasa panik dan bertanya, “Claude, kenapa kamu begitu gelisah? Apa perjalanan Nenek kali ini berbahaya?”Claude menatap Lillia dan m
Setelah saling menatap untuk sesaat, wanita tua itu perlahan-lahan menenangkan dirinya.“Kembalilah ke Kota Pinang dengan membawa rahasiamu. Jangan pernah datang kemari lagi! Urungkan juga niatmu untuk pergi mencari kepala Keluarga Jaspal. Dengan begitu, kamu dan cucumu akan aman-aman saja,” ujar wanita tua itu.“Kayaknya belum tentu deh. Putri gadungan yang kalian cari itu bernyali sekali. Begitu masuk ke Keluarga Jaspal, dia sudah langsung menindas cucuku. Apa ini keamanan yang kamu maksud?” cibir Ohara sambil menatap wanita tua itu dengan ekspresi dingin.“Kalau ini adalah Desa Nova, orang-orang mungkin akan takut sama kamu. Tapi, kamu nggak akan bisa pakai cara yang sama di ibu kota. Kamu bahkan nggak bisa masuk ke Kediaman Jaspal, mana bisa kamu meminta pertanggungjawaban untuk cucumu?” jawab wanita tua itu, seolah-olah sedang memberi nasihat yang tulus.“Kalau merasa aku nggak bisa masuk ke sana, kenapa kalian menangkapku?” tanya Ohara.“Ini namanya menolongmu. Seorang nenek dari
Saat makan, Leon menerima telepon dari seseorang. Setelah itu, senyuman di wajahnya pun sirna. Dia mengerutkan keningnya dan aura yang dipancarkannya saat ini terasa lumayan mengerikan.Lillia pun berpikir, ‘Waktu serius, anak ini kelihatan sangar juga.’“Kalian yakin itu adalah perbuatan Keluarga Jaspal? Oke, habis menemani Nona Lillia makan ....”Sebelum Leon sempat menyelesaikan kata-katanya, Lillia sudah merebut ponselnya dan berkata, “Kami sudah selesai makan. Kirimkan saja alamatnya. Kami akan segera pergi ke sana.”Seusai berbicara, Lillia langsung memutuskan sambungan telepon dan mengembalikan ponsel Leon. Saat ini, Leon terlihat sangat tidak berdaya.Leon menerima ponselnya, lalu berkata, “Makanan di sini sangat mahal. Coba pertimbangkan kantongku dan perasaan makanannya. Mereka pasti akan merasa diri mereka sangat nggak berharga karena kamu nggak memakannya.”“Kita datang lagi saja lain kali. Kali ini, aku akan mentraktirmu. Nenekku lebih penting,” jawab Lillia.Leon berdiri,
Setelah keluar dari ruang istirahat stasiun kereta api, Lillia dan Ohara tidak berhenti berdebat mengenai mau pergi ke rumah sakit atau restoran terlebih dahulu. Saat ini, stasiun kereta api ibu kota sangat ramai.“Kita ke rumah sakit saja dulu. Habis itu, kita baru makan di sekitar rumah sakit,” ujar Leon. Berhubung perdebatan mereka masih belum membuahkan hasil, dia pun langsung membantu mereka mengambil keputusan.Lillia menatap Ohara untuk melihat reaksinya. Saat Ohara baru hendak berbicara, Leon tiba-tiba berseru, “Hati-hati!”Sebelum menyadari apa yang salah, Lillia dan Ohara sudah didorong oleh Leon. Kekuatan Leon sangat besar hingga Lillia terhuyung. Setelah menyeimbangkan diri, dia buru-buru menarik Ohara yang hampir terjatuh. Kemudian, dia baru menoleh ke arah Leon.“Cepat pergi ...,” kata Leon. Di depannya, berdiri seorang pria yang kerah bajunya sedang dicengkeram oleh Leon. Baru saja Lillia hendak mengatakan sesuatu, tangan pria itu tiba-tiba bergerak dan sebuah pisau bu
Ohara masih tidak bersuara. Awalnya, dia sudah mencapai kesepakatan dengan wanita tua itu dan mengira tidak akan ada masalah lagi. Mulai sekarang, Kelly tidak akan menargetkan Lillia lagi, sedangkan Lillia juga akan tinggal di Kota Pinang selama sisa hidupnya.Namun, setelah Leon ditikam di depan umum, Ohara akhirnya mengerti bahwa perlawanannya memang sia-sia saja. Bagaimanapun juga, Keluarga Jaspel bisa mengingkari janji mereka dengan semudah ini. Apabila Lillia tewas, tidak ada artinya lagi dia membeberkan rahasia yang disimpannya. Selama ini, dia hanya berharap Lillia bisa bertumbuh besar di sisinya dengan baik.“Claude, kalau Nenek memberitahumu, apa kamu bisa janji untuk nggak kasih tahu Lillia? Nenek nggak ingin kehilangan dia .... Dia adalah anak yang aku besarkan. Nasibnya sudah cukup buruk, aku nggak mau dia menderita lagi ...,” ujar Ohara sambil menatap Claude dengan berlinang air mata.Setelah mendengar kata-kata ini, mana mungkin Claude masih tidak mengerti? Dia menggengga
Moonela menyesap alkohol dengan perlahan, lalu mulai memutar otaknya.“Nenek hanya memedulikanmu saja. Dia bisa ke ibu kota juga karena kamu. Sementara, di ibu kota cuma ada Keluarga Widodo dan Keluarga Jaspal yang kita kenal. Mengenai Keluarga Widodo, sepertinya nggak ada yang perlu dibahas, mereka nggak melakukan konflik secara langsung. Satu-satunya yang berani menentangmu secara langsung hanyalah Kelly,” analisis Moonela dengan perlahan.Lillia mengangguk, lalu berkata, “Coba lanjutkan ….”“Hanya saja, dengan identitas dia, dia malah mencari Keluarga Jaspal di ibu kota, sepertinya dia bahkan nggak akan bisa masuk ke Kediaman Jaspal.” Moonela menatap Lillia, lalu melanjutkan.“Apa menurutmu, nenekku itu adalah orang yang nggak tahu diri?” tanya Lillia.“Bukan, dia sudah berumur, pola pikirnya akan lebih banyak daripada kita. Jangan-jangan Nenek menyembunyikan rahasia dari kita? Aku sudah menonton rekaman. Penjahat itu langsung menyerbu kalian, jelas-jelas target mereka sudah sangat