Lillia menggenggam erat ponselnya dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu hari seperti itu pasti akan tiba. Bagaimanapun juga, Ohara sudah tua dan pasti akan meninggal seperti kakeknya dulu. Namun, saat mendengar Ohara mengatakannya secara langsung, dia tetap tidak mampu menekan rasa sedih yang menyelimuti hatinya.“Nenek, aku tahu,” jawab Lillia dengan suara sedih. Dia tidak sepanik tadi lagi dan tahu dia terlalu membesar-besarkan masalahnya karena terpengaruh insiden Kelvin sebelumnya. Untuk sesaat, dia lupa bahwa neneknya jauh lebih berpengalaman darinya.“Lillia, Nenek akan kembali setelah menangani masalahnya,” kata Ohara. Setelah itu, dia pun memutuskan sambungan telepon.Kedinginan Ohara membuat Lillia merasa sangat gelisah. Dia menggenggam ponselnya sambil berusaha menahan air matanya. Setelah itu, dia duduk di sofa dan menatap surat itu sambil termenung.Masalah serius apa sebenarnya yang harus ditangani Nenek?Setelah duduk sejenak, Lillia melipat kembali surat itu, lalu bangkit d
Dulu, saat menyiapkan makanan untuk Lillia sebelum pulang kampung, Ohara juga selalu membuat bagian Claude. Namun, hal itu tidak akan terjadi lagi.Claude juga tidak menyuarakan keinginannya untuk makan bersama Lillia di rumahnya. Dia hanya berkata dengan tenang, “Mari kuantar pulang. Kamu nggak usah terlalu khawatir tentang Nenek. Dia pasti punya urusannya sendiri. Kalau kamu ikut campur, dia malah akan merasa terkekang.”Meskipun tidak tahu alasan Ohara pergi ke ibu kota, Claude yakin Ohara pasti bukan melakukannya hanya karena ancaman Kelvin, melainkan memiliki alasan lain.“Aku tahu,” jawab Lillia dengan suara rendah.“Nenek sudah dewasa dan jauh lebih berpengalaman darimu. Nggak ada salahnya kamu khawatir, tapi kamu juga harus percaya padanya,” tambah Claude lagi.Demi hal ini, Ohara bersedia melakukan perjalanan bolak-balik setiap hari. Ini sudah cukup untuk membuktikan keteguhan hatinya. Claude merasa sifat Lillia sebagian besar diwarisinya dari Ohara. Begitu memutuskan untuk me
Lillia menikah tidak lama setelah tamat. Sekarang, dia juga sudah bercerai. Jadi, dia tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan Dian.“Setelah mendirikan studio bersama Moonela, aku bekerja di balik layar untuk mendesain gambar sembari belajar,” jawab Lillia.Dian pun menatap Lillia sambil mengangguk dengan puas.Tidak lama kemudian, murid lainnya juga mulai tiba satu per satu. Bahkan Moonela yang sedang berada di luar kota juga juga buru-buru kembali untuk menghadiri reuni ini.Moonela duduk di samping Lillia, lalu mengisyaratkan Lillia untuk melihat ke arah meja samping. Berhubung sedang mengobrol dengan Dian, dia tidak menyadari ada orang yang sudah duduk di samping meja mereka.Lillia menoleh dan segera melihat Claude. Di meja itu, masih ada banyak orang lain yang tidak dikenalnya. Mereka semua mengenakan setelan jas yang rapi dan terlihat seperti eksekutif perusahaan.Saat melihat Lillia menoleh, Elgan juga tanpa sadar ikut menoleh. Begitu melihat Claude yang berada di meja i
Ada sedikit ejekan yang tersirat dalam senyuman Elgan saat ini. Dia menyesap anggur merahnya, lalu berkata, “Dari info yang kudapatkan dari dunia hiburan, katanya Liman memang serius mengejarmu. Apa kamu benar-benar nggak mau mempertimbangkannya?”Begitu mendengar ucapan Elgan, rasa percaya diri Andre langsung hancur berkeping-keping.“Hmm, aku tinggal di Kota Pinang, sedangkan dia di ibu kota. Kalau memang mau mencari pasangan, aku akan mempertimbangkan orang yang tinggal di Kota Pinang,” jawab Lillia. Malam ini, dia benar-benar merasa berterima kasih pada Elgan yang tidak berhenti membantunya.Lillia pada dasarnya tidak menyukai obrolan yang tidak berbobot seperti ini. Selain itu, dia juga masih mengkhawatirkan Ohara. Jadi, dia tidak memiliki energi lebih untuk menanggapi mereka.“Memang agak jauh sih. Lagian, bisnismu sekarang sedang meningkat dan orang yang mau kerja sama denganmu juga begitu banyak. Sebaiknya kamu pusatkan saja perhatianmu untuk membina karier. Bagaimanapun, popul
Andre yang disiram alkohol sontak berdiri. Dia memelototi Lillia sambil berseru, “Siapa yang nggak tahu malu? Kamu kira kamu sangat hebat mentang-mentang sudah populer? Nggak peduli seberapa populer pun kamu, kamu tetap hanyalah seorang gadis desa yang nggak punya orang tua dan nggak diinginkan siapa pun! Berapa lama seorang nenek tua bisa mendukungmu? Pada akhirnya, kamu tetap harus mengandalkan pria! Kamu kira kamu bisa mengandalkan popularitasmu ini untuk bertahan hidup selamanya?”Ekspresi Elgan langsung menjadi sangat muram. Dia menatap Andre dengan dingin sambil berkata, “Andre, kamu percaya nggak aku bisa menyuruh orang untuk membuatmu jadi bisu?”Keributan di meja mereka segera menarik perhatian pelayan.Claude melirik Hans yang berdiri di sampingnya. Hans pun segera mengerti maksudnya dan berjalan ke hadapan Andre dengan tampang dingin. Kemudian, dia berkata dengan acuh tak acuh, “Restoran ini diinvestasi oleh bosku. Berhubung kamu membuat keributan di sini dan mengganggu ta
“Kalau Pak Claude nggak keberatan, kita boleh coba saling mengenal lebih lanjut,” jawab Meliana.Claude hanya mengangkat alisnya tanpa berbicara, seolah-olah sedang mempertimbangkannya. Para bos lain yang semeja dengan Claude menatap Meliana dengan penuh semangat. Sementara itu, Meliana yang awalnya merasa tersipu pun perlahan-lahan menjadi agak canggung. Dia mengaitkan jari-jari tangannya dan merasa sangat gelisah.Saat Meliana merasa kakinya mulai lemas, Claude akhirnya bersuara, “Maaf, aku masih ingin kembali pada mantan istriku. Jadi, aku nggak tertarik pada wanita lain selain dia.”Meliana pun merasa sangat terkejut. Claude pernah menikah? Setelah ditolak, dia pun mengangguk dengan malu, lalu berlari kembali ke mejanya sendiri.“Kenapa kamu nggak bilang Claude sudah pernah menikah? Dia masih sangat mencintai mantan istrinya!” seru Meliana dengan marah sambil memelototi Lillia.Namun, Lillia hanya mempererat genggamannya pada gelas alkoholnya tanpa menjawab.“Ternyata pria yang he
Setelah menerjang masuk ke kamar mandi, Claude melihat Lillia yang sedang berusaha berdiri dengan bertumpu pada wastafel. Dia segera mengambil handuk yang tergantung di samping dan menutupi tubuh Lillia. Kemudian, dia meraih kedua tangan Lillia dan menariknya untuk berdiri sambil bertanya, “Pinggangmu terluka?”“Emm ... aku tiba-tiba pusing dan pinggangku terbentur wastafel waktu jatuh,” jawab Lillia. Dia merasa pinggangnya sangat sakit hingga suaranya juga gemetar saat berbicara.“Ayo kita periksa ke dokter,” kata Claude. Dia tidak berani menyentuh bagian pinggang Lillia sehingga hanya bisa memapahnya berjalan keluar dari kamar mandi secara perlahan.Tidak sampai setengah jam kemudian, Claude dan Lillia pun tiba di rumah sakit. Saat melihat Lillia didorong masuk ke UGD, Claude tampak sangat khawatir.Begitu pintu ruang UGD dibuka, Claude langsung menghampiri dokter dan bertanya, “Bagaimana keadaannya?”Dokter menjawab, “Dia nggak kenapa-napa kok, hanya mati rasa sementara. Sekarang, s
Lillia tidak menyangka Claude ternyata mengetahui lokasi Ohara. Dia mendongak untuk menatap Claude dan bisa merasakan Claude yang gugup.Kemudian, Claude menggenggam pergelangan tangan Lillia dan mengaku tanpa ragu, “Aku memang tahu Nenek pergi ke mana, tapi itu karena aku mengkhawatirkannya. Aku hanya berencana untuk mengamatinya secara diam-diam tanpa ikut campur dalam urusannya. Dengan begitu, aku juga bisa lebih tenang. Tapi, sudah terjadi sesuatu di luar dugaan. Kita harus segera pergi ke ibu kota.”“Nenek pergi ke ibu kota?” tanya Lillia sambil berjalan ke luar rumah sakit karena ditarik oleh Claude.Claude merasa sangat panik, tetapi tetap harus memikirkan pinggang Lillia yang terluka. Oleh karena itu, langkahnya menjadi jauh lebih lambat dari biasanya. Dia menjawab, “Emm, aku juga nggak tahu apa yang mau dilakukannya di ibu kota.”Lillia langsung merasa panik dan bertanya, “Claude, kenapa kamu begitu gelisah? Apa perjalanan Nenek kali ini berbahaya?”Claude menatap Lillia dan m