Sesudah Cedron selesai menangani kekacauan acara ini, dia duduk untuk beristirahat. Kebetulan sekali, dia melihat foto yang diunggah oleh asisten itu.Cedron awalnya mengira itu adalah pemberitahuan dari LMOON. Namun, begitu mengekliknya, dia sontak terkejut.Cedron tersenyum nakal dan menyimpan foto tersebut. Kemudian, dia langsung mengirimkan pesan kepada Claude.[ Aku punya foto yang sangat berharga. Kalau kamu menambahkan 20 miliar sebagai investasi, aku baru akan mengirimkannya kepadamu. ]Claude hanya membalasnya dengan sebuah tanda tanya. Melihat ini, Cedron pun merasa jengkel. Dia langsung mengetik pesan dengan geram.[ Kalian pergi begitu saja dan meninggalkan kekacauan seperti ini. Sekarang, kamu malah membalas pesanku hanya dengan sebuah tanda tanya? ]Claude yang merasa tidak berdaya pun membalas.[ Kirimkan dulu, harganya ditentukan setelah aku melihat fotonya. ]Cedron pun mengumpat dalam hati bahwa Claude benar-benar berengsek. Setelah ragu-ragu sesaat, dia membalas.[ A
Lillia tentu senang dengan jawaban ini. Dia mengambil bawang putih lagi, lalu perlahan-lahan mengupasnya sambil menyahut, "Oke, kamu urus saja pekerjaanmu, aku akan menggantikanmu menjenguk Kakek dan Nenek sekaligus berbakti kepada mereka.""Sepertinya kamu nggak keberatan lagi kalau kita bertengkar, ya? Nada bicaramu kasar sekali," ujar Claude seraya mengernyit."Masa? Bukannya aku berbaik hati membantumu menutupi masalah ini?" tanya Lillia dengan raut wajah lugu.Ketika mulai memasak, Ohara bilang ikan yang dimasak Claude sangat lezat sehingga menyuruhnya bantu memasak. Selain itu, Ohara juga menyuruh Lillia untuk membantu Claude.Lillia pun berjongkok di samping tong sampah sembari mengupas bawang putih. Keduanya terlihat seperti orang asing.Ohara dan Jilly menguping di depan pintu, tetapi tidak mendengar suara apa pun. Jadi, mereka pun bertatapan dan akhirnya duduk di sofa."Mereka pasti berpisah terlalu lama, jadi bertengkar," bisik Jilly. Namun, Ohara tidak sependapat. Dia yakin
Di salah satu restoran terbuka yang paling terkenal di pusat kota, tampak Lillia dan Jaivyn yang membahas masalah pekerjaan. Sesaat kemudian, Jaivyn sibuk membahas naskah dengan orang lain.Lillia pun merasa dirinya tidak diperlukan lagi di sini. Saat ini, Elgan datang dan duduk di samping Lillia. Dia menyerahkan gelas di tangan sambil memperkenalkan, "Nama minuman ini Passion Coast. Ayo dicicipi.""Sepertinya Pak Jaivyn sudah selesai membahas masalah pekerjaan denganku, jadi sebaiknya aku pulang. Lain kali, kamu hubungi aku di siang hari saja. Nenekku sudah tua, dia pasti cemas kalau aku belum pulang," ujar Lillia yang mengambil gelas tersebut sambil tersenyum.Elgan mengangkat tangannya yang memakai arloji bertatahkan berlian, lalu menyahut, "Ini baru jam 8.30 malam, gimana kalau aku mengantarmu pulang jam 9.30 malam?"Lillia tampak agak kesulitan. Dia berucap, "Aku ....""Pak Elgan!" sela seseorang dengan penuh semangat.Lillia dan Elgan sama-sama menatap pria paruh baya yang memega
Tampak Bugatti berhenti di depan Lillia. Kemudian, Lillia menghampiri dengan ekspresi tenang. Setelah pintu dibuka, dia menatap Claude dan bertanya, "Kamu nggak pulang?""Masuk," sahut Claude dengan nada bicara tidak sabar.Lillia pun masuk. Begitu pintu mobil ditutup, Claude sontak meraih pergelangan tangannya. Lillia yang hendak melepaskan diri pun bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"Tatapan Claude tampak luar biasa dingin. Dia menatap Lillia lekat-lekat tanpa berbicara, membiarkan Lillia berangsur tenang.Ruang di dalam mobil sangat sempit. Cahaya dari lampu pinggir jalan menyinari masuk. Raut wajah Claude yang suram tampak bertolak belakang dengan lingkungan luar yang terang benderang. Hal ini pun membuat auranya tampak makin mengerikan.Jantung Lillia sontak berdetak kencang. Dia menatap Claude sembari menggigit bibirnya. Sementara itu, Claude menyadari wanita ini agak takut padanya. Dia meregangkan genggamannya dan bertanya, "Kalian bahas pekerjaan apa tadi?""Memangnya aku harus
Bibir Claude mencium leher putih Lillia, sementara tangannya juga mulai beraksi. Namun, Lillia tidak menolaknya. Gairahnya telah terpancing oleh ciuman tersebut.Lillia menatap pria yang ada di depannya, lalu bertanya dengan suara gemetar, "Kenapa kamu mengenakan setelan putih hari ini?" Akan tetapi, Claude hanya mencium bibirnya tanpa menjawab apa pun.Keesokan paginya, Claude telah pergi saat Lillia bangun. Setelah mandi, Lillia pun keluar dari kamar. Ohara yang kebetulan sedang membersihkan daun bawang di ruang tamu menoleh ke arahnya, lalu bertanya, "Claude sudah pergi sejak tadi. Dia bahkan nggak sarapan. Apa kamu membuatnya marah semalam?""Nggak. Hari ini, aku akan menemui kakek dan nenek Claude. Nenek nggak perlu menyiapkan makan siangku," jawab Lillia sembari berjalan ke dapur.Ohara pun mengiakan. Ketika Lillia membawa sarapan dari dapur, Ohara berpesan, "Aku membuat beberapa bakpao dan pangsit untuk kalian. Simpan saja di freezer. Nanti, kalau kalian lagi malas masak, panas
Lillia pun bergegas ke studio setelah dari rumah kakek Claude. Setelah menyerahkan akta tanahnya kepada Moonela, Lillia langsung sibuk mengerjakan hal lainnya. Jaivyn harus mencari data karena sedang syuting film yang menceritakan tentang kekacauan zaman dahulu. Lantaran tidak punya data yang relevan saat ini, Lillia terpaksa menanyakannya kepada profesor sejarah di universitas terdekat.Setelah bertanya pada profesor itu sekian lama, Lillia juga telah mendapatkan banyak informasi. Hanya saja, semua ini masih belum cukup. Profesor itu menyuruhnya mencari buku di perpustakaan untuk menelitinya perlahan-lahan.Setelah keluar dari universitas, Lillia menerima sebuah panggilan dari Claude. Saat menekan tombol menerima panggilan, terdengar suara Claude yang marah, "Kamu pulang dan membuat Nenek kesal demi menjadikan rumah yang kubelikan untukmu itu sebagai agunan? Kamu sekarang benar-benar nggak peduli dengan hal lain lagi selain pekerjaan!"Lillia langsung bertanya, "Bagaimana kondisi Nene
Claude mengatupkan bibirnya dengan erat sambil menatap Lillia. Lillia memandangnya dengan tak sabaran. "Kalau kamu sudah menyelidikinya, bawa dokter berengsek itu ke hadapan Nenek, semuanya sudah selesai!""Nenek sedang di rumah sakit, kamu bahkan nggak mau melihatnya. Untuk apa aku sia-sia meneleponmu tadi?" tanya Claude."Apa kamu merasa dia ingin melihatku? Gara-gara dokter yang dicarinya, aku hampir saja mati. Kamu nggak mau bicarakan dengannya, dia malah mengatakan aku mengadu padamu dan bertengkar denganku. Claude, memangnya aku nggak sedih?" tanya Lillia dengan nada dingin sambil berdiri.Tanpa memberi kesempatan bicara bagi Claude, dia berkata, "Kamu sama sekali nggak mau menghadapi semua masalah di rumah dan menyelesaikannya. Setelah terjadi sesuatu, sekarang kamu menyalahkanku? Apakah harus sampai aku mati dulu saat itu, dia baru mau mengakui dokter itu bermasalah?""Jangan bicara seburuk itu," kata Claude yang mulai meredam amarahnya."Gara-gara siapa masalah ini bisa terjad
Claude menatap neneknya cukup lama sebelum berkata dengan lembut, "Nenek, apa kamu nggak sayang padaku lagi?"Begitu ucapan ini dilontarkan, Priya langsung memegang tangan Claude dan berkata dengan wajah sedih, "Nenek yang merawatmu sampai dewasa, mana mungkin Nenek nggak sayang padamu? Memangnya Nenek mencelakaimu karena menyuruhnya melahirkan anak? Nenek hanya ingin membantu menjaga anakmu selagi masih sehat sekarang. Kalau Nenek nanti sudah nggak bisa membantu lagi, siapa yang kamu harapkan untuk merawat anakmu?""Masalah anak, apakah kita bisa kita bicarakan lagi nanti?" tanya Claude sambil menatap neneknya dengan tenang. Lillia melihat Claude sekilas, sebenarnya dalam hatinya tidak terlalu mengerti mengapa Claude saat itu menolak untuk melahirkan anak.Namun, Lillia juga tidak banyak berpikir lagi. Kalaupun Claude menginginkan anak sekarang, Lillia juga tidak menginginkannya lagi."Sudah tiga tahun! Masih saja mau pelan-pelan?" kata Priya sambil memelototinya."Pokoknya, masalah a
Claude menatap Lillia dan berkata, “Kalau mereka datang mencari masalah lagi, teleponlah aku. Untung saja hari ini asistenmu juga sedang lembur dan meneleponku tepat waktu. Kalau nggak, aku nggak tahu akan sekacau apa tempat ini sekarang.”Bagaimanapun juga, Edward benar-benar akan menghancurkan Perusahaan LMOON.Lillia menggigit bibirnya tanpa mengatakan apa-apa. Malam ini, dia memang merasa marah. Namun, dia sebenarnya juga merasakan kesedihan yang tidak dapat dimengerti.“Kamu pulang saja dulu. Aku mau istirahat,” kata Lillia dengan nada yang agak dingin.Claude meliriknya, lalu bertanya, “Kamu sedih?”“Nggak,” jawab Lillia dengan ekspresi cemberut.“Kalau begitu, istirahatlah yang baik. Ingat, kalau mereka datang untuk mempersulitmu lagi, kamu harus meneleponku,” hibur Claude dengan nada lembut.Claude tahu dari mana datangnya kesedihan Lillia. Bagaimanapun juga, Edward dan Imelda adalah orang tua kandung Lillia. Namun, mereka malah datang untuk menindas Lillia. Mana mungkin Lillia
Ohara memegang sapunya erat-erat, lalu memelototi Edward dan Imelda sambil berseru, “Suatu hari nanti, kalian pasti akan menyesal!”Edward hanya mendengus. Dia mengira Ohara sedang berbicara tentang opini publik. Dia pun menjawab dengan tampang mengejek, “Aku nggak akan menyesal. Biarpun Kelly berbuat salah, kami akan tetap mendukungnya!”Imelda menatap Lillia dan berkata, “Kamu memang berbakat, tapi karaktermu malah begitu buruk. Kelly sudah berulang kali menyanjungmu, tapi kamu bukan hanya nggak menanggapinya, malah bekerja sama dengan Claude untuk mempermalukannya. Sebenarnya, kamu sudah tahu dari awal kalau kamu tetap nggak akan kalah meski Claude menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal, ‘kan?”“Kamu tahu Claude menyukaimu, makanya kamu bisa membiarkannya tunangan sama Kelly dengan tenang. Selain bisa menyelesaikan krisis LMOON, kamu juga bisa menertawakan Kelly!”Lillia sama sekali tidak ingin menjelaskan apa-apa. Saat ini, pipinya sudah bengkak. Sangat jelas bahwa
Begitu pulang ke Kediaman Jaspal, Kelly langsung tidak berhenti menangis di ruang tamu.Edward oun buru-buru turun ke lantai bawah. Setelah melihat tampang Kelly yang begitu sedih, dia segera bertanya, “Sayang, ada apa?”“Mantan istrinya Claude itu Lillia. Apa kalian tahu, tapi nggak memberitahuku?” tanya Kelly pada Edward dengan berlinang air mata.Edward duduk di sisi Kelly dan hendak menjawab. Namun, begitu melihat pipi Kelly yang merah dan bengkak, dia segera bertanya, “Siapa yang memukulmu?”Kelly menjawab sambil menangis, “Lillia melihat aku dan Claude makan di restoran, lalu juga sengaja membawa beberapa pria makan di sana dan menggoda mereka untuk membuat Claude marah. Waktu aku berdebat dengan Lillia, Claude menamparku deminya.”Seusai berbicara, Kelly menangis makin kencang.Edward pun berdiri dengan marah, lalu segera mencari ponselnya dan hendak menelepon Claude untuk memakinya. Begitu melihat Kelly yang menangis tersedu-sedu, Imelda yang baru turun juga buru-buru memelukny
Lillia juga melihat Claude dan Kelly meninggalkan restoran. Setelah para bos itu selesai makan, Lillia pun memanggilkan mobil untuk mengantar mereka kembali ke hotel sebelum masuk ke mobilnya sendiri. Hanya saja, sebelum mobilnya sempat keluar dari tempat parkir, mobil Claude pun memblokir jalannya.Claude duduk di dalam mobil dan menatap Lillia dengan ekspresi tidak senang. Sementara itu, Lillia mengerutkan kening, tetapi tidak mengatakan apa-apa.Setelah saling bertatapan dari dalam mobil untuk sesaat, Claude baru turun dari mobil. Pada akhirnya, Lillia mau tak mau turun dari mobil setelah Claude mengetuk kaca jendelanya 3 kali.“Ada apa?” tanya Lillia dengan kening berkerut.“Aku nggak langsung memberitahumu aku sudah kembali ke ibu kota karena Hans bilang kamu sedang rapat. Makanya, aku pergi ke Kediaman Jaspal dulu,” jelas Claude dengan sikap mendominasi. Dia juga memerangkapi Lillia di antara tubuhnya dengan mobil.Lillia menjawab dengan ekspresi datar, “Pak Claude, kenapa kamu h
Edward pun menjawab dengan tidak senang, “Aku tahu kamu sama sekali nggak menyukai Kelly.”Claude hanya tersenyum dan tidak menjawab.Begitu mendengar percakapan mereka, Imelda juga merasa sangat sedih.“Aku pada dasarnya memang nggak bersedia menikahinya, tapi dia sendiri yang memaksa. Aku ini orang yang selalu memegang janjiku. Berhubung kalian sudah melepaskan Perusahaan LMOON, aku akan memenuhi janjiku dengan menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal,” jawab Claude dengan ekspresi acuh tak acuh.Edward tidak lagi berbicara. Dia bangkit dari tempat duduk dan mengisyaratkan Imelda untuk naik ke lantai atas bersamanya.Malam ini, Lillia mengajak beberapa bos besar ke Xennington. Baru saja mereka semua duduk, dia langsung melihat Kelly dan Claude berjalan masuk ke restoran. Dia pun merasa agak terkejut karena tidak tahu bahwa Claude telah kembali ke ibu kota ....Namun, setelah teringat kembali ucapan Claude sebelumnya, Lillia pun tidak memikirkannya lagi. Claude pernah m
“Apa kamu masih marah sama Kelly? Hari ini, aku sudah menegurnya sebelum datang. Pokoknya, aku akan selalu berpihak padamu. Percayalah padaku,” ujar Louis dengan nada yang terdengar sangat memelas.Moonela menjawab, “Aku nggak marah, cuma ingin jalan-jalan sendiri!”“Tapi, tetanggamu bilang kakimu cedera dan dia juga sempat menggantikanmu untuk lapor polisi. Kalau kakimu cedera, kenapa kamu masih bisa berkeluyuran?” tanya Louis dengan sengaja.Kali ini, Moonela tidak bisa menjawab dengan begitu cepat. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, “Cedera kakiku nggak parah, kok .... Kamu pergi ke rumahku?”“Emm, aku rindu banget sama kamu. Aku datang mencarimu, tapi kamu nggak menyahut. Jadi, aku tanya ke tetanggamu,” jawab Louis dengan nada lembut.“Aku lagi nggak ada di rumah. Jangan mencariku lagi! Aku sedang jalan-jalan di luar. Kalau suasana hatiku sudah baikan, aku akan meneleponmu,” jawab Moonela. Intinya, dia menolak untuk bertemu dengan Louis.Louis pun merasa agak marah dan berk
Selama adiknya hilang, Louis selalu berharap dia bisa segera pulang ke rumah. Sekarang, adiknya memang sudah kembali. Selain itu, dia juga merasa dirinya bersikap sangat baik terhadap Kelly dan selalu menuruti permintaannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Louis merasa Kelly menjadi makin menyebalkan. Dia bukan hanya suka melakukan trik kotor secara diam-diam, juga sering memicu perselisihan di hadapan orang tuanya. Dia juga berkata dirinya menyukai Lillia, tetapi malah selalu berlagak seperti korban dan mengatakan Lillia sering menindasnya.Kelly tidak menyangka Louis akan menggunakan nada bicara seperti ini untuk berbicara dengannya. Dia pun terisak, lalu bertanya dengan suara gemetar, “Kak, apa kamu sudah bosan denganku? Setelah memiliki orang yang disukai, Kakak jadi membenciku?”Louis menjawab dengan dingin, “Aku juga punya urusanku sendiri. Kamu nggak perlu menggunakan alasan Moonela memukulmu untuk mengikatku. Lagian, aku juga sudah bosan harus menemanimu jalan-jalan s
Di hari ketiga Moonela hilang, Claude masih belum menemukan informasi apa-apa. Saat ini, dia sedang duduk di kantor dan memikirkan bagaimana cara bawahan Kelly memindahkan Moonela. Dia sudah menyelidiki semua CCTV, tetapi tidak menemukan ada yang aneh. Dia hampir tidak pernah bertemu kesulitan seperti ini. Setelah berpikir lama, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan segera menelepon Nelson.“Coba cari kesempatan untuk pergi ke rumah Moonela lagi, lalu periksalah seluruh rumahnya dengan teliti. Aku curiga dia masih berada di dalam rumah,” perintah Claude dengan nada dingin.“Aku rasa Louis yang paling cocok untuk melakukan hal ini,” jawab Nelson. Untuk mengurangi risiko, hanya Louis seorang yang paling cocok untuk melakukan hal ini. Claude pun terdiam sejenak, lalu memutuskan sambungan telepon. Dia sudah secara tidak langsung menyetujui usul Nelson.Tidak lama kemudian, Lillia menerima telepon dari Claude. Baru saja dia menekan tombol menerima panggilan, terdengar Claude yang bertanya, “A
Melihat Moonela yang membagikan foto avatar virtual yang dibuatnya kepadanya setiap hari, Lillia merasa Moonela juga lumayan suka bermain permainan ini. Namun, begitu teringat cedera kaki Moonela, dia mau tak mau mulai merasa khawatir lagi. Dia sedang mempertimbangkan apakah dirinya harus menelepon Moonela untuk menanyakan keadaannya atau tidak.Tepat pada saat ini, Moonela malah meneleponnya terlebih dahulu. Lillia pun segera menjawabnya.“Lillia, aku lagi di ibu kota, nih! Apa kamu lagi senggang? Aku kangen sama kamu,” tanya Moonela dengan gembira.Lillia melihat jadwalnya, lalu menjawab, “Kamu datang ke perusahaan saja, ya? Akhir-akhir ini, aku sibuk banget dan hanya bisa menemuimu di kantor.”Lillia dan Moonela pada dasarnya selalu bersikap jujur pada satu sama lain. Saat ini, ada setumpuk pesanan yang harus ditangani dan rapat tiada akhir yang harus dihadiri Lillia setiap hari. Jadi, dia tidak bisa meluangkan waktu untuk menemui Moonela di luar.“Ya sudah deh. Kamu harus lebih per