Share

Pilihan yang Sulit

Penulis: Dwimarta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-03 18:03:19

"Kenapa dengan Dewa?" tanya Tita mendengar Wina menggumam nama itu.

"Dia mau ngajak aku ketemuan nanti istirahat, Ta."

"Hah, tumben. Lihat kerjaanmu masih numpuk, Win. Apa siang ini bisa selesai?" kata Tita mengingatkan.

"Huh, bagaimana dong. Aku takut jika Dewa marah?"

"Marah? Bukannya Dewa itu orang yang ramah?" heran Tita. Selama ini dia tidak pernah melihat Dewa bermuka jutek pada siapapun.

Wina tersenyum simpul menjawab keraguan Tita. Ia memaklumi apa yang dilihat oleh sahabatnya itu. Dewa tipikal orang yang ramah jika bertemu teman dan orang lain. Sangat berbanding terbalik, jika bersama dirinya, Dewa menjadi orang arogan dan semaunya sendiri.

Apalagi di saat ada masalah seperti ini, Wina sangat tidak nyaman bertemu dengan Dewa. Ia sudah dapat membayangkan apa yang akan terjadi.

Tapi tumpukan kertas didepannya lebih membutuhkan atensinya saat ini. Bos pasti akan menanyakan sebelum meeting siang ini. 

'Aku harus segera menyelesaikan ini,' tekad Wina langsung berkutat dengan lembaran kertas. Melupakan menjawab pesan Dewa.

Persis saat jam makan siang, Wina masih menyelesaikan dua pertiga kerjaannya. Tak lupa, ia titip pesan makanan pada Tita karena tanggung untuk keluar.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Wina melihat layar. Panggilan dari Dewa! 

Ia menepuk dahi. Dirinya benar-benar lupa membalas pesan. Dengan hati bimbang, akhirnya ponsel itu diangkat. "Assalamualaikum, Wa? Maaf, aku dari tadi sibuk."

"Waalaikumsalam. Aku sudah sampai di depan kantormu. Malam nanti aku tidak bisa ketemuan denganmu, ada yang harus dikerjakan."

Wina terperanjat kaget. Ia tak mengira Dewa sudah sampai di depan kantor. Tapi pekerjaan di depannya menuntut harus segera diselesaikan. "Tolong beri aku waktu tiga puluh menit lagi. Aku sedang merampungkan pekerjaan."

"Pikirkan terus pekerjaanmu!" sewot Dewa.

Telepon terputus.

Detik itu juga, Wina tak bisa berpikir, otaknya buntu. Dengan menghela napas kasar, ia bergegas menyelesaikan tugasnya. Alarm ia setting untuk setengah jam ke depan.

Tita masuk membawa makanan tepat saat pekerjaan Wina rampung. Alarm berbunyi dan langsung dimatikan.

"Ini Win makananmu. Eh, itu Dewa udah di depan kantor aja?" celetuk Tita.

Wina tak menjawab. Ia langsung bangkit dari kursi sambil menerima kotak makanan dari Tita. "Kembaliannya buatmu aja, Ta. Oh ya, aku nitip data ini, serahkan ke pak Bos. Dewa sudah nunggu."

"Oke-oke."

Wina bergegas setengah berlari keluar kantor. Ia tak mau melihat wajah jutek Dewa semakin menjadi.

"Hai, Wa. Maaf, baru saja selesai," sapa Wina saat bertemu di tempat parkir.

"Kau diberi waktu istirahat berapa menit?" sahut Dewa ketus tanpa menghiraukan permintaan maaf dari kekasihnya.

Wina melongok jam tangannya. "Kurang dari tiga puluh menit lagi."

Dewa menaruh helmnya kasar di spion motor. Ia turun dan berjalan keluar kantor. Wina hanya bisa mengurut dada dan mengikutinya. 

Hari ini salah satu hari tersedih menurut Wina. Pagi-pagi ayahnya sudah mengultimatum dirinya, pekerjaan menumpuk dan Dewa juga marah-marah. Andaikan waktu bisa dihentikan, ingin rasanya ia pulang ke kos, rebahan di kasur menenangkan batinnya.

"Soto satu, Bang," pesan Dewa begitu masuk warung soto tanpa mempedulikan Wina di sampingnya.

"Iya, Mas." Penjual soto itu menengok ke arah Wina. Ia membatin aneh, jika pengunjung datang berdua tapi yang pesan makan cuma satu. Apalagi ia hapal dengan Wina yang sering datang bersama Tita ke warung. 

Wina tersenyum kaku ke arah penjual soto. Ia jengah dipandang aneh oleh abang soto.

"Dua es teh ya, Bang. Tadi aku sudah dibelikan makanan sama Tita," sambung Wina.

"Oh, iya, Mbak." Penjual soto itu pun tersenyum mengangguk.

Begitu soto disajikan, Dewa makan dengan lahapnya. Tak menawari Wina sama sekali. 

Ingin rasanya Wina lari dari warung soto, kembali ke kubikel ruang kerjanya. Ia sudah tak tahan menghadapi sikap Dewa yang berulang kali seperti ini jika marah. Selama ini dirinya sangat menjaga perasaan Dewa. Sedangkan perasaannya selalu ia korbankan untuk orang lain. Matanya sudah membayang. Segera dihapus air matanya.

Usai Dewa makan, Wina langsung menanyakan tujuannya datang di saat siang begini. Walau dirinya sudah bisa menebak apa itu. Waktu semakin berjalan. Meeting akan dimulai sebentar lagi.

"Aku ditelepon ayahmu tadi," kata Dewa.

Wina berusaha diam. Dirinya ingin mendengar apa yang disampaikan oleh lelaki yang ia cintai ini.

"Rupanya ayahmu tipe pemaksa. Sudah jelas aku belum lulus kuliah, sudah mempermasalahkan soal kerjaan. Apa aku tidak punya kaki untuk mengatur hidupku sendiri. Rasanya juga aneh beliau mengaturku. Secara aku bukan anaknya," sambung Dewa.

"Bukan begitu. Beliau memikirkan masa depanku. Makanya sampai menawarimu pekerjaan," sahut Wina.

"Bukan menawari. Tapi memaksa!" sinis Dewa.

Wina tak tahu lagi menghadapi 'harimau' satu ini. Terbersit dalam hati, membenarkan apa yang dikatakan ayahnya. Sudah berkali, ia ingin menyerah dengan sifat Dewa.

"Aku ingin membahagiakan kamu dengan caraku sendiri, Win," ucap Dewa.

Seketika hati Wina luluh. Ia paling tidak bisa jika Dewa sudah bicara tentang hubungan mereka.

"Kau jawab apa tadi waktu ditelepon ayah?" tanya Wina penasaran.

"Aku bilang akan mencari pekerjaan setelah lulus kuliah nanti. Apa itu salah?"

Wina terdiam. Sungguh ia terjebak diantara dua pria yang menyayanginya. Maksud ayahnya baik. Dan ia juga tak menyalahkan pendirian Dewa. 

"Aku puas, Win, jika bisa mendapatkan apa yang kuinginkan dengan kakiku sendiri. Mungkin ayahmu khawatir jika anak gadisnya tak bisa makan, jika hidup bersamaku," sambung Dewa.

"Masalahnya bukan itu saja, Dewa Mahajana. Ayahku sudah terlanjur sakit hati dengan jawabanmu tadi," terang Wina.

"Apa? Jadi ... ayahmu sudah tidak simpatik denganku lagi gara-gara masalah kerjaan?" 

Wina mengangguk.

"Owh. Aku jadi semakin tahu seperti apa ayahmu--"

"Cukup, Wa. Aku juga tidak mau ayahku dicap buruk oleh kamu," potong Wina cepat.

"Jadi menurutmu, lebih baik aku yang dicap buruk oleh ayahmu," jawab Dewa sarkas.

"Wa ... kenapa kau jadi salah sangka begitu. Aku sampai bingung harus bicara apa sama kamu. Sudah cukup!"

"Oke. Sekarang silakan pilih aku atau ayahmu?" tanya Dewa tak mau kalah.

Wina terperanjat. Ia tak menyangka jika Dewa mampu membuat pilihan yang sulit untuk dirinya. "Maksudmu apa? Kau jangan menghadapkan aku pada pilihan yang sulit," pintanya dengan air mata hampir tumpah.

"Aku tak akan memenuhi permintaan ayahmu, Win. Dan pastinya ayahmu sudah tidak mau melihatku lagi. Apalah aku yang masih kuliah, tidak lulus-lulus. Pekerjaan belum ada. Pastilah ayahmu kepikiran dengan kehidupanmu selanjutnya. Kau bisa memikirkan ini tidak?" cecar Dewa.

Dewa Mahajana adalah kakak tingkat Wina Santika di kampus yang sama di kota ini. Mereka beda jurusan. Wina berhasil merampungkan kuliah selama empat tahun. Sedangkan Dewa saat ini sedang menyelesaikan tugas akhirnya. Keberuntungan berada di pihak Wina, saat lulus kuliah dia langsung diterima kerja.

"Lalu aku harus bagaimana," sahut Wina pelan. Ia sudah tak tahu jalan keluar apa lagi untuk masalah ini.

"Kau bilang mencintai aku, bukan?" tanya Dewa pelan pada akhirnya.

Wina menghela napas panjang. Ia paling tidak kuat diberi pertanyaan seperti ini. Seakan mengingatkan akan janji mereka berdua saat pertama kali berikrar saling mencinta selamanya.

"Ya," sahut Wina pelan.

"Baiklah. Kalau memang kau mencintai aku, kita menikah segera ... tanpa restu orangtuamu," pinta Dewa dengan tatapan meyakinkan.

Wina terperanjat!

Bab terkait

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Emosi

    "Ti-tidak bisa begitu, Wa." Wina keberatan. Tak mungkin ia meninggalkan orang tua yang sangat berjasa dalam kehidupannya."Kau bisa tinggal dirumah orangtuaku atau mungkin nanti kita kos bersama," cetus Dewa.Wina membayangkan apa yang diusulkan oleh kekasihnya itu. Tapi hidup bersama dengan mertua, masih jauh dari bayangan. Ia masih bisa memaklumi usul Dewa yang kedua, tinggal bersama di kos sebagai awal kehidupan mereka pasca menikah. Terbayang keuangannya saat ini. Walaupun sekarang gaji yang didapat cukup untuk dirinya, bukan berarti itu akan cukup untuk hidup berdua, terlebih setelah punya anak nanti."Aku belum punya bayangan," jawab Wina."Lalu?" tanya Dewa menatapnya dingin."Ah. Sudahlah. Masalah ini bisa kita selesaikan besok. Aku sudah terlambat untuk meeting. Kamu hati-hati kalau pulang," pungkas Wina sambil beranjak meninggalkan Dewa yang masih mematung di bangku warung."Huuuhhh." Dewa menggaruk rambutnya yang tidak gatal.Jam sudah menunjukkan lewat sepuluh menit dari j

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Air Mata

    Wina terkejut mendengar perkataan ayahnya. Air mata seakan tak pernah habis menguras emosinya sedari tadi. Seketika rumah ini menjadi tempat yang asing. Ia langsung mengambil tas tanpa sepengetahuan orang tuanya. Di depan rumah, ia bertemu dengan Ria yang masih bermain bersama anaknya, Asya, di taman."Mau ke mana, Win?" tanya Ria mendekat, langsung terburu menggendong Asya."Aku balik kos, Kak." Wina langsung mencium pipi Asya. Sebenarnya ia masih kangen dengan keponakannya ini, tapi sikap ayahnya benar-benar di luar harapan. Melihat tantenya akan pulang, anak kecil berumur tiga tahun itu langsung memeluknya."Balik kos? Hei, cerita ada apa?" Ria benar-benar kaget dengan jawaban adiknya. Ia menduga pasti ada sesuatu yang pelik. Ada masalah antara Wina dan ayah."Sudah, Kak. Aku tak sanggup menghadapi ayah. Lebih baik aku yang mengalah." Wina mencium Asya sekali lagi dan bergegas menjauh."Win, tunggu, Win!" panggil Ria.Terlambat, Wina melangkah cepat dan langsung mencegat ojek onl

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Neraka Baru

    "Apa? Menikah?" lirih Wina. Tak menyangka Dewa akan membulatkan tekadnya."Iya. Kenapa? Kau tak siap?" tanya Dewa."Bukannya aku tak siap, tapi ... aku tetap butuh restu orang tuaku," jawab Wina pelan."Restu? Nyatanya ayahmu tidak setuju dengan hubungan kita, mau bagaimana lagi? Yang terpenting kita saling cinta, kan?" harap Dewa.Dewa tak mau wanita ini dalam rengkuhan orang tuanya terus menerus. Dirinya yakin bisa memberikan kebahagiaan pada Wina. Toh, pikirnya apalagi yang diharapkan oleh dua orang yang memadu kasih kalau bukan bersatu dalam ranjang dan saling mengerti. Ia tak mau membuat sulit hubungan ini. Apalagi masalah restu. Jauh dari pemikirannya.Berbeda dengan Wina. Ia sangat takut akan pernikahan tanpa restu orang tua. Tak pernah terbayang dalam benaknya selama ini jika ia harus menjalani sesuatu yang menakutkan, yang selalu ia anggap tabu. Menikah tanpa restu!"Kamu tidak usah khawatir. Jika kita sudah menikah nanti dan anak kita lahir. Ayahmu pasti akan luluh melihat c

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

    "Kau kira uang ini cukup untuk beli lauk satu bulan?!" sengit Lestari. Tangannya mengacungkan lembaran uang sembari membelalakkan mata, alisnya terangkat, menyiratkan rasa tak suka pada anggota baru di rumahnya.Melihat amarah Lestari, Wina tak berkutik. Ia menggapai tangan Dewa meminta perlindungan."Nanti Dewa tambahin, Bu. Tenang aja," redam Dewa melirik sekilas ke arah Wina."Nah, gitu dong," sahut Lestari, intonasinya melunak.Selera makan Wina tiba-tiba hilang. Dirinya tak menyangka ibunda Dewa bersikap seperti itu. Rasa sesak yang tiba-tiba menghimpit dada membuatnya segera pamit meninggalkan ruangan itu. "Permisi, saya ke kamar dulu."Mereka yang ada di meja makan tidak menyahut sedikit pun. Wina bergegas menuju kamar. Tak ada gunanya berlama-lama di ruang itu."Dewa, jangan lupa nasihati istrimu untuk melakukan pekerjaan dapur juga. Jangan hanya di kamar," tegur Krisna."Iya, Pa. Mungkin dia lelah karena acara tadi," jawab Dewa.Semua terdiam. Dewa beranjak meninggalkan ruang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Salah Memilih

    Tulang Wina serasa mau lepas. Tak menyangka pagi ini akan mengalami kejadian beruntun yang menyesakkan jiwa.Bos beranjak pergi dengan sorot mata garang dari hadapan Wina yang tercekat tak tahu harus bicara apa.Tita langsung menghambur memeluk sahabatnya. "Kenapa kamu datang hari ini sih, Win?" ucapnya menyesalkan kedatangan Wina.Wina tak menjawab. Masih berusaha memahami kejadian bertubi yang menimpanya. Selain rumah mertua bagai neraka, kini pekerjaan satu-satunya sebagai tumpuan hidup, tak memberinya harapan. Air mata sampai-sampai tak bisa keluar, seakan sudah terkuras habis. Akhirnya, ditemani Tita, ia menuju ruang HRD, menerima surat pemecatan serta gaji terakhirnya."Win, apapun yang terjadi, kita harus sering komunikasi ya," harap Tita.Wina hanya mengangguk. Tubuhnya masih lemas. Tita memeluknya erat dan mengantar hingga depan kantor."Sudah, Ta. Kembali ke ruangan aja. Jangan sampai kamu dimarahi bos juga," ucap Wina.Tita mengangguk. Namun, rasa tak tega membuat air matan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Topeng

    Wina tersentak kaget. Tak mengira Dewa akan bersikap seperti itu. Alih-alih merasa senang jika istrinya mengunjungi rumah kakaknya, ini malah langsung disuruh pulang.Ria kebetulan melongok ke dalam kamar. Wina memberi kode pada kakaknya jika Dewa sedang menelepon. Ria mengangguk dan melangkah menjauh.“Kalau memang menyuruhku pulang, kenapa kau tak menjemputku?” tanya Wina pelan agar tak terdengar Ria.“Kau sendiri yang ke sana, kenapa aku yang disuruh jemput. Bisa mikir nggak, sih?”“Aku di rumah kakakku, Wa.” Wina menekankan sekali lagi, menahan rasa kesal."Aku tak peduli. Pokoknya sekarang kau pulang naik ojek online atau taksi. Aku sedang sibuk." Telepon Dewa langsung terputus.Wina menghela napas panjang. 'Pria ini sungguh egois. Percuma aja berdebat di telepon. Yang ada hanyalah alasan dan alasan.'Ia melangkah keluar dan melihat bang Ramon baru tiba di rumah dan menggendong Asya."Hai, Win. Apa kabar?" sapa Ramon begitu melihat adik iparnya."Baik, Bang. Abang sehat?""Sepert

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Berita Baik

    "Aku harus dapat kerja hari ini! Jika pekerjaan itu kudapat, pasti Wina akan sangat bergantung padaku dan mudah takluk!" tekad Dewa kala berjalan menyusuri trotoar sambil mendekap erat map berkas data diri. Masih tersisa di ingatannya kejadian kemarin. Maka siasat demi siasat disusun demi merebut hati Wina kembali. Debu bergulung menyapu jalanan. Ia berkali-kali harus merapikan rambutnya yang terkena empasan angin.Sudah tiga perusahaan Dewa datangi hari ini. Tak satu pun memberi kesempatan padanya untuk sekedar wawancara. Rasa gundah mulai melanda. Ia melihat benda melingkar di tangan. 'Sudah jam setengah sepuluh, aku harus bergegas. Semoga usahaku sekali lagi memberiku peluang,' harapnya.Di hadapannya kini berdiri sebuah gedung megah dengan arsitektur modern. Tak ingin menunda-nunda, dengan rasa percaya diri, ia melangkah masuk ke halaman kantor tersebut. Setelah bertanya lowongan pekerjaan pada satpam, ia diarahkan ke bagian resepsionis. Dengan menggenggam asa, penuh semangat ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Kerinduan

    Wina benar-benar syok, tak menyangka Dewa tega mengucapkan itu. Batinnya menjerit, 'Di mana nuranimu, Wa!'Air matanya membayang mengingat ayahnya yang masih sakit. Entah, mulutnya tiba-tiba kelu untuk menanyakan apa maksud suaminya berkata seperti itu. "Sudah sana, hati-hati di jalan," pungkas Dewa tersenyum sekilas dan langsung meninggalkan kawasan terminal.Bulir air bening yang mengalir, langsung diusap. Wina tak mau orang lain melihat kesedihan di wajahnya. Tak lama lagi, ia akan bertemu ayah dan ibu. Tak elok jika raut mukanya menampakkan kesedihan. Senyum kecil tersungging demi menguatkan hati. Langkahnya ringan menuju area bus tujuan kota kelahirannya. Di perjalanan, ia melihat pemandangan dari balik jendela sambil merangkum segala peristiwa yang telah terjadi akhir-akhir ini. Protes Fahri, pernikahannya yang tanpa restu, sikap Dewa setelah menikah, penerimaan mertua, dan pemecatan dirinya. Sekarang dirinya pulang untuk bertemu ayahnya yang jatuh sakit. Harapannya hanya sat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14

Bab terbaru

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Pelabuhan Hati

    "Bagaimana kabarmu, Wina Santika?" Sapaan itu tanpa sadar membuat Wina perlahan bangun dari hamparan rumput. Matanya terpana melihat sosok yang lama tak dijumpainya. Di sudut matanya mulai terbit titik air. Bibirnya mengembang seraya bergetar. "Baik." Wina membalas canggung sapaan itu. "Kamu?""Seperti yang kau lihat. Aku sehat.""Bundaa, ayo kita pulang. Katanya kalau ada tamu, harus duduk di ruang tamu," ucap Kirei dengan cadelnya.Celotehan itu membuat dua insan yang mendengar tersenyum. Bagai mendapat perintah, Wina melangkah lebih dulu, lalu menengok sekilas ke belakang, meminta sosok pria itu untuk mengikutinya."Silakan duduk di dalam," tawar Wina mempersilakan tamu spesialnya begitu sampai di depan teras rumah."Pemandangan di sini sangat indah. Bolehkan aku duduk di bangku teras ini saja?" Sofa empuk di teras menghadap ke halaman yang penuh dengan berbagai macam tanaman bunga dan juga kolam ikan koi. Memberi kesejukan mata bagi siapapun yang memandangnya.Wina hanya bisa

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Setelah Sekian Lama

    Lima tahun kemudian.“Saya tidak dapat menjalankan rencana ini tanpa persetujuan Nona Besar, Tuan. Menunggu beliau pulang dari Kanada adalah solusi terbaik.” Ratih menghela napas panjang. Sudah berapa kali ia menolak permintaan yang dirasa tak patut dijalankan. Karena ia tahu siapa tuannya sebelum menikahi Nona Besar.“Jadi kamu mau membangkang lagi?!”“Bukan, Tuan. Tapi Nona Besar sudah berpesan berulang kali kalau segala sesuatu harus melalui izin beliau. Saya tak bisa membantahnya.”“Kauuu!” Dewa menutup percakapan di telepon dengan kasar.Sudah berbagai upaya dilakukan agar Ratih menurut padanya, tapi tak sedikit pun celah berpihak padanya. Sejak menikahi atasannya lima tahun lalu, Dewa merasa dirinya berada dalam aturan yang tak pernah sejalan dengan pemikirannya. Momen di mana Mona sering melewatkan waktu di luar negeri untuk menjalankan usaha, sebenarnya merupakan waktu yang apik baginya untuk ikut mengatur cabang lain demi mendapatkan benefit untuk dirinya sendiri. Tapi bagaik

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Suatu Permintaan

    Duduk di tepi pantai di dalam saung bambu beratapkan daun rumbia, menjadi pilihan Sagara makan siang bersama Wina. Menu ikan bakar, udang saus manis, cumi tepung krispi, dan dua buah kelapa muda, menerbitkan selera Wina tanpa bisa dicegah. Sagara sampai tak berkedip melihat kalapnya perempuan yang ngidam itu hampir menghabiskan porsi yang ada."Ga, ayo makan. Keburu abis," ajak Wina sambil terus mengunyah. Sama sekali tak terusik walau jarinya sudah belepotan sambal. Keringat mengalir pelan di keningnya. "Aku sudah kenyang lihat kamu makan," celetuk Sagara memilih minum kelapa muda. Tangannya mengambil tisu dan mengusap lembut kening Wina."Aku pesankan lagi ya menunya?" timpal Wina dengan raut muka bersalah karena sudah begitu kalapnya menghabiskan semua menu.Sagara tertawa renyah. "Nggak usah. Kamu tahu nggak, apa yang membuatku bahagia saat ini?" "Apa?""Anakmu ternyata satu selera sama aku," jawab Sagara, tersenyum lebar.Pipi Wina bersemu merah. Kepalanya menunduk demi mengal

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Alasan Istimewa

    "Apakah tak dipikirkan lagi keputusanmu, Nak?" tanya Fahri untuk kedua kalinya, saat putrinya sedang berkemas di dalam kamar.Wina yang sedang mengemasi baju ke dalam koper, berbalik dan tersenyum ke arah ayahnya. "Seperti yang kuutarakan kemarin, Yah. Aku tak mau nantinya jadi bahan gosip tetangga, yang akhirnya sampai ke telinga Ayah dan Ibu. Kehamilanku sudah masuk trimester dua, aku tak mau mereka menuduhku hamil di luar nikah. Atau bahkan, mengataiku wanita yang dicampakkan suaminya." Dengan berusaha tersenyum, kelihatan sekali bibir Wina menahan untuk tidak menangis. "Selain itu, aku takut omongan mereka nanti berimbas pada perkembangan anakku."Fahri hanya bisa tercenung, tak punya daya untuk mempertahankan putrinya di rumah ini. Apalagi kemarin Wina juga beralasan ingin mengembangkan usaha online-nya dengan mendirikan toko di kota asal mbak Siti, asisten toko Ria yang sudah menjadi anak buah Wina selama ini. Siti bahkan sudah pulang kampung lebih dulu demi mencarikan tempat k

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Mencair

    Fahri dan Wulan meraba bahwa apa yang didengarnya tidak salah. Lelaki yang sudah berani menikahi putrinya, ternyata meninggalkan begitu saja demi wanita lain? Sagara sebenarnya sungkan menjelaskan, tapi berusaha keras demi Wina. "Dewa telah menjalin cinta dengan atasannya. Dan Wina telah diusir dari rumah mertuanya.""Astaghfirullah." Tubuh Wulan menghempas ke sandaran kursi. Tak dapat membayangkan kesakitan yang dialami putrinya. Ia lalu memeluk Wina dengan penuh kasih sayang."Keluarga tak tahu diri!" geram Fahri bangkit dari kursinya.Sagara segera bangkit dan memegang pundak Fahri. "Sabar, Paman. Yang lebih penting sekarang adalah menyelamatkan kondisi Wina yang rapuh."Ucapan Sagara berhasil mengendurkan kemarahan Fahri. Tangis pun kini tumpah di wajahnya, merasa tak berdaya sebagai seorang ayah yang harusnya bisa melindungi putrinya. Perlahan ia berjalan ke arah Wina.Melihat ayahnya mendekat, Wina segera menyambut memeluknya. "Maafkan Wina, Ayah!"Fahri mengangguk dan mendekap

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Kejujuran

    Air muka Wina terlihat memohon pada Sagara. Usai mengucapkannya, rasa lara dan kehilangan sosok suami seperti menguap entah ke mana. Masa krisis tersakiti dalam hubungan rumah tangga, seolah perlahan mulai ia lewati.Sagara serius menatap Wina. "Kenapa kau tiba-tiba--""Ga, aku tak mungkin bersedih terus-menerus." Wajah Wina menunduk, lalu ia melanjutkan berkata, "Sebenarnya sudah lama aku tersakiti akan tingkah Dewa. Harusnya aku tersadar sejak awal. Janji dia tidak bisa dipercaya."Kejujuran yang menyakitkan telinga Sagara, membuatnya semakin paham akan derita Wina yang dipendam selama ini. Hatinya tambah menyumpahi lelaki itu. Benar kata Ali. Tak seharusnya ia berusaha mengakurkan hubungan Wina dan Dewa. Tidak ada gunanya. Bahkan akan semakin menyakiti perempuan di hadapannya."Bagaimana dengan rasa cintamu?" Sagara bertanya lagi, meski dalam hati ia merasa bodoh menanyakan hal itu. Tapi setidaknya dia bisa mengantongi perasaan Wina terhadap Dewa."Seharusnya sejak bau parfum wanit

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Siuman

    Hangat sinar surya pada dedaunan menerbitkan rasa nyaman mata yang memandangnya. Tetesan embun semakin menipis seiring langit berubah membiru. Kicauan burung di luar jendela kamar memecah keheningan di kamar yang berisi hanya dua orang sejak kemarin.Bibir Sagara melengkung ke atas melihat gerakan beberapa burung yang bertengger di atas dahan di luar jendela. Setidaknya makhluk kecil itu mampu menghibur hati dan pikirannya yang cemas sejak kemarin sore. Di sebelahnya, tubuh Wina masih belum sadarkan diri di atas tempat tidur. Untunglah kemarin ia berhasil menangkap tubuh ringkih itu sebelum jatuh ke lantai. Sejak kejadian itu, Wina beberapa kali mengigau tak jelas diiringi air mata yang mengalir. Karena kondisi itu, matanya tak bisa terpejam sedetik pun dari semalam. Jika kompres di dahi Wina mengering, ia dengan telaten menggantinya.Menurut dokter pribadi yang dipanggil Sagara ke rumah, keadaan Wina masih bisa teratasi. Beban pikiran yang ditanggungnya membuat raga wanita ini tidak

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Tahanlah Rintik Air Matamu

    Perkataan Dewa masih terngiang, sangat menyakitkan menghujam jantung. Bahkan Wina berkali meyakinkan dirinya di bawah guyuran hujan, bahwa kejadian barusan bukanlah mimpi. Namun, semakin melangkah menjauh dari rumah, semakin percaya bahwa apa yang dialaminya benar-benar nyata. Ia telah diusir dari rumah itu. Tangisnya luruh bersama air hujan yang membasahi seluruh tubuhnya. Kedua tangannya memeluk erat tas yang dibawa, mencari kehangatan di derasnya air langit yang menghujam tubuh. Sambil terus berjalan dan terisak, ia tak menduga harus tersisih dari sisi suaminya karena kehadiran seorang wanita yang jauh lebih segalanya darinya. Hatinya masih tak percaya jika ego suaminya telah tega mengalahkan buah hati mereka demi wanita yang baru dikenal. Langkah kakinya tak terasa semakin menjauh dari perumahan tempat tinggal lelaki yang tega menepikannya. Wina belum tahu akan melangkah ke mana. Hanya nama kakaknya yang sanggup diingat. Jika datang ke rumah Ria pun ia harus kuat menanggung malu

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Hadiah Pahit Kala Hujan

    "Wina, ambil jemuran! Hujan bentar lagi turun!" teriak Lestari dari lantai bawah.Wina yang masih merapikan tempat tidur langsung menjawab seruan itu, agar ibu mertuanya tidak berteriak kesekian kali. Pandangannya beralih ke jendela. Rupanya di luar, mendung sudah menggantung di langit. Dengan cekatan ia segera merampungkan pekerjaannya dan bergegas turun. Sesampainya di lantai bawah, ia melihat Lestari masih asyik menonton acara televisi, sama sekali tak mempedulikan pekerjaan rumah. Namun, ia tak ambil pusing dan berjalan cepat ke halaman mengambil jemuran seprai serta selimut kepunyaan Lestari dan Diani. Tak lupa, pakaian satu rumah yang tadi dicucinya juga turut diambil dari tali jemuran. Benar saja, begitu jemuran terakhir diangkat, gerimis mulai turun.Wina meletakkan seluruh cucian kering itu di ruang setrika yang ada di sebelah dapur. Tatkala masih melipat seprai, ia mendengar mesin mobil berhenti di luar rumah. Indra pendengarannya yakin bahwa itu bukan suara mobil ayah mertu

DMCA.com Protection Status