Share

Bab 46

Author: Merisa storia
last update Huling Na-update: 2025-03-18 16:08:04

Gavin merasakan jantungnya berdegup kencang saat aroma parfum Livia memenuhi ruangan kecil itu. Kenangan malam di hotel menyeruak kembali dalam pikirannya, sentuhan lembut, desahan tertahan, dan kehangatan tubuh mereka yang menyatu. Dengan gerakan tiba-tiba, Gavin berdiri dari sofa, mengagetkan Livia yang sedang menunduk.

"Maaf, sepertinya aku harus pergi sekarang," ucapnya cepat, suaranya sedikit serak.

Livia mendongak, matanya melebar karena terkejut. "Eh? Secepat ini? Bahkan Bapak belum menyentuh tehnya."

"Ada ... ada meeting mendadak yang harus kuhadiri," Gavin berbohong, tidak ingin mengakui bahwa kedekatannya dengan Livia dalam ruangan kecil ini membangkitkan perasaan yang tidak seharusnya dia rasakan.

"Oh," Livia mengangguk pelan, kekecewaan tersirat dalam suaranya. "Baiklah, saya antar Bapak sampai pintu."

Mereka berjalan dalam diam ke arah pintu. Livia membuka pintu perlahan, matanya tidak berani menatap Gavin secara langsung.

"Terima kasih sudah mau datang menjenguk," ucap L
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Max Win
knp Gavin masih bertahan Ama Bella sih udah hambar juga
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 47

    Sebulan berlalu dengan cepat. Kandungan Livia kini memasuki bulan keempat. Perutnya mulai terlihat membuncit, meski masih bisa disembunyikan dengan pakaian yang sedikit longgar. Dokter sudah memperbolehkannya beraktivitas seperti biasa, dan hari ini adalah hari pertamanya kembali bekerja di Lysandros Group.Livia bangun pagi-pagi sekali, menyiapkan dirinya dengan hati-hati. Dia memilih seragam cleaning service yang sedikit lebih besar dari ukurannya untuk menyamarkan perutnya yang mulai membesar."Kamu yakin sudah siap kembali bekerja?" tanya Elena saat mereka sarapan bersama.Livia mengangguk. "Dokter bilang aku sudah boleh beraktivitas normal lagi. Lagipula, kita butuh uang, El. Biaya check-up dan vitamin tidak murah. Aku tidak mau terus-terusan digaji tapi tidak bekerja. Apa kata karyawan lain kalau sampai ketahuan?"Elena menghela napas. "Baiklah. Tapi kalau kamu merasa lelah, jangan dipaksakan. Langsung hubungi aku, mengerti?""Mengerti, Bu Perawat," Livia tersenyum, menghormat s

    Huling Na-update : 2025-03-18
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 48

    Sementara itu di ruangannya, Gavin sedang memeriksa beberapa dokumen penting ketika Nadia masuk setelah mengetuk pintu."Permisi, Pak. Saya sudah bicara dengan Bu Ratna tentang Livia," lapor Nadia.Gavin mengangkat wajahnya dari dokumen. "Bagaimana?""Bu Ratna akan memberikan tugas yang lebih ringan untuknya," jawab Nadia. "Tapi ...," Dia ragu-ragu melanjutkan."Tapi apa?" desak Gavin."Bu Ratna terlihat ... curiga, Pak. Saya rasa dia mulai bertanya-tanya mengapa Bapak begitu peduli pada kesejahteraan seorang cleaning service."Gavin menghela napas berat dan meletakkan pulpen yang dipegangnya. Jemarinya memijat pelipis, tanda kekhawatiran mulai menghinggapinya. "Selama dia melakukan apa yang kita minta, itu sudah cukup."Nadia mengangguk. "Baik, Pak.""Ada lagi yang perlu disampaikan?" tanya Gavin."Tidak ada, Pak.""Baiklah, kamu boleh keluar."Setelah Nadia keluar, Gavin berdiri dan berjalan menuju jendela besar di ruangannya. Dari sana, dia bisa melihat kesibukan kota di bawah. Pik

    Huling Na-update : 2025-03-19
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 49

    Livia berdiri gelisah di ruang arsip, menunggu lima belas menit berlalu seperti yang diminta Gavin. Jemarinya merapikan jaket yang menutupi seragam cleaning service-nya, sambil sesekali melirik jam dinding. Setelah memastikan waktunya tepat, dia menghembuskan napas panjang dan mengambil tasnya."Kamu bisa melakukan ini," bisiknya pada diri sendiri, menguatkan hati.Dengan langkah hati-hati, Livia keluar dari ruang arsip dan memilih menggunakan tangga darurat alih-alih lift untuk menghindari bertemu dengan karyawan lain. Tangannya sedikit gemetar saat membuka pintu menuju basement, matanya awas menyapu area parkir yang remang-remang.Mobil hitam mengkilap terparkir di sudut tergelap basement, persis seperti yang diberitahukan Gavin. Livia celingukan memastikan tidak ada orang sebelum bergegas menghampiri mobil itu. Ketika sampai di samping mobil, jendela samping turun secara perlahan."Masuk," suara bariton Gavin terdengar dari dalam.Livia membuka pintu dengan cepat dan menyelinap mas

    Huling Na-update : 2025-03-19
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 50

    Livia hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Gavin. Ada kesedihan samar di matanya, menyadari bahwa status mereka yang tak jelas membuat masa depan anak mereka juga tak pasti."Tentu saja, masih perlu pemeriksaan lebih lanjut di trimester ketiga untuk memastikan jenis kelaminnya," tambah Dr. Amanda, mengembalikan Gavin ke realitas."Ah, ya, tentu," Gavin tersadar dari euforianya. Dia melepaskan genggaman tangannya dari Livia dengan canggung, seolah baru menyadari apa yang telah dilakukannya.Dr. Amanda memberikan beberapa cetakan gambar USG kepada mereka, kemudian menuliskan resep vitamin dan suplemen tambahan untuk Livia. Setelah memberikan beberapa nasihat tentang nutrisi dan aktivitas yang aman, pemeriksaan pun selesai.Keluar dari ruangan dokter, kecanggungan kembali hadir di antara mereka. Gavin berjalan di samping Livia dengan langkah pelan, topinya kembali ditarik rendah dan masker menutupi sebagian wajahnya."Maafkan aku tadi," ucap Gavin tiba-tiba. "Aku terlalu bersemangat da

    Huling Na-update : 2025-03-19
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 51

    Bella berjalan keluar dari basement dengan langkah cepat dan kaku, rahangnya mengeras menahan amarah yang membuncah. Maria setengah berlari untuk mengikutinya."Bella, tunggu!" panggil wanita yang sudah lama menjadi teman Bella, berusaha menyusul.Bella tidak menggubris, terus melangkah dengan kedua tangan terkepal. Tatapannya lurus ke depan, tapi matanya berkabut oleh air mata yang ditahan. Sesampainya di mobil, ia membanting pintu dengan keras setelah masuk."Kau mau kemana?" tanya Maria yang berhasil masuk ke kursi penumpang."Ke rumah mertuaku," jawab Bella pendek, menyalakan mesin mobilnya dengan kasar. "Keluarga terhormat Lysandros harus tahu kelakuan putra kesayangan mereka."Maria mengerutkan kening. "Apa itu ide yang bagus? Maksudku, ayah Gavin sedang sakit, kan?""Justru karena itu," Bella tersenyum sinis sambil melajukan mobilnya meninggalkan area parkir. "Mereka harus tahu monster macam apa yang mereka besarkan."©©©Dua puluh menit kemudian, mobil Bella berhenti di depan

    Huling Na-update : 2025-03-20
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 52

    Gavin menurunkan ponselnya dengan tangan gemetar. Wajahnya tampak pucat, tatapannya kosong ke depan."Ada apa, Gavin?" tanya Livia setelah melihat perubahan ekspresi Gavin. "Siapa yang menelepon?""Mamaku," jawab Gavin dengan suara pelan. "Papaku ... dia pingsan. Mereka sedang dalam perjalanan ke Rumah Sakit.""Ya Tuhan," Livia menutup mulutnya dengan tangan. "Kenapa bisa?"Gavin menatap Livia dengan mata berkaca-kaca. "Bella. Dia pergi ke rumah orang tuaku dan memberitahu mereka tentang ... tentang kita."Livia tersentak, menyadari implikasi dari perkataan Gavin. "Papamu ... penyakit jantungnya kambuh karena berita itu?"Gavin tidak menjawab, hanya mengangguk lemah. Dengan gerakan cepat, dia memutar kemudi mobilnya, berbalik arah."Kita harus segera ke sana," gumamnya, mempercepat laju mobilnya.Livia duduk tegang di kursi samping, perasaan bersalah membuncah di dadanya. Tangannya bergerak secara otomatis ke perut, seolah melindungi bayi yang dikandungnya."Gavin," Livia berkata lemb

    Huling Na-update : 2025-03-20
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 53

    Livia menatap kosong ke dinding rumah sakit sementara Gavin masih terpekur di samping jenazah ayahnya. Tangan Livia gemetar ketika merogoh saku untuk mengambil ponsel. Dengan jari-jari yang terasa kaku, dia mencari kontak Elena, sahabatnya."Halo, Elena?" suaranya serak, nyaris tak terdengar."Livia? Ada apa? Kau terdengar aneh," suara Elena terdengar khawatir di seberang telepon."Bisakah kamu datang ke Rumah Sakit Medika sekarang? Lantai dua, Unit Gawat Darurat." Livia berusaha mengendalikan getaran dalam suaranya. "Ayah Gavin ... baru saja meninggal.""Ya Tuhan," Elena terkesiap. "Aku akan segera ke sana. Tunggu aku."Livia mematikan telepon dan kembali bersandar di dinding. Pipinya masih terasa panas bekas tamparan Bu Lina. Dia mengusap perutnya yang mulai membuncit, seolah menenangkan janin di dalamnya. Air matanya jatuh tanpa suara, memikirkan kekacauan yang terjadi.Dua puluh menit kemudian, Elena muncul di lorong rumah sakit, napasnya terengah. Matanya langsung mencari sosok

    Huling Na-update : 2025-03-20
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 54

    Seusai pemakaman, Bu Lina, Gavin, serta orang tua Bella kembali ke kediaman Lysandros. Para pelayat lain mulai berpamitan satu per satu, menyisakan keluarga inti yang masih dirundung duka."Sekarang, bisakah kalian jelaskan apa yang terjadi?" tanya Pak Sugeng setelah mereka duduk di ruang keluarga. "Kemana putri kami?"Bu Lina menatap Gavin sekilas sebelum menghela napas panjang. "Pak Sugeng, Bu Ami .... Sebenarnya, ada masalah antara Gavin dan Bella.""Masalah apa?" tuntut Bu Ami, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Kenapa sampai Bella tidak datang ke pemakaman?"Bu Lina mengusap air mata yang kembali menggenang di pelupuk matanya. "Bella ... dia kemari kemarin. Dia sangat marah. Dia memberitahu kami bahwa Gavin—""Sudah cukup, Ma," potong Gavin dengan suara tegas. "Biar aku yang jelaskan."Gavin menatap kedua mertuanya dengan pandangan lelah. "Pak, Bu, aku tahu ini akan sulit didengar. Tapi ini kenyataannya." Gavin menarik napas dalam-dalam. "Aku ... menghamili wanita lain."Pasanga

    Huling Na-update : 2025-03-21

Pinakabagong kabanata

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 83

    Tanpa terasa hari sudah malam, dan aroma masakan lezat menguar dari dapur rumah mewah itu. Livia dan Elena duduk bersisian di meja makan besar yang terlihat terlalu luas untuk hanya ditempati dua orang. Amina dan dua pelayan lainnya sibuk menata hidangan di atas meja—nasi putih yang masih mengepul, ayam panggang dengan saus krim jamur, tumis sayuran segar, dan sup krim asparagus yang menggoda selera."Selamat menikmati, Nyonya, Nona," ujar Amina setelah selesai menata semua hidangan. Ia dan dua pelayan lainnya membungkuk hormat sebelum bergegas keluar dari ruang makan, memberikan privasi bagi kedua wanita itu.Elena menatap makanan di hadapannya dengan mata berbinar. Ia mengambil garpu dan memutar-mutarnya di antara jemarinya. "Aku tidak menyangka hidup kita akan berubah drastis seperti ini, Liv," ucapnya sambil menusuk sepotong ayam panggang. "Dari apartemen kecil kita dengan mie instan sebagai menu favorit, kini tinggal di rumah mewah dengan pelayan dan makanan seperti di restoran b

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 82

    Livia melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai, tangannya masih gemetar. Elena mengikuti dari belakang sambil sesekali menoleh ke arah Dika yang berjalan dengan langkah tegap dan waspada. Aura profesional menguar dari setiap gerak-gerik pria itu, matanya tajam menyapu sekeliling, memastikan tidak ada ancaman lain yang tersisa."Silakan duduk," ujar Livia lembut seraya menunjuk sofa besar berwarna krem di ruang tamu. Dika mengangguk singkat. "Terima kasih, Nyonya," jawabnya formal sambil duduk di ujung sofa, posturnya tetap tegak meski sedang duduk. Matanya masih waspada, menilai setiap sudut ruangan.Elena menghampiri Livia dan berbisik, "Kau tidak apa-apa? Perlu kuambilkan minum?"Livia menggeleng pelan. "Aku perlu bicara dengan Gavin," ucapnya sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya. Jemarinya yang masih sedikit gemetar menekan nama Gavin pada layar sentuh.Sementara Livia menelepon, Elena duduk di sofa seberang Dika, sesekali mencuri pandang pada pria yang tampak fokus

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 81

    Elena mengepalkan tangannya, berusaha tetap tenang meski emosinya mulai terpancing. "Nyonya Bella, aku tidak tahu apa yang Anda bicarakan, tapi sebaiknya Anda pergi dari sini sebelum aku memanggil polisi."Bella tertawa sinis. "Oh, kau tahu persis siapa yang aku maksud. Si penggoda suami orang yang sekarang mengandung anak haram itu!"Pak Bambang bergegas menghampiri, berusaha menenangkan situasi. "Maaf, Nyonya, tapi Anda tidak bisa masuk ke area ini tanpa izin. Silakan—""Diam!" bentak Bella pada petugas itu, matanya tetap tertuju pada Elena. "Di mana pelacur itu? KATAKAN PADAKU!"Elena melangkah maju, berdiri menantang. "Nyonya Bella, kau harus pergi. Ini tidak akan menyelesaikan apapun.""Jangan berani-berani menghalangiku!" Bella mendorong Elena dengan kasar, membuat wanita itu tersungkur ke tanah.Keributan itu terdengar oleh Livia yang saat itu tengah duduk di ruang televisi. Ia keluar dengan wajah pucat.Mata Bella langsung menangkap sosok Livia yang berdiri di teras rumah, sat

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 80

    Elena menyetir mobil Toyota Corolla 2010 miliknya dengan hati-hati menembus kemacetan Jakarta yang mulai padat. Radio memutar lagu-lagu pop yang menjadi favoritnya."Setidaknya dia aman di rumah itu," gumam Elena. "Bella pasti tidak akan tahu di mana Livia tinggal."Perjalanan dari rumah Livia ke kantor memakan waktu hampir satu jam karena macet, namun Elena tidak keberatan. Rasa lega mengetahui sahabatnya aman jauh mengalahkan kelelahan akibat perjalanan panjang.Tiba di area parkir Lysandros Group, Elena memarkirkan mobilnya dengan hati-hati. Dari kejauhan, ia bisa melihat sekelompok karyawan wanita berkumpul di dekat lobi, berbisik-bisik sembari sesekali tertawa.Saat Elena melewati mereka, potongan percakapan mereka terdengar jelas."... katanya sidang perceraiannya kemarin.""Dengar-dengar, Pak Gavin yang menggugat cerai.""Wah, bos kita jadi duda nih. Kesempatan dong!"Elena menggeleng-gelengkan kepala, memilih untuk mengabaikan gosip tersebut dan langsung menuju lift. Di dalam

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 79

    Keesokan harinya, mentari Jakarta baru saja mengintip dari ufuk timur ketika Gavin sudah bersiap untuk kembali ke Singapura. Koper hitam elegannya telah tertata rapi di dekat pintu. Pria itu mengenakan kemeja biru muda yang dipadukan dengan celana bahan berwarna gelap, simpel namun tetap memancarkan aura maskulin dan wibawa yang tidak terbantahkan."Penerbangan pukul 10 sudah menunggu," ujarnya pada Livia yang berdiri di dekat tangga. "Aku harus kembali ke kantor untuk mengurus beberapa hal penting. Ekspansi bisnis di Singapura tidak bisa aku tinggalkan terlalu lama."Livia mengangguk pelan, jemarinya menggenggam ujung cardigan kremnya. Ada kekhawatiran yang tidak dapat disembunyikan dari matanya yang redup. "Kapan kamu akan kembali?""Paling lambat dua minggu lagi, tepat sebelum sidang terakhir," Gavin meletakkan kedua tangannya di bahu Livia, menatapnya dengan lekat. "Kamu jangan khawatir. Aku sudah menugaskan pengawal profesional yang akan menjagamu 24 jam. Mereka akan tiba sore in

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 78

    Vanya tampak sedikit gugup, tidak menyangka pihak Gavin memiliki bukti sebanyak itu. "Yang Mulia, kami perlu waktu untuk memeriksa bukti-bukti ini sebelum memberikan tanggapan."Hakim mengangguk. "Baiklah, sidang akan ditunda selama 30 menit untuk memberikan kesempatan kepada kuasa hukum termohon memeriksa bukti yang diajukan pemohon."Setelah jeda, sidang kembali dilanjutkan. Vanya tampak lebih tenang, meski ada kekhawatiran di wajahnya."Yang Mulia, meskipun ada beberapa bukti yang diajukan pihak pemohon, klien kami tetap menolak perceraian ini dan mengusulkan untuk melakukan mediasi terlebih dahulu," ujar Vanya.Hakim beralih pada Gavin. "Tuan Lysandros, bagaimana tanggapan Anda terhadap usulan mediasi?"Gavin berdiri dengan ekspresi tegas. "Yang Mulia, dengan segala hormat, saya menolak mediasi. Pernikahan ini sudah tidak dapat diselamatkan. Kepercayaan sudah hancur, dan kami telah hidup terpisah selama lebih dari enam bulan." Bella mendengus keras, matanya menyala penuh kebencia

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 77

    Dua minggu berlalu dengan cepat. Pagi itu, cahaya matahari Jakarta menembus jendela kamar Livia, membangunkannya dari tidur yang tidak nyenyak. Ia melirik jam di dinding—pukul 6 pagi. Hari ini adalah hari persidangan perceraian Gavin dan Bella.Livia bangkit perlahan, merasakan tendangan lembut dari perutnya yang kini semakin membesar. "Selamat pagi juga, sayang," bisiknya sambil mengelus perutnya.Suara ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya. "Nona Livia? Tuan Gavin sudah datang. Beliau menunggu di ruang makan," suara Amina terdengar dari balik pintu."Baik, Mbak. Terima kasih. Saya akan segera turun."Sebelum menghadapi persidangan yang pastinya akan rumit, Gavin mampir untuk menemui Livia pagi ini. Livia bergegas mandi dan bersiap, memilih gaun sederhana berwarna biru muda yang cukup longgar untuk menutupi perutnya. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah keluar kamar.Di ruang makan, Gavin duduk sembari menikmati secangkir kopi. Pria tampan itu mengenakan setelan jas fo

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 76

    Setelah menutup telepon, Livia masih duduk termenung di tepi tempat tidur. Perubahan hidupnya begitu drastis dan tiba-tiba, membuatnya kadang merasa seperti sedang bermimpi.Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. "Liv? Boleh aku masuk?" suara Elena terdengar dari balik pintu."Tentu, El. Masuklah."Elena masuk dengan menenteng dua cangkir teh hangat. "Barusan Mbak Amina membuatkan kita ini." Ia menyodorkan salah satu cangkir kepada Livia."Terima kasih," Livia menerima cangkir itu, menghirup aromanya yang menenangkan. "Sudah mencoba kasurmu? Empuk sekali, kan?"Elena terkekeh, duduk di sebelah Livia. "Seperti tidur di atas awan," jawabnya sambil menyeruput tehnya perlahan. "Tadi kamu menelepon Gavin?"Livia mengangguk. "Dia menyarankan agar aku berhenti bekerja, tapi aku bilang aku ingin tetap bekerja sampai kandunganku berusia enam bulan.""Dan dia setuju?""Iya, meski tampak sedikit khawatir."Elena menatap sekeliling kamar mewah itu, lalu kembali menatap Livia dengan senyum

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 75

    Belum sempat Livia dan Elena menjelajahi rumah baru mereka, sebuah suara lembut mengalihkan perhatian keduanya. "Selamat malam, Nona." Seorang wanita dengan senyum ramah berdiri di ambang pintu ruang tengah. Ia mengenakan seragam pelayan berwarna abu-abu dengan celemek putih bersih. Rambutnya yang mulai beruban diikat rapi ke belakang. "Tuan Gavin sudah memberitahu kedatangan Nona-nona malam ini," wanita itu membungkuk sopan. "Mari, saya tunjukkan kamar yang sudah saya persiapkan untuk Nona-nona." Elena melirik Livia, alisnya terangkat takjub. "Kita bahkan punya pelayan pribadi?" bisiknya. Amina menuntun mereka menaiki tangga menuju lantai dua. Koridor dengan dinding putih bersih dan beberapa lukisan pemandangan terbentang di hadapan mereka. "Ada empat kamar tidur di lantai ini," jelas Amina sembari berjalan. "Dua kamar menghadap ke depan dengan pemandangan taman depan dan samping, dua lainnya menghadap ke belakang dengan pemandangan taman belakang. Semua kamar memiliki ka

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status