Share

Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya
Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya
Author: Merisa storia

Bab 1

Author: Merisa storia
last update Huling Na-update: 2025-01-18 13:44:34

Gavin Lysandros, mematikan mesin mobilnya di garasi rumah mewahnya yang berada di kawasan elit Menteng. Jam tangan mahalnya menunjukkan pukul 10 malam. Seharusnya, saat ini ia masih berada di Singapura menghadiri rapat direksi. Tapi, kejutan ulang tahun untuk sang istri lebih penting dari apapun.

Dengan kue ulang tahun di tangannya, ia melangkah tanpa suara, memasuki rumah, menaiki tangga hingga ke lantai dua. Saat tiba di depan pintu kamar utama, ia mematung. Samar-samar terdengar desahan dari dalam.

"Ah ... Daniel ... Kamu begitu gagah perkasa. Gavin tidak pernah bisa memuaskanku seperti ini." Suara Bella terdengar dengan jelas.

Lima tahun menikah, Gavin memang terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Di ranjang pun dia payah ... loyo ... tidak bisa membuatku puas," lanjut Bella di sela-sela desahan.

"Nyonya Bella memang butuh pria jantan seperti saya ...." Suara Daniel, sopir pribadi yang sudah ia percaya selama tiga tahun, membuat darah Gavin mendidih.

"Mmhh ... ya ... Gavin terlalu lembut. Aku butuh yang kasar ... yang bisa mendominasi." Bella terdengar mendesah. "Aahhh ... begitu Daniel ... lebih keras, Sayang ... Ah ... Ah ...."

BRAKK!

Gavin menendang pintu kamar hingga terbuka. Kue ulang tahun di tangannya kini sudah terhempas ke lantai. Pemandangan di depannya membuat matanya gelap oleh amarah. Bella dan Daniel tersentak kaget, buru-buru menarik selimut menutupi tubuh polos mereka.

"Ga-Gavin?" Wajah Bella pucat pasi. "Sayang ... ini tidak—"

"DIAM!" Gavin mengaum, matanya menatap nyalang. "Jadi ini kelakuanmu dibelakangku? BERCINTA DENGAN SOPIR DI RANJANG KITA?!"

Daniel bergerak panik. Tangannya gemetar ketakutan, buru-buru mengambil pakaiannya. "Ma-maaf, Pak ... saya—"

"KELUAR!" Gavin menyambar vas bunga dan melemparnya ke arah Daniel. Vas itu pecah berkeping-keping di dinding. "KELUAR SEBELUM KUHABISI KAU!"

Daniel langsung kabur dengan celana setengah terpasang.

"Gavin ... dengarkan aku ...." Bella yang masih berbalut selimut mencoba meraih tangan suaminya. "Aku begini karena kesepian. Kamu selalu sibuk."

"Kesepian?" Gavin tertawa dingin. "Kamu bilang aku loyo? Tidak bisa memuaskanmu?" Ia mencengkeram rahang Bella. "Katakan di depan wajahku, Bella. KATAKAN!"

"Lepaskan!" Bella menjerit ketakutan. "Kau menyakitiku!"

"Menyakitimu?" Gavin melepaskan cengkeramannya dengan kasar. "Bagaimana dengan hatiku yang kau hancurkan? Lima tahun, aku selalu setia padamu, berusaha pengobatan agar kau bisa segera hamil. Tapi, ternyata bukan anak yang kau butuhkan ... hanya NAFSU!"

"Ya! Aku butuh nafsu! Aku butuh gairah!" Bella balas berteriak. "Kau terlalu sibuk dengan perusahaanmu! Bahkan saat kita bercinta, pikiranmu entah kemana!"

Gavin terdiam. Matanya menyorot tajam penuh kebencian. "Kau ingin nafsu? Gairah?" Dia membuka dasi dengan gerakan kasar. "Baik. Malam ini aku akan mencari wanita yang bisa kuhancurkan seperti kau menghancurkan kepercayaanku."

"Gavin! Kau mau kemana?" Bella mencoba mengejar, tapi Gavin sudah menuruni tangga dengan langkah menghentak.

"Jika kau berselingkuh, aku juga akan melakukan hal yang sama!" Gavin berhenti sejenak tanpa menoleh. "Kau harus merasakan apa yang aku rasakan!"

"Ti-tidak, Gavin! Kau tidak boleh mencari wanita lain!" Bella berteriak di ambang pintu. Namun, Gavin tak memedulikan teriakan istrinya itu. Ia memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menembus malam Jakarta.

Setengah jam kemudian, ia sudah duduk di sudut Platinum Bar, bar paling eksklusif di kawasan jakarta. Gelas ketiga wiski di tangannya masih belum bisa menghapus pemandangan menjijikkan di kamarnya.

"Malam yang berat, Tuan Gavin?" Sebuah suara anggun menyapa. Madam Rose, mucikari terkenal di kalangan elit Jakarta, duduk di sebelahnya dengan senyum menggoda.

"Aku butuh wanita malam ini." Gavin meneguk wiskinya. "Yang masih perawan. Yang bisa kuhancurkan!"

"Kebetulan sekali, Tuan ...." Madam Rose mengeluarkan ponselnya, menunjukkan foto seorang gadis muda yang polos. "Saya punya barang baru. Masih murni. Dijamin bisa membuat Tuan melupakan masalah."

Gavin menatap foto itu dengan mata berkabut alkohol. "Kirim ke kamar 1808 Grand Hyatt. Satu jam lagi."

Madam Rose tersenyum penuh kemenangan. "Baik, Tuan. Tapi, tentu saja tidak murah."

"Gampang! Aku akan bayar berapapun yang kau mau, asalkan benar dia masih perawan!"

Satu jam kemudian ....

Livia, gadis cantik bermata hazel, berdiri gemetar di depan pintu kamar sebuah hotel. Ia mengenakan gaun hitam pendek, pilihan Madam Rose. Riasan wajahnya tidak bisa menyembunyikan sorot ketakutan di matanya.

"Masuk!"

Suara berat itu membuatnya terlonjak. Gavin Lysandros, duduk di sofa dengan segelas wiski di tangan. Jasnya tersampir sembarangan, dua kancing teratas kemejanya terbuka. Matanya yang merah karena alkohol menatap Livia dengan tajam.

"Berapa umurmu?" tanya Gavin dingin.

"Du-dua puluh tiga, Tuan." Livia menjawab lirih.

"Jangan panggil aku Tuan." Gavin meneguk wiskinya. "Apa kau benar-benar masih perawan?"

Livia mengangguk pelan, tangannya meremas ujung gaunnya.

"Mendekatlah."

Dengan langkah ragu, Livia mendekat. Aroma parfum mahal bercampur wiski langsung menguar dari tubuh Gavin. Tanpa peringatan, pria itu menarik tangan Livia hingga jatuh ke pangkuannya.

"Tu-tuan ...." Livia mencoba memberontak.

"Kubilang jangan panggil aku Tuan!" Gavin mencengkeram dagunya. "Panggil aku, Gavin!"

Mata mereka bertemu. Tanpa bicara, Gavin mendekatkan wajahnya, mencium Livia dengan kasar. Rasa wiski langsung memenuhi mulut Livia.

"Mmhh ...." Livia mengerang tertahan saat bibir Gavin turun ke lehernya yang jenjang. Tangannya yang kuat meremas pinggul Livia.

"Kau cantik." gumam Gavin di antara ciumannya. "Terlalu cantik untuk dijual."

Air mata Livia mulai menetes. "Sa-saya butuh uang untuk—"

"Sshh ...." Gavin menghentikan kata-katanya dengan ciuman lagi. "Aku tidak ingin dengar alasanmu. Malam ini ... kau milikku."

Gavin mengangkat tubuh mungil Livia dengan mudah, membawanya ke ranjang king size. Gaun hitam itu segera terlepas, menyisakan tubuh polos yang gemetar.

"Jangan takut." bisik Gavin, untuk pertama kalinya suaranya terdengar lebih lembut. Tangannya mengusap air mata di pipi Livia. "Aku akan pelan-pelan ...."

"Ta-tapi, Tuan. Bisakah Anda memakai pengaman terlebih dahulu?"

"Aku mandul. Kau tidak akan hamil!"

Tanpa ba-bi-bu, Gavin langsung melancarkan aksinya. Tangan wanita berparas cantik itu meremas sprei dengan kuat saat ia merasakan sesuatu yang mendesak masuk ke area intinya. Gavin memperlakukannya dengan campuran kasar dan lembut yang membingungkan.

Malam itu, di kamar 1808, Livia memberikan segalanya pada Gavin.

Saat akhirnya selesai, Livia berbaring memunggungi Gavin, air matanya mengalir tanpa suara. Rasa sakit dan perih yang ia rasakan tidak seberapa dibanding rasa sesak di dadanya. Kesucian yang selama ini ia jaga, telah rusak oleh pria yang bahkan tidak ia kenal sama sekali.

"Kau menangis?" Gavin bertanya dengan suara serak.

Livia menggeleng pelan, tapi bahunya yang bergetar menunjukkan kebohongannya.

Gavin menghela nafas panjang. Tangannya terulur, menarik Livia ke dalam pelukannya. "Maaf," bisiknya. "Aku terlalu kasar."

"Tidak apa-apa." Livia menjawab lirih. "Ini ... ini memang sudah tugas saya."

"Tugas?" Gavin tertawa getir. "Kau terlalu polos untuk pekerjaan ini."

Mereka terdiam beberapa saat. Deru AC menjadi satu-satunya suara yang terdengar di kamar tersebut.

"Di laci nakas ada amplop untukmu," ujar Gavin akhirnya. "Itu hanya bonus."

Livia mengangguk pelan, masih dalam pelukan Gavin.

"Setelah ini ...." Gavin melanjutkan, "carilah pekerjaan yang lebih baik. Kau ... kau pantas mendapatkan yang lebih baik dari ini."

Tak lama kemudian, Gavin tertidur karena pengaruh alkohol. Livia perlahan melepaskan diri dari pelukannya. Dengan tangan gemetar, ia mengambil amplop dari laci nakas.

Sepuluh juta. Livia segera memasukkan uang tersebut ke dalam tasnya.

Air matanya menetes lagi saat mengambil gaunnya yang tercecer di lantai. Sambil menahan rasa sakit, ia berpakaian dan berjalan tertatih ke pintu.

Sebelum keluar, Livia menoleh sekali lagi pada sosok Gavin yang tertidur. Baru saja tangannya meraih gagang pintu, suara Gavin kembali terdengar, "tunggu ... siapa namamu?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 2

    Sehari sebelumnya ...Bungkusan plastik berisi kotak makan itu terjatuh begitu saja dari genggaman Livia. Nasi goreng special yang ia masak dengan penuh cinta berhamburan di lantai koridor kontrakan yang sempit. Namun, suara berisik dari kotak makan yang berbenturan dengan lantai tak mampu mengalahkan desahan dan erangan yang terdengar dari balik pintu kamar Evan yang sedikit terbuka."Ahh ... Sayang ... kamu memang yang terbaik ...."Suara itu, suara yang sangat Livia kenal, menghancurkan seluruh dunianya dalam sekejap. Tubuhnya membeku dan jantungnya seakan berhenti berdetak.Tiga bulan. Hanya tinggal tiga bulan lagi menuju hari pernikahan mereka. Hari yang selama ini Livia impikan, hari yang ia nantikan sejak Evan berlutut dan memasangkan cincin di jari manisnya enam bulan yang lalu.Dengan tangan gemetar, Livia mendorong pintu kamar itu. Pemandangan di hadapannya membuat dunianya seketika runtuh. Di atas ranjang sempit, Evan, pria yang ia percayai dengan sepenuh hati, tengah menin

    Huling Na-update : 2025-01-18
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 3

    Kembali ke hotel ....Masih berdiri di ambang pintu, Livia menatap Gavin sejenak sebelum berbisik lirih, "Nama saya ... Aurora."Sebelumnya, Madam Rose berpesan pada Livia kalau ia tidak boleh memberitahukan nama aslinya kepada pelanggan. Setiap wanita di dunia malam ini mempunyai nama khusus dari Madam Rose. Livia pulang diantar oleh sopir pribadi Madam Rose. Di dalam mobil, ia hanya diam menatap kosong lampu kota yang berpendar sambil meneteskan air mata. Begitu tiba, Livia membuka pintu rumah kontrakan kecilnya, Rita sudah menunggu di ruang tamu sempit dengan senyum tersungging di wajahnya. Livia masuk dengan langkah pelan, tubuhnya letih secara fisik dan mental."Kamu sudah melakukan hal yang benar," ujar Rita dengan nada lembut yang tidak biasa. "Jangan terlalu dipikirkan. Yang penting sekarang ayahmu bisa mendapat pengobatan yang layak."Livia hanya mengangguk lemah, tak mampu berkata-kata. Ia langsung masuk ke kamarnya tanpa makan malam terlebih dahulu. Padahal, perutnya belu

    Huling Na-update : 2025-01-18
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 4

    "Maafkan Livia ...." Air matanya mengalir tak terkendali, ia kembali bangkit dan memeluk tubuh kaku ayahnya. Semua pengorbanannya menjadi sia-sia. Kehormatan yang ia jual, pada akhirnya tak mampu menyelamatkan satu-satunya orang yang benar-benar menyayanginya. Livia terus menangis, mengabaikan perawat yang mencoba menenangkannya. Dunianya telah benar-benar hancur. Ia kini sebatang kara, tanpa orangtua, tanpa tunangan, tanpa harga diri yang tersisa. *** Di bawah langit mendung, sekelompok kecil pelayat berkumpul mengelilingi sebuah makam baru. Livia berdiri terpaku, matanya kosong menatap nisan yang bertuliskan nama ayahnya. Air matanya sudah mengering, tapi hatinya masih terasa seperti tercabik-cabik. "Livia ...." Sebuah pelukan hangat membungkus tubuh mungilnya dari samping. Elena, sahabatnya sejak SMA yang sudah satu Minggu ditugaskan di Surabaya, langsung terbang ke Jakarta begitu mendengar kabar duka ini. "El ...," Suara Livia pecah. Air mata yang ia kira sudah habis kembal

    Huling Na-update : 2025-01-18
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 5

    "Ada apa, Gavin?" Pak Hendro menatap putranya dengan seksama. "Tidak apa-apa, Pa. Dokter Douglas mengatakan ingin bertemu." Gavin memaksakan senyum. "Semoga kabar baik mengenai program kehamilan kalian, ya." Sudah satu tahun lebih Pak Hendro menderita penyakit jantung. Ia sangat berharap di sisa hidupnya yang mungkin tidak akan lama lagi, dapat bermain dengan cucu kesayangannya. "Ayo, makan!" Di ruang makan, Bella sudah menata hidangan bersama Bu Lina. Aroma sup asparagus, menu favorit mertuanya, menguar menggoda. Gavin duduk dengan enggan di sebelah Bella yang tersenyum manis. "Ini sup spesial buatan Bella, lho, Vin," Bu Lina mengedipkan mata. "Kata Mama, makanan bergizi bagus untuk program kehamilanmu." Bella tersipu, sementara Gavin hanya menatap kosong ke mangkuk supnya. "Ngomong-ngomong soal program kehamilan," Bu Lina menyesap tehnya, "Mama dapat rekomendasi klinik fertilitas bagus di Singapura. Dokter Chang sangat berpengalaman dalam program bayi tabung." "Iya, Ma, keb

    Huling Na-update : 2025-01-18
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 6

    Di kediaman Gavin, langit Jakarta mulai memerah. Sinar jingga matahari senja menerobos masuk melalui jendela besar ruang keluarga. Pak Hendro dan Bu Lina berpamitan pulang pada Bella. "Bella sayang," Bu Lina menggenggam kedua tangan menantunya, matanya menyiratkan harapan yang dalam. "Jangan menyerah, ya. Teruslah bujuk Gavin untuk meluangkan waktu ke Singapura. Dokter Chang itu sangat terkenal, bahkan ada daftar tunggunya, loh.""Iya, Ma," Bella mengangguk pelan, suaranya lembut penuh kesungguhan. "Aku juga sudah sangat ingin memiliki anak dari Gavin. Aku akan mencoba bicara lagi dengannya nanti malam."Pak Hendro menepuk pundak menantunya, senyum tipis terukir di wajahnya yang mulai keriput. "Kami percaya padamu, Bella. Kamu menantu terbaik yang bisa kami harapkan.""Papa jangan terlalu banyak pikiran," Bella meraih tangan mertuanya, meremasnya dengan lembut. "Ingat kata dokter, jantung Papa butuh ketenangan. Pokoknya, aku janji akan mengusahakan program bayi tabung itu secepatnya.

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 7

    Pukul tujuh malam, sebuah Toyota Corolla keluaran tahun 2012 berwarna silver berhenti di depan kontrakan sempit Livia. Catnya masih mengkilap meski di beberapa bagian sudah terlihat goresan dan penyok ringan. Elena keluar dari mobil, mengenakan kemeja kerja yang sedikit kusut dan rok pensil hitam—pakaian kantor yang belum sempat diganti. Wajahnya yang lelah seketika berubah cerah saat melihat Livia berdiri di ambang pintu dengan satu koper besar dan tas ransel."Sudah siap?" Elena berseru, melambai penuh semangat.Livia mengangguk, bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis. Matanya yang sembab menandakan ia baru saja menangis."Ini semua barangmu? Yakin tidak ada yang tertinggal?" Elena mengambil alih koper dari tangan Livia, merasakan betapa ringannya barang bawaan sahabatnya itu."Tidak banyak yang bisa kubawa," jawab Livia pelan sambil mengunci pintu kontrakan untuk yang terakhir kalinya. Ia menatap kunci di tangannya, ragu-ragu sejenak sebelum menyerahkannya pada pemilik kontra

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 8

    Mobil sedan silver milik Elena memasuki area basement apartemen yang cukup luas, tetapi sudah hampir penuh. Elena mengedarkan pandangan, mencari-cari celah untuk parkir."Sepertinya kita agak telat," ujar Elena sambil perlahan memutar setir. "Biasanya jam segini masih banyak yang kosong."Livia hanya diam memperhatikan, jemarinya meremas tali ransel yang ia pangku. Basement ini terasa begitu berbeda dengan lingkungan kontrakannya yang sempit dan pengap. Di sini, meski remang, udara terasa lebih sejuk dengan sistem ventilasi yang baik."Nah, itu dia!" Elena berseru riang saat menemukan spot parkir di sudut basement. Dengan cekatan, ia mengarahkan mobilnya ke tempat kosong tersebut. "Home sweet home, Liv."Setelah mematikan mesin, Elena membuka bagasi dan mengeluarkan koper Livia. Livia sendiri menggendong ranselnya, berdiri canggung di samping mobil."Jangan khawatir," Elena menepuk pundak sahabatnya penuh pengertian. "Apartemennya tidak mewah, tapi nyaman, kok."Mereka berjalan beriri

    Huling Na-update : 2025-03-01
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 9

    Livia berusaha menghentikan langkah Evan. Namun, lima menit lagi absensi akan di tutup. "Tidak jadi. Nanti saja, aku sudah kesiangan."Dengan langkah cepat, nyaris berlari, Livia menuju gedung perkantoran yang menjulang tinggi."Pagi, Pak Satpam!" Livia tersenyum sekilas pada petugas keamanan yang berjaga di pintu masuk."Pagi, Mbak Livia," satpam itu mengangguk ramah. Pagi itu, Livia langsung bekerja seperti biasanya. ****Jam makan siang akhirnya tiba. Setelah membersihkan seluruh ruangan di lantai 15—termasuk toilet, pantry, dan ruang rapat—Livia merasa perutnya mulai keroncongan. Ia menyelesaikan tugas terakhirnya, menyemprot pewangi ruangan di sudut-sudut strategis, sebelum mendorong trolinya kembali ke ruang penyimpanan di lantai tersebut."Mau makan siang, Livia?" tanya Mba Yuni, rekan sesama petugas kebersihan yang bertugas di lantai yang sama.Livia mengangguk. "Iya, Mba. Rasanya lapar sekali hari ini.""Mau bareng? Saya bawa bekal dari rumah."Sejenak Livia tergoda, tetapi

    Huling Na-update : 2025-03-01

Pinakabagong kabanata

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 98

    Malam semakin larut, tapi Gavin masih berada di kantornya. Gedung yang biasanya ramai kini sepi, hanya ada beberapa petugas keamanan dan staff yang lembur. Jas hitamnya sudah tersampir di sandaran kursi, dasinya dilonggarkan, dan dua kancing teratas kemejanya dibuka—sebuah pemandangan langka bagi siapapun yang mengenal Gavin sebagai pria yang selalu menjaga penampilan sempurna.Layar komputernya menunjukkan penurunan saham yang semakin dalam. Tidak hanya itu, email dari beberapa mitra bisnis yang membatalkan pertemuan atau perjanjian kerja sama juga terus bermunculan di inbox-nya.Ponselnya berdering lagi. Nama "Mama" muncul di layar. Gavin menghela napas, sebelum akhirnya mengangkat."Halo, Ma," sapanya, berusaha terdengar normal."Gavin," suara Bu Lina terdengar cemas. "Apa kamu baik-baik saja, Nak?""Baik, Ma," jawab Gavin, berbohong."Jangan bohong pada Mama," tegur Bu Lina. "Mama sudah melihat konferensi persmu. Apa yang kau pikirkan, mengakui semuanya begitu saja?"Gavin menghel

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 97

    Livia mengangguk cepat, membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan Bu Lina masuk ke ruang tengah yang tertata rapi."Silakan duduk, Bu. Mau dibuatkan teh atau kopi?" tawar Livia."Teh saja," jawab Bu Lina singkat, matanya mengamati sekitar—semua perabotan tampak modern dan minimalis. Livia bergegas ke dapur dan memerintahkan Amina untuk membuat minuman. Tak lama kemudian, Amina datang membawa dua cangkir teh hangat. "Silahkan diminum, Bu," kata Livia dengan sopan. Bu Lina menyeruput tehnya. "Kita perlu bicara."Livia duduk di hadapan Bu Lina, matanya tidak berani menatap langsung pada Bu Lina. Suasana canggung menyelimuti ruangan. "Berapa usia kandunganmu?" tanya Bu Lina, memecah keheningan."Delapan bulan, Bu," jawab Livia pelan.Bu Lina mengangguk. "Dan bagaimana dengan kesehatanmu? Apa kau rutin memeriksakan kandungan?"Livia mengangguk. "Gavin memastikan saya mendapat perawatan yang baik." Belum sempat Bu Lina melanjutkan pertanyaannya, suara presenter berita di televisi yan

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 96

    Gavin menatap wartawan itu dengan tatapan dingin, tapi tetap menjaga nada suaranya tetap terkontrol. "Saya tidak akan membahas detail privasinya, tapi ya, seorang wanita bernama Livia sedang mengandung anak saya." Gavin melihat wajah-wajah wartawan yang terkejut—mereka tidak menyangka akan mendapat pengakuan langsung."Tapi apakah ini terjadi saat Anda masih berstatus suami dari Bella Lysandros?" tanya wartawan lain.Gavin menggeleng tegas. "Tidak. Hubungan saya dengan Bella sebenarnya sudah lama berakhir, sebelum saya mengenal Livia.""Lalu bagaimana dengan pernyataan Bella yang mengatakan bahwa Anda telah berselingkuh selama bertahun-tahun?" Rahang Gavin mengeras, tapi ia tetap menjaga ekspresi wajahnya. "Saya di sini tidak untuk menjelekkan siapapun, termasuk mantan istri saya. Yang perlu diketahui adalah bahwa perceraian kami terjadi karena ketidakcocokan yang sudah berlangsung lama. Bukan karena saya berselingkuh.""Tapi foto-foto yang beredar menunjukkan Anda dan Livia bersama

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 95

    Di apartemen Daniel, Bella masih menikmati kemenangannya. Ia baru saja selesai melakukan wawancara eksklusif dengan salah satu stasiun televisi nasional, di mana ia berperan sebagai korban yang tersakiti. Air mata buaya mengalir sempurna di pipinya yang dipoles makeup natural, menciptakan simpati dari pemirsa yang tidak tahu kebenaran di balik perceraiannya."Bagaimana menurutmu penampilanku tadi?" tanya Bella pada Daniel yang duduk di sofa, wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan."Sempurna," jawab Daniel datar. "Tapi aku masih berpikir kamu sudah sangat keterlaluan."Bella memutar bola matanya. "Oh, ayolah, Daniel. Ini baru permulaan. Tunggu saja sampai Lysandros Group benar-benar jatuh, dan Gavin akan merangkak memohon padaku." Ia tertawa kecil, suara tawanya terdengar dingin dan kejam.Daniel menatap Bella dengan tatapan yang sulit diartikan—campuran antara kasihan dan ngeri. Wanita cantik di hadapannya ini telah berubah menjadi sosok yang tidak ia kenal, dikuasai oleh dendam dan kes

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 94

    Ponsel Gavin di atas meja berdering nyaring, menampilkan nama Livia di layar. Dengan jari sedikit gemetar, ia menggeser layar untuk menjawab."Gavin?" suara Livia terdengar cemas di ujung telepon. "Apa kamu baik-baik saja?"Gavin tersenyum getir. Di tengah badai yang menghantam hidupnya, Livia masih sempat mengkhawatirkan keadaannya. "Tidak perlu mengkhawatirkanku," jawabnya, berusaha terdengar tegar meski suaranya sedikit parau. "Bagaimana keadaanmu dan bayi kita?""Kami baik," jawab Livia dengan nada lembut. "Tapi berita itu ... foto-foto itu ....""Aku akan menyelesaikan ini semua," potong Gavin dengan nada tegas, jarinya menggenggam ponsel dengan erat. "Aku bisa mengatasi semua ini. Yang penting kamu tetap di rumah, jangan pergi ke mana-mana dulu. Wartawan pasti sedang mencarimu.""Baiklah," sahut Livia, suaranya bergetar menahan tangis. "Aku hanya ingin memastikan kamu tidak apa-apa. Aku ... aku takut semua ini karena aku.""Ini bukan salahmu," tegas Gavin. "Ini strategi Bella. M

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 93

    Gavin menghela napas berat, rahangnya mengeras. Tangannya mengepal erat."Jangan menyangkal," perintah Gavin dengan suara tegas namun terdengar lelah. "Tapi juga jangan memberikan detail apapun. Katakan bahwa ini adalah masalah pribadi yang tidak akan mempengaruhi kinerja perusahaan.""Tapi, Tuan, mereka menuntut penjelasan lebih. Beberapa investor sudah mengisyaratkan akan menarik investasi mereka jika tidak ada klarifikasi resmi," jelas Kevin, suaranya terdengar frustrasi."Katakan pada mereka untuk tetap tenang," tegas Gavin. "Aku akan terbang ke Singapura besok pagi untuk berbicara langsung dengan mereka. Sekarang, pastikan semua staf kita menyiapkan strategi untuk menghadapi media."Gavin menutup telepon dan menatap langit-langit kantornya, pikirannya berkecamuk. Bagaimana mungkin rumor ini bisa menyebar begitu cepat dan luas? Ia yakin bahwa Bella adalah dalang di balik semua ini. Gavin menatap layar komputer dengan rahang mengeras. Grafik merah yang terus menukik tajam seakan m

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 92

    Jemari Livia gemetar saat ia menggeser layarnya, membaca artikel yang memuat namanya dengan jelas—Livia, seorang cleaning service yang bekerja di Lysandros Group, disebutkan sebagai penyebab perceraian Gavin Lysandros dengan Bella setelah mengandung anak sang CEO.Yang lebih mengejutkan lagi, beberapa foto dirinya tersebar—termasuk foto saat ia dan Gavin di rumah sakit dulu, ketika Gavin mengantarnya untuk check-up kehamilan. Foto yang sangat pribadi itu kini menjadi konsumsi publik.Air mata Livia mengalir tanpa bisa ditahan. Ia mematikan ponselnya, namun berita itu terus bermunculan di televisi yang kebetulan sedang dinyalakan di ruang tengah."Berita ini menjadi viral tidak hanya di Indonesia, tetapi juga mencapai negara-negara Asia lainnya," ucap presenter berita itu dengan nada sensasional. "Saham Lysandros Group dikabarkan langsung anjlok setelah berita ini tersebar."Livia terduduk lemas di sofa, tidak percaya dengan apa yang terjadi. Bagaimana mungkin berita pribadi mereka bi

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 91

    Gavin tidak langsung menjawab pertanyaan Livia. Matanya menatap lembut wanita yang tengah mengandung anaknya itu, sebelum akhirnya ia melepaskan pelukannya perlahan. Ketimbang melanjutkan pembicaraan serius itu, Gavin memilih mengalihkan topik."Aku ingin melihat kamar anak kita," ujarnya sambil beranjak dari sofa, mengulurkan tangannya pada Livia.Livia, masih dengan jantung berdebar, menerima uluran tangan Gavin dan bangkit dari sofa dengan sedikit susah payah. Saat Gavin dengan natural meletakkan tangannya di pinggang Livia untuk membantunya berdiri, wanita itu bisa merasakan kehangatan menjalar dari titik kontak mereka."Aku sudah memilih kamar yang paling dekat dengan kamarku."Mereka melangkah bersama, dengan langkah Gavin yang menyesuaikan kecepatan Livia. Setibanya di depan pintu kamar yang di tuju, Livia menghentikan langkahnya. "Ini kamarnya," ucapnya, lalu membuka pintu perlahan.Begitu pintu terbuka, Gavin disambut pemandangan yang membuat hatinya terenyuh. Kamar berukura

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 90

    Gavin menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis—bukan senyum ejekan, melainkan senyum seseorang yang akhirnya merasa bebas."Terserah," jawabnya tenang. "Yang jelas sekarang kamu sudah tidak punya hak dan kamu sudah bukan istriku lagi."Jawaban singkat itu membuat Bella semakin emosi. "Aku tidak rela, Gavin! Kamu pikir kamu bisa begitu saja meninggalkanku dan hidup bahagia dengan wanita murahan itu? Aku akan—"Gavin tidak menunggu Bella menyelesaikan kalimatnya. Ia langsung masuk ke dalam mobil dan memberi isyarat pada sopirnya untuk segera meninggalkan tempat itu. Mobil melaju perlahan, meninggalkan Bella yang masih berdiri dengan wajah penuh amarah.Di dalam mobil, Gavin menghembuskan napas panjang. Sebuah beban berat seolah terangkat dari pundaknya. Ia mengecek ponselnya, lalu meminta sopir untuk langsung menuju rumah Livia.©©©Setibanya di depan rumah Livia, sekuriti yang berjaga langsung membuka pintu gerbang dan memberi salam hormat pada Gavin. Mobil melaju pelan memasuki halama

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status