Share

Bab 5

Author: Merisa storia
last update Huling Na-update: 2025-01-18 13:47:14

"Ada apa, Gavin?" Pak Hendro menatap putranya dengan seksama.

"Tidak apa-apa, Pa. Dokter Douglas mengatakan ingin bertemu." Gavin memaksakan senyum.

"Semoga kabar baik mengenai program kehamilan kalian, ya."

Sudah satu tahun lebih Pak Hendro menderita penyakit jantung. Ia sangat berharap di sisa hidupnya yang mungkin tidak akan lama lagi, dapat bermain dengan cucu kesayangannya.

"Ayo, makan!" Di ruang makan, Bella sudah menata hidangan bersama Bu Lina. Aroma sup asparagus, menu favorit mertuanya, menguar menggoda. Gavin duduk dengan enggan di sebelah Bella yang tersenyum manis.

"Ini sup spesial buatan Bella, lho, Vin," Bu Lina mengedipkan mata. "Kata Mama, makanan bergizi bagus untuk program kehamilanmu."

Bella tersipu, sementara Gavin hanya menatap kosong ke mangkuk supnya.

"Ngomong-ngomong soal program kehamilan," Bu Lina menyesap tehnya, "Mama dapat rekomendasi klinik fertilitas bagus di Singapura. Dokter Chang sangat berpengalaman dalam program bayi tabung."

"Iya, Ma, kebetulan minggu depan ada pembukaan proyek baru di Singapura," Bella melirik suaminya penuh harap. "Kita bisa sekalian konsultasi, kan, Sayang?"

"Saya masih banyak urusan di Jakarta, Ma," Gavin menjawab datar. "Meeting dengan investor untuk persiapan tender."

"Masa tidak bisa luangkan waktu sehari saja?" Bu Lina mengerutkan kening. "Ini demi cucu Mama, lho."

"Maaf Ma, jadwal saya benar-benar padat."

"Tidak apa-apa, Ma." Bella menggenggam tangan mertuanya, tersenyum pengertian. "Kita bisa atur jadwal lain."

Gavin mendorong mangkuknya yang masih penuh. "Saya permisi dulu, Pa, Ma. Mau menemui Dokter Douglas."

"Loh, harus sekarang?" Bu Lina menatap bingung.

"Tapi kamu belum makan, Sayang ...." Bella mencoba menahan.

"Saya tidak lapar." Gavin bangkit, mengabaikan tatapan kecewa ibunya.

Di mobil, Gavin memukul setir dengan frustasi. Ia merasa sangat kesal dan hampir tidak bisa menyembunyikan rasa bencinya. Bella begitu lihai memainkan perannya sebagai menantu idaman.

Gavin mengusap wajahnya kasar. Mungkin ia harus bicara empat mata dengan Pak Hendro sebelum mengajukan gugatan cerai. Tapi bagaimana cara ia menjelaskan bahwa menantu kesayangannya telah berselingkuh dengan sopir?

Mobil Gavin melaju tak beraturan di jalanan Jakarta. Pikirannya bercampur aduk. Beberapa kali ia nyaris menabrak mobil di depannya karena tidak fokus. Klakson-klakson marah yang ditujukan padanya hanya terdengar samar di telinganya.

"Sial ... sial ...," gumamnya berulang kali, memukul setir dengan frustasi.

Sesampainya di parkiran rumah sakit, Gavin duduk diam beberapa saat di dalam mobil. Matanya terpejam, mencoba menenangkan diri. Namun, bayangan wajah Bella yang tersenyum manis pada orangtuanya membuat darahnya kembali mendidih.

Gavin turun dari mobil, merapikan jasnya yang sebenarnya sudah rapi, berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit. Beberapa perawat yang mengenalinya sebagai pasien rutin menyapa ramah, tapi ia hanya mengangguk singkat. Langkahnya terhenti di depan pintu dengan papan nama "Dr. Douglas SpOG".

"Masuk," terdengar suara dari dalam setelah Gavin mengetuk pintu.

Dr. Douglas, pria berkacamata itu langsung berdiri menyambut kedatangan Gavin. "Silakan duduk, Tuan Gavin. Maaf sudah membuat Anda datang mendadak."

"Langsung saja, Dok. Apa maksudnya hasil tes saya tertukar?"

Dokter Douglas membuka map di mejanya dengan hati-hati. "Begini ... ada kesalahan administrasi di lab. Hasil tes kesuburan Anda tertukar dengan pasien lain."

Gavin mencondongkan tubuhnya ke depan, jantungnya berdebar kencang.

"Setelah dicek ulang ...." Dokter Douglas mengeluarkan selembar kertas, "kondisi sperma Anda normal. Anda sangat fertile dan tidak ada masalah untuk memiliki keturunan. Justru, Nyonya Bella-lah yang bermasalah."

Gavin terhenyak di kursinya. Selama ini ia mengira dirinyalah penyebab mereka belum memiliki anak. Bella bahkan sering menyindirnya dengan halus tentang hal ini.

Mendadak wajah sendu Livia melintas di benaknya. Mereka berhubungan tanpa pengaman semalam. Jika benar ia fertile ...?

"Ya Tuhan ...." Gavin memijat pelipisnya yang berdenyut.

"Tuan Gavin? Anda baik-baik saja?" Dokter Douglas menatapnya khawatir.

"Saya ... saya harus pergi, Dok." Gavin bangkit dengan tergesa. "Terima kasih informasinya."

Di lorong rumah sakit, langkah Gavin goyah. Ia bersandar ke dinding, mencoba mengendalikan napasnya yang memburu. Pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Bagaimana jika wanita itu hamil? Ia bahkan tidak ingat nama gadis itu.

Gavin melangkah ke area parkir, menghempaskan tubuhnya ke kursi kemudi, kepalanya bersandar lemas di setir. Tangannya yang gemetar merogoh saku, mengeluarkan sebungkus rokok. Asap mengepul memenuhi mobil, tapi ia tak peduli. Pikirannya hanya dipenuhi bayangan wajah sendu Livia dan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.

"Brengsek!" umpatnya sambil membuang puntung rokok ke luar jendela.

Pria tampan itu kemudian melajukan mobil hitamnya membelah jalanan Jakarta yang padat. Matahari sudah condong ke barat ketika ia sampai di kawasan Senopati. Bar tempat ia mabuk semalam masih tutup. Tentu saja, ini masih sore. Gavin memarkir mobilnya di seberang jalan, menunggu dengan gelisah.

Dua jam berlalu lambat. Gavin menghabiskan hampir sebungkus rokok, matanya tak lepas dari pintu bar yang masih tertutup rapat. Tepat pukul tujuh malam, lampu-lampu mulai menyala. Seorang pria berseragam security membuka gembok pintu utama.

Gavin turun dari mobil, merapikan jasnya yang kusut. Kakinya melangkah mantap memasuki bar yang masih sepi.

"Maaf, kami baru buka, Tuan," sapa bartender yang sedang mengelap gelas.

"Saya mencari Madam Rose."

"Oh, tunggu sebentar."

Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya dengan dandanan mencolok muncul dari balik tirai beludru merah. Gaun merah marunnya menyapu lantai saat ia berjalan anggun menghampiri Gavin.

"Ah, Tuan yang semalam," Madame Rose tersenyum genit. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya perlu informasi tentang wanita yang semalam."

Madame Rose mengambil tempat di sofa, mempersilakan Gavin duduk di hadapannya. "Maaf, Tuan. Kami tidak memberikan informasi pribadi tentang para gadis."

"Ini penting," Gavin mengeluarkan dompetnya. "Saya akan bayar berapapun."

"Tuan," Madame Rose tersenyum dingin. "Di sini kami menjual jasa, bukan informasi pribadi. Jika Tuan ingin bertemu lagi dengannya, Tuan bisa memesannya seperti biasa."

"Saya harus bicara dengannya," Gavin menekan setiap kata. "Ini menyangkut hal serius."

"Saya mengerti." Madame Rose mengetuk-ngetuk meja dengan jari berkuku panjangnya. "Tapi ini adalah prosedur kami. Kerahasiaan adalah prioritas utama."

Gavin mengusap wajahnya kasar. "Kalau begitu, saya pesan dia untuk malam ini."

"Sayangnya dia sedang tidak available." Madame Rose bangkit dari sofa. "Mungkin Tuan bisa mencoba gadis lain? Amanda sangat cantik, atau Julie yang-"

"Saya hanya perlu dia!" Suara Gavin meninggi, membuat beberapa pelayan menoleh.

Madame Rose menatapnya tajam. "Tuan, jika Anda tidak bisa mengendalikan diri, saya terpaksa meminta Anda meninggalkan tempat ini."

Gavin mengepalkan tangannya, mencoba meredam amarah. "Kapan ... kapan dia akan available?"

"Saya tidak bisa memastikan." Madame Rose tersenyum tipis. "Mungkin Tuan bisa mencoba datang lagi minggu depan?"

Gavin bangkit dengan gusar. Ia tahu bahwa wanita licik ini tidak akan memberinya informasi apapun. Langkahnya berat meninggalkan bar, diiringi tatapan penuh selidik Madame Rose.

Di dalam mobil, Gavin memukul setir berkali-kali hingga tangannya memerah. Bagaimana mungkin ia bisa menemukan Livia? Ia bahkan tidak tahu nama lengkapnya, atau dimana gadis itu tinggal. Yang ia ingat hanya wajah sendu dan mata yang berkaca-kaca itu.

"Maafkan aku ...," bisiknya parau, entah pada siapa. Mungkin pada Livia, mungkin juga pada dirinya sendiri yang telah berbuat fatal dalam kondisi mabuk.

Mobil hitam itu melaju pelan meninggalkan kawasan Senopati. Gavin tidak tahu harus mencari kemana lagi. Satu-satunya petunjuk tentang Livia ada di bar itu, tapi Madame Rose jelas tidak akan membantunya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
skatepunk
hamil abis di entod semalem
goodnovel comment avatar
Neng Heryani
Livia hamil
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 6

    Di kediaman Gavin, langit Jakarta mulai memerah. Sinar jingga matahari senja menerobos masuk melalui jendela besar ruang keluarga. Pak Hendro dan Bu Lina berpamitan pulang pada Bella. "Bella sayang," Bu Lina menggenggam kedua tangan menantunya, matanya menyiratkan harapan yang dalam. "Jangan menyerah, ya. Teruslah bujuk Gavin untuk meluangkan waktu ke Singapura. Dokter Chang itu sangat terkenal, bahkan ada daftar tunggunya, loh.""Iya, Ma," Bella mengangguk pelan, suaranya lembut penuh kesungguhan. "Aku juga sudah sangat ingin memiliki anak dari Gavin. Aku akan mencoba bicara lagi dengannya nanti malam."Pak Hendro menepuk pundak menantunya, senyum tipis terukir di wajahnya yang mulai keriput. "Kami percaya padamu, Bella. Kamu menantu terbaik yang bisa kami harapkan.""Papa jangan terlalu banyak pikiran," Bella meraih tangan mertuanya, meremasnya dengan lembut. "Ingat kata dokter, jantung Papa butuh ketenangan. Pokoknya, aku janji akan mengusahakan program bayi tabung itu secepatnya.

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 7

    Pukul tujuh malam, sebuah Toyota Corolla keluaran tahun 2012 berwarna silver berhenti di depan kontrakan sempit Livia. Catnya masih mengkilap meski di beberapa bagian sudah terlihat goresan dan penyok ringan. Elena keluar dari mobil, mengenakan kemeja kerja yang sedikit kusut dan rok pensil hitam—pakaian kantor yang belum sempat diganti. Wajahnya yang lelah seketika berubah cerah saat melihat Livia berdiri di ambang pintu dengan satu koper besar dan tas ransel."Sudah siap?" Elena berseru, melambai penuh semangat.Livia mengangguk, bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis. Matanya yang sembab menandakan ia baru saja menangis."Ini semua barangmu? Yakin tidak ada yang tertinggal?" Elena mengambil alih koper dari tangan Livia, merasakan betapa ringannya barang bawaan sahabatnya itu."Tidak banyak yang bisa kubawa," jawab Livia pelan sambil mengunci pintu kontrakan untuk yang terakhir kalinya. Ia menatap kunci di tangannya, ragu-ragu sejenak sebelum menyerahkannya pada pemilik kontra

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 8

    Mobil sedan silver milik Elena memasuki area basement apartemen yang cukup luas, tetapi sudah hampir penuh. Elena mengedarkan pandangan, mencari-cari celah untuk parkir."Sepertinya kita agak telat," ujar Elena sambil perlahan memutar setir. "Biasanya jam segini masih banyak yang kosong."Livia hanya diam memperhatikan, jemarinya meremas tali ransel yang ia pangku. Basement ini terasa begitu berbeda dengan lingkungan kontrakannya yang sempit dan pengap. Di sini, meski remang, udara terasa lebih sejuk dengan sistem ventilasi yang baik."Nah, itu dia!" Elena berseru riang saat menemukan spot parkir di sudut basement. Dengan cekatan, ia mengarahkan mobilnya ke tempat kosong tersebut. "Home sweet home, Liv."Setelah mematikan mesin, Elena membuka bagasi dan mengeluarkan koper Livia. Livia sendiri menggendong ranselnya, berdiri canggung di samping mobil."Jangan khawatir," Elena menepuk pundak sahabatnya penuh pengertian. "Apartemennya tidak mewah, tapi nyaman, kok."Mereka berjalan beriri

    Huling Na-update : 2025-03-01
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 9

    Livia berusaha menghentikan langkah Evan. Namun, lima menit lagi absensi akan di tutup. "Tidak jadi. Nanti saja, aku sudah kesiangan."Dengan langkah cepat, nyaris berlari, Livia menuju gedung perkantoran yang menjulang tinggi."Pagi, Pak Satpam!" Livia tersenyum sekilas pada petugas keamanan yang berjaga di pintu masuk."Pagi, Mbak Livia," satpam itu mengangguk ramah. Pagi itu, Livia langsung bekerja seperti biasanya. ****Jam makan siang akhirnya tiba. Setelah membersihkan seluruh ruangan di lantai 15—termasuk toilet, pantry, dan ruang rapat—Livia merasa perutnya mulai keroncongan. Ia menyelesaikan tugas terakhirnya, menyemprot pewangi ruangan di sudut-sudut strategis, sebelum mendorong trolinya kembali ke ruang penyimpanan di lantai tersebut."Mau makan siang, Livia?" tanya Mba Yuni, rekan sesama petugas kebersihan yang bertugas di lantai yang sama.Livia mengangguk. "Iya, Mba. Rasanya lapar sekali hari ini.""Mau bareng? Saya bawa bekal dari rumah."Sejenak Livia tergoda, tetapi

    Huling Na-update : 2025-03-01
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 10

    Livia berdiri mematung di taman, memandangi sosok Evan yang menjauh. Hatinya terasa kosong. Bahkan Evan, orang yang dulu begitu dekat dengannya, kini seolah asing.Dengan langkah gontai, Livia kembali menuju gedung kantornya. Jam istirahat hampir berakhir, sementara ia belum sempat makan apapun. Perutnya berbunyi memprotes, mengingatkan bahwa sejak sarapan pagi bersama Elena, ia belum memasukkan makanan ke dalam tubuhnya lagi.Di lobi, Livia menengok ke jam dinding—tinggal lima belas menit sebelum masuk kerja kembali. Ia memutuskan untuk mampir ke kantin karyawan di lantai dasar. Meski begitu, ia tahu tak akan sempat makan di sana."Mba Ida," Livia mendekati salah satu penjual di kantin, "nasi bungkus paket ayam satu, ya. Dibungkus.""Siap, Mbak Livia," Mba Ida dengan sigap menyiapkan pesanannya. "Tumben makan siang telat?"Livia tersenyum lemah. "Ada urusan penting tadi."Setelah membayar, Livia bergegas kembali ke lantai 15, membawa bungkusan nasi yang masih hangat. Ia melihat sekel

    Huling Na-update : 2025-03-02
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 11

    Sandra adalah yang pertama berbalik. Matanya melebar kaget melihat Livia. "Kamu? Bagaimana bisa—" "Kamu berbohong padaku, Evan!" Livia mengalihkan tatapannya pada pria itu, yang kini berdiri dengan wajah pucat. "Kamu bilang tidak tahu di mana Sandra!" "Li-Livia, aku bisa jelaskan," Evan tergagap, melangkah mundur. "Tidak perlu!" Livia mengalihkan tatapannya pada Sandra. "Aku datang untuk menuntut hakku, Sandra. Uang yang kamu dan ibumu ambil dariku!" Sandra menyilangkan tangannya defensif. "Uang apa? Aku tidak mengerti maksudmu." "Jangan pura-pura!" suara Livia meninggi, menarik perhatian beberapa pengunjung taman. "Uang yang ditransfer Madam Rose melalui rekeningmu! Uang yang seharusnya untuk operasi Ayah!" Wajah Sandra mengeras. "Oh, uang hasil 'pekerjaan khusus'mu itu?" ia melirik Evan dengan tatapan penuh arti. "Ya, uang yang kudapatkan dengan mengorbankan diriku!" Livia merasakan air mata mulai menggenang. "Uang yang seharusnya bisa menyelamatkan nyawa Ayahku, tapi kamu dan

    Huling Na-update : 2025-03-02
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 12

    Satu bulan berlalu sejak peristiwa di taman itu. Livia mencoba menata kembali hidupnya perlahan-perlahan. Ia tetap bekerja sebagai cleaning service, meski harus berhadapan dengan Bu Marta yang semakin keras padanya sejak insiden di ruang penyimpanan. Beruntung, Livia hanya mendapat surat peringatan, bukan pemecatan. Pagi itu, seperti biasa, Livia bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan. Namun, begitu ia mencium aroma telur yang sedang digoreng, perutnya terasa mual. Dengan tergesa-gesa, ia berlari ke kamar mandi."Hoek! Hoek!" Livia muntah-muntah, padahal perutnya kosong. Hanya cairan bening yang keluar.Elena yang mendengar suara itu bergegas menuju kamar mandi. "Liv? Kamu kenapa?" ia mengetuk pintu dengan cemas.Livia keluar dengan wajah pucat. "Entahlah, mungkin masuk angin. Tiba-tiba saja perutku mual mencium bau telur."Elena menatapnya lekat-lekat, merasa ada yang aneh. "Sudah berapa lama kamu seperti ini?""Baru pagi ini," Livia menjawab sambil berjalan gontai menuju dapur.

    Huling Na-update : 2025-03-03
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 13

    "Aku hamil, El," Livia berkata, seolah masih tidak percaya. "Aku mengandung anak entah siapa." Elena menghentikan langkahnya, memutar tubuh Livia agar menghadapnya. "Dengar, Liv. Ini memang kejutan besar. Tapi kamu tidak sendirian, oke? Aku di sini. Kita akan hadapi ini bersama." Livia menatap sahabatnya dengan linangan air mata. "Apa yang harus kulakukan, El? Aku bahkan tidak kenal siapa ayahnya. Apa yang akan dikatakan orang-orang nanti?" Setelah keluar dari klinik, Elena mengantar Livia kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan, Livia hanya terdiam, tangannya gemetar memegangi perutnya yang masih rata. Tatapannya kosong menatap jalanan Jakarta yang mulai padat. Elena sesekali menggenggam tangannya, mencoba memberikan kekuatan meski ia sendiri masih terkejut dengan berita ini. "Sudah sampai," kata Elena ketika mereka tiba di basement apartemen. Livia turun dari mobil dengan langkah gontai. Tubuhnya seolah tidak bertenaga, seperti boneka yang digerakkan tanpa nyawa. Di lobi

    Huling Na-update : 2025-03-04

Pinakabagong kabanata

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 98

    Malam semakin larut, tapi Gavin masih berada di kantornya. Gedung yang biasanya ramai kini sepi, hanya ada beberapa petugas keamanan dan staff yang lembur. Jas hitamnya sudah tersampir di sandaran kursi, dasinya dilonggarkan, dan dua kancing teratas kemejanya dibuka—sebuah pemandangan langka bagi siapapun yang mengenal Gavin sebagai pria yang selalu menjaga penampilan sempurna.Layar komputernya menunjukkan penurunan saham yang semakin dalam. Tidak hanya itu, email dari beberapa mitra bisnis yang membatalkan pertemuan atau perjanjian kerja sama juga terus bermunculan di inbox-nya.Ponselnya berdering lagi. Nama "Mama" muncul di layar. Gavin menghela napas, sebelum akhirnya mengangkat."Halo, Ma," sapanya, berusaha terdengar normal."Gavin," suara Bu Lina terdengar cemas. "Apa kamu baik-baik saja, Nak?""Baik, Ma," jawab Gavin, berbohong."Jangan bohong pada Mama," tegur Bu Lina. "Mama sudah melihat konferensi persmu. Apa yang kau pikirkan, mengakui semuanya begitu saja?"Gavin menghel

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 97

    Livia mengangguk cepat, membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan Bu Lina masuk ke ruang tengah yang tertata rapi."Silakan duduk, Bu. Mau dibuatkan teh atau kopi?" tawar Livia."Teh saja," jawab Bu Lina singkat, matanya mengamati sekitar—semua perabotan tampak modern dan minimalis. Livia bergegas ke dapur dan memerintahkan Amina untuk membuat minuman. Tak lama kemudian, Amina datang membawa dua cangkir teh hangat. "Silahkan diminum, Bu," kata Livia dengan sopan. Bu Lina menyeruput tehnya. "Kita perlu bicara."Livia duduk di hadapan Bu Lina, matanya tidak berani menatap langsung pada Bu Lina. Suasana canggung menyelimuti ruangan. "Berapa usia kandunganmu?" tanya Bu Lina, memecah keheningan."Delapan bulan, Bu," jawab Livia pelan.Bu Lina mengangguk. "Dan bagaimana dengan kesehatanmu? Apa kau rutin memeriksakan kandungan?"Livia mengangguk. "Gavin memastikan saya mendapat perawatan yang baik." Belum sempat Bu Lina melanjutkan pertanyaannya, suara presenter berita di televisi yan

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 96

    Gavin menatap wartawan itu dengan tatapan dingin, tapi tetap menjaga nada suaranya tetap terkontrol. "Saya tidak akan membahas detail privasinya, tapi ya, seorang wanita bernama Livia sedang mengandung anak saya." Gavin melihat wajah-wajah wartawan yang terkejut—mereka tidak menyangka akan mendapat pengakuan langsung."Tapi apakah ini terjadi saat Anda masih berstatus suami dari Bella Lysandros?" tanya wartawan lain.Gavin menggeleng tegas. "Tidak. Hubungan saya dengan Bella sebenarnya sudah lama berakhir, sebelum saya mengenal Livia.""Lalu bagaimana dengan pernyataan Bella yang mengatakan bahwa Anda telah berselingkuh selama bertahun-tahun?" Rahang Gavin mengeras, tapi ia tetap menjaga ekspresi wajahnya. "Saya di sini tidak untuk menjelekkan siapapun, termasuk mantan istri saya. Yang perlu diketahui adalah bahwa perceraian kami terjadi karena ketidakcocokan yang sudah berlangsung lama. Bukan karena saya berselingkuh.""Tapi foto-foto yang beredar menunjukkan Anda dan Livia bersama

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 95

    Di apartemen Daniel, Bella masih menikmati kemenangannya. Ia baru saja selesai melakukan wawancara eksklusif dengan salah satu stasiun televisi nasional, di mana ia berperan sebagai korban yang tersakiti. Air mata buaya mengalir sempurna di pipinya yang dipoles makeup natural, menciptakan simpati dari pemirsa yang tidak tahu kebenaran di balik perceraiannya."Bagaimana menurutmu penampilanku tadi?" tanya Bella pada Daniel yang duduk di sofa, wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan."Sempurna," jawab Daniel datar. "Tapi aku masih berpikir kamu sudah sangat keterlaluan."Bella memutar bola matanya. "Oh, ayolah, Daniel. Ini baru permulaan. Tunggu saja sampai Lysandros Group benar-benar jatuh, dan Gavin akan merangkak memohon padaku." Ia tertawa kecil, suara tawanya terdengar dingin dan kejam.Daniel menatap Bella dengan tatapan yang sulit diartikan—campuran antara kasihan dan ngeri. Wanita cantik di hadapannya ini telah berubah menjadi sosok yang tidak ia kenal, dikuasai oleh dendam dan kes

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 94

    Ponsel Gavin di atas meja berdering nyaring, menampilkan nama Livia di layar. Dengan jari sedikit gemetar, ia menggeser layar untuk menjawab."Gavin?" suara Livia terdengar cemas di ujung telepon. "Apa kamu baik-baik saja?"Gavin tersenyum getir. Di tengah badai yang menghantam hidupnya, Livia masih sempat mengkhawatirkan keadaannya. "Tidak perlu mengkhawatirkanku," jawabnya, berusaha terdengar tegar meski suaranya sedikit parau. "Bagaimana keadaanmu dan bayi kita?""Kami baik," jawab Livia dengan nada lembut. "Tapi berita itu ... foto-foto itu ....""Aku akan menyelesaikan ini semua," potong Gavin dengan nada tegas, jarinya menggenggam ponsel dengan erat. "Aku bisa mengatasi semua ini. Yang penting kamu tetap di rumah, jangan pergi ke mana-mana dulu. Wartawan pasti sedang mencarimu.""Baiklah," sahut Livia, suaranya bergetar menahan tangis. "Aku hanya ingin memastikan kamu tidak apa-apa. Aku ... aku takut semua ini karena aku.""Ini bukan salahmu," tegas Gavin. "Ini strategi Bella. M

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 93

    Gavin menghela napas berat, rahangnya mengeras. Tangannya mengepal erat."Jangan menyangkal," perintah Gavin dengan suara tegas namun terdengar lelah. "Tapi juga jangan memberikan detail apapun. Katakan bahwa ini adalah masalah pribadi yang tidak akan mempengaruhi kinerja perusahaan.""Tapi, Tuan, mereka menuntut penjelasan lebih. Beberapa investor sudah mengisyaratkan akan menarik investasi mereka jika tidak ada klarifikasi resmi," jelas Kevin, suaranya terdengar frustrasi."Katakan pada mereka untuk tetap tenang," tegas Gavin. "Aku akan terbang ke Singapura besok pagi untuk berbicara langsung dengan mereka. Sekarang, pastikan semua staf kita menyiapkan strategi untuk menghadapi media."Gavin menutup telepon dan menatap langit-langit kantornya, pikirannya berkecamuk. Bagaimana mungkin rumor ini bisa menyebar begitu cepat dan luas? Ia yakin bahwa Bella adalah dalang di balik semua ini. Gavin menatap layar komputer dengan rahang mengeras. Grafik merah yang terus menukik tajam seakan m

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 92

    Jemari Livia gemetar saat ia menggeser layarnya, membaca artikel yang memuat namanya dengan jelas—Livia, seorang cleaning service yang bekerja di Lysandros Group, disebutkan sebagai penyebab perceraian Gavin Lysandros dengan Bella setelah mengandung anak sang CEO.Yang lebih mengejutkan lagi, beberapa foto dirinya tersebar—termasuk foto saat ia dan Gavin di rumah sakit dulu, ketika Gavin mengantarnya untuk check-up kehamilan. Foto yang sangat pribadi itu kini menjadi konsumsi publik.Air mata Livia mengalir tanpa bisa ditahan. Ia mematikan ponselnya, namun berita itu terus bermunculan di televisi yang kebetulan sedang dinyalakan di ruang tengah."Berita ini menjadi viral tidak hanya di Indonesia, tetapi juga mencapai negara-negara Asia lainnya," ucap presenter berita itu dengan nada sensasional. "Saham Lysandros Group dikabarkan langsung anjlok setelah berita ini tersebar."Livia terduduk lemas di sofa, tidak percaya dengan apa yang terjadi. Bagaimana mungkin berita pribadi mereka bi

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 91

    Gavin tidak langsung menjawab pertanyaan Livia. Matanya menatap lembut wanita yang tengah mengandung anaknya itu, sebelum akhirnya ia melepaskan pelukannya perlahan. Ketimbang melanjutkan pembicaraan serius itu, Gavin memilih mengalihkan topik."Aku ingin melihat kamar anak kita," ujarnya sambil beranjak dari sofa, mengulurkan tangannya pada Livia.Livia, masih dengan jantung berdebar, menerima uluran tangan Gavin dan bangkit dari sofa dengan sedikit susah payah. Saat Gavin dengan natural meletakkan tangannya di pinggang Livia untuk membantunya berdiri, wanita itu bisa merasakan kehangatan menjalar dari titik kontak mereka."Aku sudah memilih kamar yang paling dekat dengan kamarku."Mereka melangkah bersama, dengan langkah Gavin yang menyesuaikan kecepatan Livia. Setibanya di depan pintu kamar yang di tuju, Livia menghentikan langkahnya. "Ini kamarnya," ucapnya, lalu membuka pintu perlahan.Begitu pintu terbuka, Gavin disambut pemandangan yang membuat hatinya terenyuh. Kamar berukura

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 90

    Gavin menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis—bukan senyum ejekan, melainkan senyum seseorang yang akhirnya merasa bebas."Terserah," jawabnya tenang. "Yang jelas sekarang kamu sudah tidak punya hak dan kamu sudah bukan istriku lagi."Jawaban singkat itu membuat Bella semakin emosi. "Aku tidak rela, Gavin! Kamu pikir kamu bisa begitu saja meninggalkanku dan hidup bahagia dengan wanita murahan itu? Aku akan—"Gavin tidak menunggu Bella menyelesaikan kalimatnya. Ia langsung masuk ke dalam mobil dan memberi isyarat pada sopirnya untuk segera meninggalkan tempat itu. Mobil melaju perlahan, meninggalkan Bella yang masih berdiri dengan wajah penuh amarah.Di dalam mobil, Gavin menghembuskan napas panjang. Sebuah beban berat seolah terangkat dari pundaknya. Ia mengecek ponselnya, lalu meminta sopir untuk langsung menuju rumah Livia.©©©Setibanya di depan rumah Livia, sekuriti yang berjaga langsung membuka pintu gerbang dan memberi salam hormat pada Gavin. Mobil melaju pelan memasuki halama

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status