Vivi menatap tidak mengerti Reza. "Tentu saja, itu momen spesial.""Momen spesial seorang perempuan menjadi wanita dan menyerahkan dirinya ke pria, bukankah itu sangat kuno dan trik murahan?""Apa?!" Vivi tidak tahu harus menangis atau malu dengan perkataan Reza. Bayangkan, posisi mereka yang ambigu diiringi pembicaraan yang serius."Momen spesial perempuan hanyalah menyerahkan diri seutuhnya kepada pria? Apakah pria yang mengatakan itu?""Sayangnya, para wanita yang berpikiran seperti itu.""Menurut kamu, itu sangat spesial?""Aku-""Faktanya di berbagai belahan bumi lain, keperawanan wanita tidak dihargai sama sekali. Kamu menganggap ini spesial?"Orang ini benar-benar mencari ribut!"Kamu mengajakku berdebat hanya untuk bisa meniduriku?" tanya Vivi sambil menyangga tubuh dengan kedua siku.Reza tertawa geli dan menjawab jujur. "Benar."Vivi memutar bola matanya lalu berteriak. "Ah!"Di luar kamar, orang-orang yang masih berkumpul mendengar suara teriakan seorang wanita.Dengan pera
"Split bill? Itu sudah biasa.""Memang itu biasa tapi yang tidak biasa, ada orang bodoh yang mencoba mengakali bagian keuangan.""Teruskan.""Choky menemukan beberapa nota yang hidangannya sama dengan split bill, jamnya sudah diakali dengan waktu yang berbeda.""Choky?""Dia membantu nona Vivi belajar."Reza mengangguk puas dengan inisiatif Putra."Ada tiga nota dengan menu sama, dua nota di split dan satu nota biasa. Ketiganya dilaporkan ke bagian keuangan hotel.""Bukan kesalahan laporan kasir?""Nona Vivi sempat berpikir seperti itu, tapi kesalahan tidak hanya di bagian restoran, di spa juga ada dan itu bukan satu atau dua nota. Jadi, nona Vivi memutuskan lapor kepada saya."Putra teringat dengan ucapan nona Vivi di telepon dan meneruskannya ke Reza.'Tadinya aku ingin memakai ini sebagai bukti kejahatan dan kebodohan Krisna, setelah diingat kembali sebaiknya aku laporkan ke kalian. Laporannya benar-benar kacau, aku jadi pusing.'Reza mengangguk puas. Langkah yang bagus, jika Vivi d
"Seandainya ibu tidak setuju dengan ide kalian, ibu pasti bisa datang ke pesta amal tanpa malu!" Keluh ibu Krisna. "Bu, hanya satu kali ini saja. Bersabar aja ya, toh juga ayah sekarang lebih memikirkan anak-anaknya." Krisna merayu ibunya. Ibu Krisna menghela napas berat. "Pasankan makanan di restoran biasanya, ibu mau ke tempat ayahmu." Kedua mata Krisna berbinar. "Ibu, ke tempat ayah? Apa bisa? Bukankah ayah mengeluarkan larangan ibu kesana?" "Kami sudah menikah, tentu saja harus bisa. Dia bisa mencabut larangan ke kalian, masa istrinya sendiri tidak," tukas ibu Krisna. Almira mengajukan diri. "Aku ikut nemenin, ya?" Kening Krisna berkerut. "Kamu mau ganggu kencan orang tuaku?" Almira menggeleng panik. "Tidak, aku hanya penasaran tempat kerja ayah kamu." "Tidak perlu, nanti kamu temani Cynthia saja. Krisna, jangan lupa pesankan menu favorit ayah kamu." Ibu Krisna bangkit dari kursi. "Tapi, aku gak tahu menu favorit ayah." Ibu Krisna mendecak tidak sabar. "Tinggal tanya kepa
Ibu Krisna melihat rantang betebaran di meja Reza, tidak sesuai dengan citra salah satu pengusaha terkaya di Indonesia. "Suamiku, kamu pesan makan dimana? Kenapa malah pakai rantang begini?"Reza yang sedang makan tenang, bertanya tanpa mengangkat kepalanya. "Ada apa?"Ibu Krisna mengangkat tas karton di tangannya. "Aku bawakan kamu makanan, kita bisa makan siang bersama.""Seingat saya, kamu tidak boleh menginjak kaki disini?"Ibu Krisna duduk di kursi yang tadinya ditempati Vivi dan meletakan tas bekal di kursi sampingnya. "Anak-anak boleh, kenapa aku tidak?""Mereka darah daging saya, berbeda denganmu."Ibu Krisna cemberut.Vivi yang sembunyi di bawah meja mendengar dengan hati sedih.Choky dan Putra celingukan mencari sosok Vivi. Kemana nona?"Tapi kita sudah punya dua anak, tidak seharusnya kita bertengkar seperti ini.""Saya hanya ingat di atas tempat tidur, kamu sangat ganas. Sayang sekali saya tidak merasakannya untuk Krisna." Reza sengaja mengusik telinga Vivi dan istri sirin
Vivi tidak ingin mendengar pernyataan cinta dari istri tua Reza. Dia memasukan tangannya ke dalam celana dan mulai bergerak di dalam.Reza yang tidak siap karena marah, terkejut.Setelah mendapat posisi nyaman, Vivi mencium dan menghisap di luar celana. Ia tidak ingin mendengar apapun.Rosaline menatap cemburu Reza. "Aku bisa melakukan apapun kepadamu, aku juga bisa memuaskanmu. Bisakah kita berdamai di masa lalu?""Lalu, bagaimana dengan perasaanmu sekarang setelah tahu ada seseorang di bawah mejaku?"Rosaline berusaha menelan kesedihan dan air matanya, ia harus bertahan demi masa depan dan anak-anaknya. Vivi sudah disingkirkan, jadi Krisna bisa hidup bahagia bersama wanita yang dicintainya."Aku mencintaimu." Rosaline memejamkan mata dengan sedih, hanya ini yang bisa dikatakannya.Reza berusaha menelan erangannya. Ia tidak mendengar pernyataan cinta istri sirinya."Suamiku." Vivi menatap puas celana Reza yang basah dan terengah-engah. Reza yang masih berusaha mengatur napasnya, me
Darren, ayah Reza. Memutar kepalanya begitu mendengar pintu dibuka, ia tersenyum melihat siapa yang datang."Erika.""Kakek." Erika mengangguk lalu meletakan buah di atas meja."Mana ibumu?""Ibu masih di parkiran tadi, ada yang ketinggalan di mobil," jawab Erika lalu melihat seorang pria duduk di sudut ruang. "Ini-""Perawat kakek, menggantikan anak tidak becus itu."Erika puas dengan reaksi kakek. Tidak pernah ada tempat untuk anak kampung di keluarga Aditama. "Kakek, Erika sebentar lagi ulang tahun. Kakek datangkan?""Ya, tentu saja."Erika bersorak kegirangan. Kalau dua orang tetua keluarga Aditama berkumpul, gengsi di kalangan sosialita akan naik. Rosaline masuk ke dalam kamar Mateo. "Hallo, ayah.""Melihatmu bahagia, aku jadi bertanya-tanya. Apakah putramu akhirnya berkumpul denganmu?"Senyum Rosaline menghilang. "Berhenti mengejekku, ayah."Darren mengangkat salah satu alis. "Dia masih belum pulang meskipun anak yatim itu sudah pergi?""Belum, tapi dia mengizinkan anak-anak ma
Begitu melihat pemandangan seperti itu, Nina berusaha menahan mual tapi matanya masih penasaran, Vivi terlalu shock, mulut Jo menganga lebar dengan raut wajah jijik. Di dalam kamar, mereka bertiga melihat Rosaline berdiri di samping tempat tidur Darren dengan kemeja terbuka dan dada kanannya di keluarkan dari bra lalu dihisap Darren sementara perawat pribadi menghisap bagian pribadi Darren. "Itu istri siri tuan Reza, kan?" tanya Jo yang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Astaga." "Inikan perilaku orang kaya, jadi gak aneh," sahut Nina lalu mendadak diam. Ia ingat, dirinya dulu orang kaya tapi dibuang ayah kandung, Vivi juga dulunya orang kaya tapi orang tuanya meninggal dan Jo, ibunya hanya dokter dari kalangan biasa, mereka berdua dibuang oleh ayah kandung Jo dengan alasan yang tidak masuk akal. "Apakah ayah tuan biskesual?" tanya Jo ke Vivi. Vivi menggeleng. "Aku tidak tahu." "Wuah, kita menonton film porno gratis." Nina cepat-cepat merekam kegiatan mereka. "Kamu ngapa
Reza menatap curiga Vivi. "Apa yang membuatmu berubah pikiran? Sebelumnya aku pernah cerita mengenai Rosaline dan kamu tetap ingin memikirkannya."Dahi Vivi bersandar di bahu kanan Reza. "Karena aku melihat sendiri, makanya aku setuju.""Kamu tidak percaya padaku?""Aku percaya." Tangan Vivi mulai aktif bergerak menurunkan resleting celana Reza.Kedua tangan Reza memeluk dan bertanya dengan nada rendah di telinga Vivi. "Sudah mulai nakal ya, mau dihukum lagi?"Vivi mencium bibir Reza. "Aku belajar darimu."Reza tersenyum dan melumat bibir Vivi.Tiba-tiba Reza merasakan sesuatu, ia menangkap tangan Vivi. "Vi?""Hm?" Vivi menatap dalam Reza sambil memasukan milik Reza ke dalam tubuhnya."Vivi." Reza memberikan peringatan tapi sudah terlambat.Setelah mereka bersatu, Vivi merasakan sakit sekaligus nyeri tapi jika dibandingkan dengan perbuatan oran-orang itu, hal ini tidak seberapa.Reza memeluk Vivi dengan erat dan membenamkan wajahnya di leher Vivi. "Sakit?" tanyanya."Tidak," bohong Vi