Cefrilizia memberontak ketika akan dimasukan ke dalam sel oleh para polisi. "AKU TIDAK MELAKUKAN APAPUN! LEPASKAN AKU! INI PASTI ULAH VIVI!"Para polisi berhasil melempar Cefrilizia masuk ke dalam sel dan cepat-cepat menutupnya. Cefrilizia yang marah, berlari dan memegang erat pagar besi tahanan. "Panggilkan pengacara! Aku belum resmi menjadi tersangka, tapi sudah dimasukkan ke dalam sel?"Para polisi bergegas pergi meninggalkan Cefrilizia yang marah."AKU BELUM MENJALANI SIDANG DAN AKU TIDAK MEMBUNUH SIAPA PUN! KELUARKAN AKU DARI SINI! PAPA! PANGGIL PENGACARAKU!" teriak Cefrilizia sambil mengguncang pagar besi."Hei, jangan bersikap kesetanan begitu. Kami jadi takut."Cefrilizia menoleh dan melihat seorang wanita duduk di sudut tembok sambil dipijat kroninya. "Kalian-""Kami masuk penjara baru hari ini karena pengeroyokan, kamu sendiri karena apa?"Cefrilizia mendengus keras dan tidak menjawab."Ah, orang kaya," kata wanita itu sambil menikmati pijatan temannya dengan santai. "Kekuat
Sayangnya rencana Tommy hanya tinggal rencana. Kedua tangannya gemetar marah ketika mendapat surat dari bank Fumoshi beberapa hari kemudian.Penolakan!Bank Fumoshi menolak pengajuan pinjaman untuk calon klien. "Bisnisnya sangat potensial dan bagus, bagaimana bisa kalian menolak pinjaman untuk orang ini?!" teriak Tommy sambil menggebrak meja. "Kalian sadar tidak sih, kerugian apa yang akan kita dapatkan setelah melihat pengusaha potensial ini?"Reiko duduk berhadapan dengan Tommy. Kali ini dirinyalah yang turun tangan menghadapi pria tua gila dan mata keranjang ini. "Apakah anda sadar bisnis apa yang anda sodorkan ke kami?""Apa? Apakah kalian semua mempertanyakan kredibilitas dan pengalamanku selama ini?!" Tommy berdiri sambil menunjuk Reiko dengan marah.Reiko menghela napas panjang, mencoba untuk bersabar tidak melempar barang ke kepala lawan bicaranya. "Apakah anda tahu bahwa bisnis yang disodorkan itu ilegal?"Tommy kembali duduk dan menatap tidak percaya Reiko. "Saya sudah memil
Satu minggu kemudian Cefrilizia terkejut melihat kondisi papanya yang kurus dan tidak terawat. "Papa?"Tommy tersenyum sedih, dengan nada getir mulai menjelaskan semua permasalahannya.Cefrilizia berteriak marah. "BAGAIMANA BISA AYAH MELAKUKAN PELANGGARAN SEPERTI ITU?!""Papa hanya ingin sedikit mengambil keuntungan, tidak papa sangka pria itu malah dipenjara.""Uang kita- sita saja semua aset miliknya, ambil yang mereka punya. Papa!"Tommy menggeleng sedih. "Terlambat, semua asetnya sudah masuk ke dalam penyelidikan. Rumah dan mobil kita sudah disegel bank lebih awal, takut kita tidak bisa membayar semuanya."Tubuh Cefrilizia gemetar ketakutan, tidak ingin hidup di penjara lebih lama. "Apa yang harus aku lakukan papa?""Bertahanlah, saat ini papa tidak mampu menyewa pengacara. Tolong jangan melakukan hal-hal aneh, kita juga sudah tidak bisa membayar bodyguard."Tiba-tiba Cefrilizia teringat dengan ancaman bodyguard yang datang menghalangi dirinya dan Erika."Papa, ini pasti ulah Vivi
Video Cefrilizia yang selingkuh dengan beberapa pengusaha, menyebar luas. Para istri kaya mengutuk perbuatan wanita yang sempat mereka bela dan kagumi, sementara para suami hanya diam tidak menanggapi. Beberapa bahkan berdoa supaya tidak muncul wajah lawan main wanita liar itu. Cefrilizia menjerit sedih dan memohon di kaki ayahnya yang menangis. "Aku tidak melakukan perbuatan kotor, papa. Kami melakukannya berdasarkan kebutuhan seperti yang papa lakukan. Jangan benci aku, papa. Aku minta maaf." Tommy memejamkan mata dengan sedih saat melihat putri kesayangan yang memiliki harga diri tinggi harus meminta maaf dengan cara seperti ini. "Mereka juga bilang akan membantu semua urusan papa, aku juga ingin melihat papa bahagia tanpa mengkhawatirkan uang seperti dulu lagi." Dua sipir penjara yang menjaga pintu, menggeleng miris. Dengan nada gemetar, Tommy bertanya kepada putrinya. "Apakah kamu tidak tahu bahwa itu semua perbuatan salah? Mereka memiliki keluarga, harga diri kamu sangat t
Vivi membuka kedua mata perlahan, kepalanya pusing dan berusaha bangun dari tempat tidur dengan susah payah. "Ini dimana?" Vivi berusaha mengingat kejadian semalam dengan kepala sakit. Semalam dia mengunjungi kakek tunangan di rumah sakit setelah menghadiri meeting manajemen di hotel. Saat itu ia bertemu dengan Krisna, tunangannya bersama seorang wanita dewasa yang cantik seperti model di luar ruangan. Vivi menghela napas melihat tangan tunangan memegang tangan wanita itu, sudah bisa menebak kalau wanita itu merupakan salah satu kekasih tunangannya. Selama masih bertunangan, Vivi tidak akan keberatan. Itulah yang diajarkan keluarga tunangan.Semua orang di dalam ruangan terdiam begitu Vivi, Krisna dan wanita itu masuk ke dalam ruangan bersamaan. "Kakek, Vivi sudah membuatkan sup kesukaan Kakek." Senyum Vivi sambil meletakan isi tas yang dibawanya ke atas nakas tempat tidur rumah sakit. "Hari ini kamu sudah kerja keras, para manajer tadi memuji hasil kerjamu," puji ibu Krisna. Vi
Vivi dilempar secara kasar oleh dua pelayan ke dalam kamar lalu dikunci dari luar. Dia menangis karena terlalu shock.Saat pertama masuk ke dalam keluarga ini, semua menyambutnya dengan hangat tapi sekarang malah hinaan yang dilontarkan bahkan jika mereka tidak puas, menyiksanya secara fisik dan menyebutnya sebagai hukuman.Vivi menyeret badan ke dalam kamar mandi. Dia bisa mencium bau bekas muntah dicampur dengan darah dan keringat lalu menyalakan air di bathtub dan duduk di samping sambil menangis. kedua tangan bertumpu di atas bathtub."Vivi kangen..." isak ViviDia merindukan saat kedua orang tua mencintai, memeluk bahkan memarahi dengan lembut. Tidak ada hinaan maupun cacian."Vivi gak sanggup, Vivi ingin bersama kalian-" isaknya.Sementara suasana pesta di bawah berlangsung dengan sukses meskipun sempat ada kekacauan yang dibuat Vivi."Sayang, terima kasih sudah melamarku." Almira mencium pipi kanan Krisna.Krisna tersenyum manis, calon istri cantik dan memiliki latar belakang he
Vivi yang sudah selesai masak, bergegas naik ke kamar di lantai dua. Sebentar lagi dia harus menemui nenek, tapi sebelumnya dia harus ke rumah sakit untuk mengobati punggung. "Kamu belum keluar dari rumah ini?" Vivi balik badan sesampainya di atas tangga. Almira. Almira tersenyum. "Apa kamu masih punya hak berada disini?" Vivi tersenyum, berusaha tidak gentar dengan serangan Almira. "Kenapa aku tidak memiliki hak? meskipun aku menyerahkan posisi istri pertama, tetap saja aku masih tunangannya." Almira menyentuh anting berliannya untuk menunjukan cincin lamaran Krisna. "Tunangan tidak bisa dibandingkan dengan istri sah, dan kamu seharusnya tahu itu." Vivi tidak mengubah senyumnya, meski hati dongkol dan sedih. Dia sudah belajar menahan emosi sejak kecil, dalam kondisi apapun harus tersenyum. "Terima kasih sudah mengingatkan dan selamat." "Krisna memohon padaku untuk menjadikanmu sebagai istri kedua," kata Almira. Vivi mengangguk. "Dia sudah menceritakannya padaku, kalian
Sesampainya di hotel, Vivi disambut hangat front office, bellboy. Vivi menyapa mereka lalu mendengarkan curhatan sekilas mengenai tamu, Vivi merasa bisa tertawa lepas jika bersama mereka."Anda tahu, saya bertemu tamu dari ibu kota. Beuh, sombongnya minta ampun. Saya kasih senyuman malah dikasih cemberutan terus komplain kalau botol airnya kurang tapi merasa bayar mahal kamar."Vivi pernah mendengar ini dari supervisor house keeping. Rata-rata hotel hanya menyediakan satu atau dua botol minum gratis, mengenai ukuran atau jumlah tergantung kebijakan hotel sementara jika tamu mengambil lebih dari batas ketentuan maka harus dibayar. Kadangkala ada tamu yang komplain mengenai jumlah botol gratis."Mereka kan memang bayar kamar paling mahal.""Iya, tapi gak mau rugi.""Ah, aku ingat! mereka suruh-suruh kita tapi tidak memberikan tip. Yah, kalau gak bisa kasih tip setidaknya ramah kek, murah senyum kek."Vivi tersenyum saat mendengarkan sambil geleng-geleng kepala.Evi yang keluar dari rua