Reza menatap curiga Vivi. "Apa yang membuatmu berubah pikiran? Sebelumnya aku pernah cerita mengenai Rosaline dan kamu tetap ingin memikirkannya."Dahi Vivi bersandar di bahu kanan Reza. "Karena aku melihat sendiri, makanya aku setuju.""Kamu tidak percaya padaku?""Aku percaya." Tangan Vivi mulai aktif bergerak menurunkan resleting celana Reza.Kedua tangan Reza memeluk dan bertanya dengan nada rendah di telinga Vivi. "Sudah mulai nakal ya, mau dihukum lagi?"Vivi mencium bibir Reza. "Aku belajar darimu."Reza tersenyum dan melumat bibir Vivi.Tiba-tiba Reza merasakan sesuatu, ia menangkap tangan Vivi. "Vi?""Hm?" Vivi menatap dalam Reza sambil memasukan milik Reza ke dalam tubuhnya."Vivi." Reza memberikan peringatan tapi sudah terlambat.Setelah mereka bersatu, Vivi merasakan sakit sekaligus nyeri tapi jika dibandingkan dengan perbuatan oran-orang itu, hal ini tidak seberapa.Reza memeluk Vivi dengan erat dan membenamkan wajahnya di leher Vivi. "Sakit?" tanyanya."Tidak," bohong Vi
"Bangkrut?" tanya Reza. Di pagi hari yang cerah, setelah malam menyesatkan dan kesegaran para pria diiringi wajah kelelahan para wanita, mereka berempat sarapan bersama, duduk berhadapan dengan masing-masing pasangan. Ibu Reza tidak bisa bangun pagi karena terlalu lelah menjalani check up kemarin."Ayahmu ternyata membeli dua SPBU di tempat yang berbeda, dengan jaminan hotel yang ditangani putramu," Arka mengolesi selai stroberi di atas roti lalu memberikannya ke Nina. "Salah satunya dinyatakan bangkrut dan akan dilelang tapi karena hotel itu sebagai jaminan, ikut disita."Nina yang kelelahan semalam karena aksi balas dendam suaminya, hanya bisa cemberut. Untung saja Reza berbaik hati menyediakan kamar untuk mereka, lebih tepatnya disamping kamar Reza. Arka benar-benar tidak tahu malu!"Hotel mana?" tanya Reza."Hotel Jasmine dan Hotel Rose."Vivi berhenti begitu kedua nama itu disebut, ia menatap Reza. "Hotel Jasmine, selama ini aku selalu disana lalu Rose itu hotel milik ayahku kan
"Apa? Menemaniku membeli gaun?""Aku khawatir Nina memilih yang aneh-aneh."Dahi Vivi berkerut tidak senang. "Bukannya aku melarang, tapi kamu harus mementingkan pekerjaan."Reza melirik Arka yang mengejeknya di belakang Vivi. "Aku tidak bisa membiarkan kamu bersama dengan dia."Nina mencemooh. "Oh, astaga. Dia bersamaku, Arka hanya menjadi pengawal.""Kamu dengarkan? Bagaimana bisa suami orang menemani kamu sementara aku tidak?""Bagaimana kalau begini saja, hari ini sekalian kita mengurus pernikahan kalian lalu membeli gaun." Arka mengambil keputusan."Memangnya bisa dilakukan secepat itu?" tanya Vivi."Semua dokumen Vivi ada di aku dan sudah disiapkan, tinggal menunggu Putra tiba disana." Reza melihat jam tangannya.Nina memeluk lengan Vivi. "Suami kita kaya dan punya koneksi, jadi tidak perlu khawatir."Reza merangkul bahu dan mencium bibir Vivi. "Ayo."Vivi bimbang. "Bagaimana pekerjaan, apa tidak masalah kamu tinggal?""Buat apa menggaji karyawan kalau mereka tidak bisa kerja?"
"Ayah?"Vivi berdehem pelan. "Ayah kamu sedang sibuk, ada yang bisa saya bantu?"Untung saja yang menelepon Erika. Ingatan dia hanya sebatas uang, pesta dan barang-barang mewah."Siapa ini?""Saya nyonya Aditama."Nina dan Arka berusaha menahan tawa.Hening."Ayahku belum menikah dengan kamu, jangan mengaku-ngaku! Dengar ya, aku tahu kamu menikah dengan ayahku demi harta, karena itu jangan terlalu banyak berharap. Ayah sudah punya kak Krisna dan aku."Vivi bersandar di depan kursi, tangannya menyelinap ke depan dari samping kursi dan tangan, membelai dada Reza. "Benarkah?"Arka melirik ke Reza, begitu melihat apa yang dilakukan Vivi tanpa malu, ia mengalihkan pandangannya. Suami istri memang gila!Nina terkikik dan bertanya dari belakang. "Mau? Tapi kamu lagi nyetir, gimana dong?"Arka memutar bola matanya. "Nanti malam, lihat saja."Reza melepas jas dan menutup bagian celana.Arka yang mengerti maksud Reza, terbelalak. Ketika berhenti di lampu merah, dia marah tanpa mengeluarkan suar
Malam pesta amal.Erika berdiri di depan cermin dengan wajah masam. "Gaun ini memang cantik."Gaun berwarna biru tua dengan leher tinggi tanpa lengan, roknya melebar hingga di bawah lutut. Di bagian rok ada kristal cantik, sederhana tapi terlihat mewah.Erika melihat Almira datang menggunakan gaun pas di lekuk tubuhnya. "Bukannya itu gaun milik Vivi?"Dahi Almira berkerut tidak suka. "Milik Vivi?"Erika koreksi perkataannya. "Maksudku yang dibeli pakai uang kakak, ini kakak ipar perbaiki sendiri?"Almira memutar tubuhnya dengan anggun. "Bagaimana, baguskan?"Erika mengangguk. "Bagus banget, pas buat kakak ipar tapi kenapa Vivi bisa punya gaun jni ya? Ukurannya lebih pas ke kakak ipar.""Karena dia menginginkan hal yang tidak akan bisa digapai, aku jadi ingin bertemu ayah mertua."Perasaan Erika menjadi tidak enak. "Sebaiknya kita turun ke bawah.""Oke." Almira mengikuti Erika turun ke bawah. Untung saja perut tidak terlalu besar, masih bisa pakai gaun secantik ini.Setelah Almira dan
Awalnya Vivi terkejut kenapa Reza memilih gaun ini, setelah dipakai akhirnya dia mengerti.Tubuhnya masih dalam tahap berkembang, jika dia memakai gaun berwarna polos maka jatuhnya badan menjadi kurus tapi jika ditambahi pola bunga jadi terlihat berisi. Karena di lehernya ada berbagai macam tanda yang diberikan Reza, akhirnya Vivi harus menahan malu proses menutup dengan make up, rok bagian kanan yang terbuka, dijahit untuk menutup paha yang diberi tanda juga. Bahunya ditutup dengan cape berwarna merah muda polos menandakan usianya yang muda.Pilihan Reza memang bagus. Gaunnya seksi tapi sopan.Reza menyipit ketika melihat paha kurus Vivi yang jika diamati ada tanda. "Aku lebih suka pamer."Vivi menolak tegas. "Ini pesta amal, bukan pesta vulgar."Reza setuju meskipun sorot mata kecewa tidak bisa disembunyikan.Rambut Vivi yang selalu dicat hitam supaya tidak mendapat makian ibu Krisna, akhirnya dikembalikan ke warna semula. Pirang kecokelatan.Awalnya Vivi merasa aneh karena tumbu
"Vivi, lama tidak bertemu.""Krisna."Erika mengadu ke kakaknya sambil menunjuk Vivi dan merajuk. "Kakak, tadi dia mengejekku. Padahal aku hanya bertanya darimana dia bisa mendapatkan gaun yang dipakainya."Almira tertawa mengejek setelah mengamati gaun yang dipakai Vivi. "Apakah kamu sudah dapat pengganti Krisna?"Dahi Krisna berkerut tidak senang. "Benarkah?"Vivi melihat gaun yang dipakai Almira. "Hm, entahlah."Almira tertawa keras, sengaja menarik perhatian para tamu di sekitar. "Kamu lihat sayang, tidak salah kamu memilih aku. Sekali terlahir menjadi liar selamanya tetap liar.""Liar yang bagaimana maksud kamu?" tanya Nina."Yah, tidur dengan banyak pria supaya bisa datang ke pesta amal. Ya ampun Vivi, aku kasihan sekali dengan impian kamu."Vivi menghela napas. "Terima kasih.""Jadi benar kamu tidur dengan banyak pria?" tanya Krisna tidak percaya.Vivi tidak menjawab. Dengan ayahmu lebih tepatnya.Krisna menatap marah Vivi. "Aku tidak pernah bilang kita berpisah."Vivi menatap
"Enam ratus juta!" "Enam ratus juta, ada lagi penawaran tertinggi?"Tidak ada yang mengangkat papan."Satu, dua.. oke, selamat! Penawaran tertinggi enam ratus juta!" Pembawa acara mengetuk palu dan mulai mengajukan barang lelang lainnya.Vivi menguap bosan, dia mulai mengantuk.Reza yang melihatnya menjadi tidak tega.Rosalin mengamati pandangan Reza. "Kamu mengkhawatirkan anak itu?""Dia anak sahabat baik saya, tentu harus saya jaga.""Tapi disini ada anak-anak dan istri kamu." Geram Rosalin, tangannya meremas kecil paha Reza."Hm." Angguk Reza sambil membuang isi gelas champagne yang diambilkan Rosalin di lantai tempat antara mereka duduk. "Untungnya, saya tidak pernah mengizinkan kamu menjadi istri sah."Wajah Rosalin memucat dan menarik tangannya."Hal yang sama tidak akan terulang lagi, Rosalin." Seringai Reza. Krisna tidak berani mengganggu interaksi kedua orang tuanya, dia sedikit kecewa dengan kelakuan Rosalin.Almira dan Erika yang duduk berhadapan, sibuk memperhatikan perh
Video Cefrilizia yang selingkuh dengan beberapa pengusaha, menyebar luas. Para istri kaya mengutuk perbuatan wanita yang sempat mereka bela dan kagumi, sementara para suami hanya diam tidak menanggapi. Beberapa bahkan berdoa supaya tidak muncul wajah lawan main wanita liar itu. Cefrilizia menjerit sedih dan memohon di kaki ayahnya yang menangis. "Aku tidak melakukan perbuatan kotor, papa. Kami melakukannya berdasarkan kebutuhan seperti yang papa lakukan. Jangan benci aku, papa. Aku minta maaf." Tommy memejamkan mata dengan sedih saat melihat putri kesayangan yang memiliki harga diri tinggi harus meminta maaf dengan cara seperti ini. "Mereka juga bilang akan membantu semua urusan papa, aku juga ingin melihat papa bahagia tanpa mengkhawatirkan uang seperti dulu lagi." Dua sipir penjara yang menjaga pintu, menggeleng miris. Dengan nada gemetar, Tommy bertanya kepada putrinya. "Apakah kamu tidak tahu bahwa itu semua perbuatan salah? Mereka memiliki keluarga, harga diri kamu sangat t
Satu minggu kemudian Cefrilizia terkejut melihat kondisi papanya yang kurus dan tidak terawat. "Papa?"Tommy tersenyum sedih, dengan nada getir mulai menjelaskan semua permasalahannya.Cefrilizia berteriak marah. "BAGAIMANA BISA AYAH MELAKUKAN PELANGGARAN SEPERTI ITU?!""Papa hanya ingin sedikit mengambil keuntungan, tidak papa sangka pria itu malah dipenjara.""Uang kita- sita saja semua aset miliknya, ambil yang mereka punya. Papa!"Tommy menggeleng sedih. "Terlambat, semua asetnya sudah masuk ke dalam penyelidikan. Rumah dan mobil kita sudah disegel bank lebih awal, takut kita tidak bisa membayar semuanya."Tubuh Cefrilizia gemetar ketakutan, tidak ingin hidup di penjara lebih lama. "Apa yang harus aku lakukan papa?""Bertahanlah, saat ini papa tidak mampu menyewa pengacara. Tolong jangan melakukan hal-hal aneh, kita juga sudah tidak bisa membayar bodyguard."Tiba-tiba Cefrilizia teringat dengan ancaman bodyguard yang datang menghalangi dirinya dan Erika."Papa, ini pasti ulah Vivi
Sayangnya rencana Tommy hanya tinggal rencana. Kedua tangannya gemetar marah ketika mendapat surat dari bank Fumoshi beberapa hari kemudian.Penolakan!Bank Fumoshi menolak pengajuan pinjaman untuk calon klien. "Bisnisnya sangat potensial dan bagus, bagaimana bisa kalian menolak pinjaman untuk orang ini?!" teriak Tommy sambil menggebrak meja. "Kalian sadar tidak sih, kerugian apa yang akan kita dapatkan setelah melihat pengusaha potensial ini?"Reiko duduk berhadapan dengan Tommy. Kali ini dirinyalah yang turun tangan menghadapi pria tua gila dan mata keranjang ini. "Apakah anda sadar bisnis apa yang anda sodorkan ke kami?""Apa? Apakah kalian semua mempertanyakan kredibilitas dan pengalamanku selama ini?!" Tommy berdiri sambil menunjuk Reiko dengan marah.Reiko menghela napas panjang, mencoba untuk bersabar tidak melempar barang ke kepala lawan bicaranya. "Apakah anda tahu bahwa bisnis yang disodorkan itu ilegal?"Tommy kembali duduk dan menatap tidak percaya Reiko. "Saya sudah memil
Cefrilizia memberontak ketika akan dimasukan ke dalam sel oleh para polisi. "AKU TIDAK MELAKUKAN APAPUN! LEPASKAN AKU! INI PASTI ULAH VIVI!"Para polisi berhasil melempar Cefrilizia masuk ke dalam sel dan cepat-cepat menutupnya. Cefrilizia yang marah, berlari dan memegang erat pagar besi tahanan. "Panggilkan pengacara! Aku belum resmi menjadi tersangka, tapi sudah dimasukkan ke dalam sel?"Para polisi bergegas pergi meninggalkan Cefrilizia yang marah."AKU BELUM MENJALANI SIDANG DAN AKU TIDAK MEMBUNUH SIAPA PUN! KELUARKAN AKU DARI SINI! PAPA! PANGGIL PENGACARAKU!" teriak Cefrilizia sambil mengguncang pagar besi."Hei, jangan bersikap kesetanan begitu. Kami jadi takut."Cefrilizia menoleh dan melihat seorang wanita duduk di sudut tembok sambil dipijat kroninya. "Kalian-""Kami masuk penjara baru hari ini karena pengeroyokan, kamu sendiri karena apa?"Cefrilizia mendengus keras dan tidak menjawab."Ah, orang kaya," kata wanita itu sambil menikmati pijatan temannya dengan santai. "Kekuat
Keesokan harinya, Vivi berkunjung ke rumah Kinan sambil membawa kedua bayinya, sementara Reza diskusi masalah bisnis di ruang kerja suami Kinan.Kinan menyesap teh dengan anggun sambil mengamati perilaku lembut Vivi pada anak-anaknya. "Kamu terlihat sabar menghadapi mereka, biasanya anak-anak muda sedikit tidak sabar menghadapi bayi."Vivi tersenyum lembut. "Mungkin karena saya menikah dengan pria dewasa, jadi saya ikut tenang."Kinan tertarik dengan jawaban Vivi. "Oh."Vivi tersenyum gugup. "Saya sudah mendengar gosip di luar mengenai pernikahan saya dengan suami, sebenarnya saya merasa tidak adil, tapi begitu suami mengajarkan saya kesabaran, saya kembali tenang.""Bukankah kamu juga menjalankan perusahaan suami?""Anda tahu itu?""Tidak mungkin saya tidak tahu.""Sebenarnya itu ide suami saya, karena tahu saya bosan di rumah.""Bosan? Bosan mengurus anak?""Ah, tidak. Bukan begitu, saya tidak bosan mengurus anak, saya selalu dibantu para pelayan di rumah. Tapi saya bosan tidak mela
Di saat para dewan direksi panik karena Vivi, Tommy bertemu dengan dengan salah satu pengusaha muda yang mencari investor dan menjelaskan semua rencananya."Saya yakin, anda juga akan mendapatkan keuntungan banyak setelah berhasil mendapatkan kontrak dengan bank Fumoshi."Tommy mengerutkan kening tidak suka. Memang dirinya mengajukan kerja sama dengan bank tersebut untuk menaikkan nilai dirinya tapi bukan berarti dia mau menyerahkan potensial uang ke pihak bank, meskipun memang ada perjanjian tertulis.Tommy berdehem. "Berapa dana yang ingin kamu ajukan?"Pria itu menyerahkan tulisan ke tommy.Tommy tersenyum lebar ketika melihat angka itu. "Kamu yakin dengan uang segitu, bisa mendapatkan banyak penghasilan?""Oh, ayolah pak. Jangan terlalu gaptek. Sekarang zamannya dunia teknologi, kita harus bisa maju seberapapun usia kita."Tommy menaikkan salah satu alisnya. "Bisa dijelaskan dulu perlahan? Saya masih bingung.""Di dunia serba teknologi ini, masyarakat yang sudah terlanjur nyaman d
Erika menatap nanar Cefrilizia, sorot mata dan ambisi yang sama seperti ibunya. "Tidak bisakah anda tidak menyentuh kami? Sekarang kami sudah hidup tenang meskipun tidak semewah anda."Krisna memeluk bahu Erika. Seandainya mereka berdua tidak melakukan hal buruk di masa lalu, mungkin semuanya tidak akan seperti ini.Cefrilizia semakin salah paham. "Aku tahu masa lalu kalian sangat mengerikan, jadi jika kalian bekerja sama padaku untuk menghancurkan Vivi. Aku berjanji akan membawa pulang kalian ke rumah itu lagi.""Aku tidak mau kembali ke tempat itu, tolong pergilah." Mohon Erika. "Jangan memaksa kami.""Aku tidak memaksa kalian, aku-"Tiba-tiba seorang pria bertubuh tinggi dan kekar menghalangi pandangan Cefrilizia sampai membuatnya terpaksa mendongak.Choky menunduk dan menatap dingin wanita tidak tahu malu itu. "Nona Heard, tolong pergi dari sini. Anda sudah mengganggu."Cefrilizia tertawa sinis. "Bagaimana bisa aku mengganggu? Aku hanya ingin menyelamatkan anak-anak tidak bersalah
Dua hari kemudian.Cefrilizia terkejut mendengar Ken dan istrinya pindah ke Australia tanpa memberikan kabar, bahkan Hannah juga mendadak keluar dari grup tanpa mengatakan apapun.Cefrilizia mondar mandir di ruang tamu dengan cemas, apakah mereka akan berkhianat?Tommy pulang ke rumah dengan bahagia lalu memeluk putrinya yang cemas. "Hahahaha-"Cefrilizia terkejut. "Papa, ada apa?""Ini berita menyenangkan untuk kita.""Berita apa? Apakah ada yang memberikan uang banyak untuk papa?""Tidak, tapi bank Fumoshi akhirnya setuju kerja sama dengan kita."Kedua mata Cefrilizia berbinar dan melompat bahagia. "Oh, astaga. Selamat papa.""Kita pasti akan kaya raya dan semua akan menghormati kita berdua, kamu juga harus membantu papa menangani klien.""Tentu saja, putri papa yang cantik ini siap membantu."Tommy melihat wajah putri kesayangannya yang mendadak murung. "Ada apa? Kenapa kamu seperti itu?""Papa tidak dihubungi teman golf papa? Si Ken?""Ah, papa sudah mendengar kabarnya. Mendadak d
Hannah berteriak marah sekaligus memukul suaminya. "Kamu berani selingkuh di belakangku? Kita sudah menikah lama dan ternyata kamu main di belakangku?"Ken berusaha melindungi diri sendiri. "Tidak, aku tidak melakukan apapun. Itu hanya iseng bersama dia, aku hanya sering main golf bersama ayahnya.""Lalu suara itu? Apa kamu pikir aku tuli?!""Aduh!"Choky dan bodyguard lain berdiri menjauh dari sofa."Pak Ken, anda bisa menandatangani jual beli saham. Nyonya tertarik untuk membeli saham dari anda," kata Putra. "Kami akui telah melakukan kesalahan selama ini."Tangan Hannah berhenti lalu menoleh ke Putra, begitu juga dengan Ken yang sudah memegang bantal sofa dan di posisi terlentang.Putra tersenyum dingin sambil memperbaiki letak kaca matanya. "Nona Vivi selama ini hanya mengandalkan kekuatan suaminya dan tidak memiliki saham apapun, meskipun tertulis secara hukum, harta tuan besar sudah menjadi milik nyonya."Sudut bibir Choky terangkat."Karena itu nyonya, tertarik membeli saham mi