"Apa? Menemaniku membeli gaun?""Aku khawatir Nina memilih yang aneh-aneh."Dahi Vivi berkerut tidak senang. "Bukannya aku melarang, tapi kamu harus mementingkan pekerjaan."Reza melirik Arka yang mengejeknya di belakang Vivi. "Aku tidak bisa membiarkan kamu bersama dengan dia."Nina mencemooh. "Oh, astaga. Dia bersamaku, Arka hanya menjadi pengawal.""Kamu dengarkan? Bagaimana bisa suami orang menemani kamu sementara aku tidak?""Bagaimana kalau begini saja, hari ini sekalian kita mengurus pernikahan kalian lalu membeli gaun." Arka mengambil keputusan."Memangnya bisa dilakukan secepat itu?" tanya Vivi."Semua dokumen Vivi ada di aku dan sudah disiapkan, tinggal menunggu Putra tiba disana." Reza melihat jam tangannya.Nina memeluk lengan Vivi. "Suami kita kaya dan punya koneksi, jadi tidak perlu khawatir."Reza merangkul bahu dan mencium bibir Vivi. "Ayo."Vivi bimbang. "Bagaimana pekerjaan, apa tidak masalah kamu tinggal?""Buat apa menggaji karyawan kalau mereka tidak bisa kerja?"
"Ayah?"Vivi berdehem pelan. "Ayah kamu sedang sibuk, ada yang bisa saya bantu?"Untung saja yang menelepon Erika. Ingatan dia hanya sebatas uang, pesta dan barang-barang mewah."Siapa ini?""Saya nyonya Aditama."Nina dan Arka berusaha menahan tawa.Hening."Ayahku belum menikah dengan kamu, jangan mengaku-ngaku! Dengar ya, aku tahu kamu menikah dengan ayahku demi harta, karena itu jangan terlalu banyak berharap. Ayah sudah punya kak Krisna dan aku."Vivi bersandar di depan kursi, tangannya menyelinap ke depan dari samping kursi dan tangan, membelai dada Reza. "Benarkah?"Arka melirik ke Reza, begitu melihat apa yang dilakukan Vivi tanpa malu, ia mengalihkan pandangannya. Suami istri memang gila!Nina terkikik dan bertanya dari belakang. "Mau? Tapi kamu lagi nyetir, gimana dong?"Arka memutar bola matanya. "Nanti malam, lihat saja."Reza melepas jas dan menutup bagian celana.Arka yang mengerti maksud Reza, terbelalak. Ketika berhenti di lampu merah, dia marah tanpa mengeluarkan suar
Malam pesta amal.Erika berdiri di depan cermin dengan wajah masam. "Gaun ini memang cantik."Gaun berwarna biru tua dengan leher tinggi tanpa lengan, roknya melebar hingga di bawah lutut. Di bagian rok ada kristal cantik, sederhana tapi terlihat mewah.Erika melihat Almira datang menggunakan gaun pas di lekuk tubuhnya. "Bukannya itu gaun milik Vivi?"Dahi Almira berkerut tidak suka. "Milik Vivi?"Erika koreksi perkataannya. "Maksudku yang dibeli pakai uang kakak, ini kakak ipar perbaiki sendiri?"Almira memutar tubuhnya dengan anggun. "Bagaimana, baguskan?"Erika mengangguk. "Bagus banget, pas buat kakak ipar tapi kenapa Vivi bisa punya gaun jni ya? Ukurannya lebih pas ke kakak ipar.""Karena dia menginginkan hal yang tidak akan bisa digapai, aku jadi ingin bertemu ayah mertua."Perasaan Erika menjadi tidak enak. "Sebaiknya kita turun ke bawah.""Oke." Almira mengikuti Erika turun ke bawah. Untung saja perut tidak terlalu besar, masih bisa pakai gaun secantik ini.Setelah Almira dan
Awalnya Vivi terkejut kenapa Reza memilih gaun ini, setelah dipakai akhirnya dia mengerti.Tubuhnya masih dalam tahap berkembang, jika dia memakai gaun berwarna polos maka jatuhnya badan menjadi kurus tapi jika ditambahi pola bunga jadi terlihat berisi. Karena di lehernya ada berbagai macam tanda yang diberikan Reza, akhirnya Vivi harus menahan malu proses menutup dengan make up, rok bagian kanan yang terbuka, dijahit untuk menutup paha yang diberi tanda juga. Bahunya ditutup dengan cape berwarna merah muda polos menandakan usianya yang muda.Pilihan Reza memang bagus. Gaunnya seksi tapi sopan.Reza menyipit ketika melihat paha kurus Vivi yang jika diamati ada tanda. "Aku lebih suka pamer."Vivi menolak tegas. "Ini pesta amal, bukan pesta vulgar."Reza setuju meskipun sorot mata kecewa tidak bisa disembunyikan.Rambut Vivi yang selalu dicat hitam supaya tidak mendapat makian ibu Krisna, akhirnya dikembalikan ke warna semula. Pirang kecokelatan.Awalnya Vivi merasa aneh karena tumbu
"Vivi, lama tidak bertemu.""Krisna."Erika mengadu ke kakaknya sambil menunjuk Vivi dan merajuk. "Kakak, tadi dia mengejekku. Padahal aku hanya bertanya darimana dia bisa mendapatkan gaun yang dipakainya."Almira tertawa mengejek setelah mengamati gaun yang dipakai Vivi. "Apakah kamu sudah dapat pengganti Krisna?"Dahi Krisna berkerut tidak senang. "Benarkah?"Vivi melihat gaun yang dipakai Almira. "Hm, entahlah."Almira tertawa keras, sengaja menarik perhatian para tamu di sekitar. "Kamu lihat sayang, tidak salah kamu memilih aku. Sekali terlahir menjadi liar selamanya tetap liar.""Liar yang bagaimana maksud kamu?" tanya Nina."Yah, tidur dengan banyak pria supaya bisa datang ke pesta amal. Ya ampun Vivi, aku kasihan sekali dengan impian kamu."Vivi menghela napas. "Terima kasih.""Jadi benar kamu tidur dengan banyak pria?" tanya Krisna tidak percaya.Vivi tidak menjawab. Dengan ayahmu lebih tepatnya.Krisna menatap marah Vivi. "Aku tidak pernah bilang kita berpisah."Vivi menatap
"Enam ratus juta!" "Enam ratus juta, ada lagi penawaran tertinggi?"Tidak ada yang mengangkat papan."Satu, dua.. oke, selamat! Penawaran tertinggi enam ratus juta!" Pembawa acara mengetuk palu dan mulai mengajukan barang lelang lainnya.Vivi menguap bosan, dia mulai mengantuk.Reza yang melihatnya menjadi tidak tega.Rosalin mengamati pandangan Reza. "Kamu mengkhawatirkan anak itu?""Dia anak sahabat baik saya, tentu harus saya jaga.""Tapi disini ada anak-anak dan istri kamu." Geram Rosalin, tangannya meremas kecil paha Reza."Hm." Angguk Reza sambil membuang isi gelas champagne yang diambilkan Rosalin di lantai tempat antara mereka duduk. "Untungnya, saya tidak pernah mengizinkan kamu menjadi istri sah."Wajah Rosalin memucat dan menarik tangannya."Hal yang sama tidak akan terulang lagi, Rosalin." Seringai Reza. Krisna tidak berani mengganggu interaksi kedua orang tuanya, dia sedikit kecewa dengan kelakuan Rosalin.Almira dan Erika yang duduk berhadapan, sibuk memperhatikan perh
"Selamat malam menjelang pagi, tamu VIP terhormat! terima kasih masih setia bersama acara lelang kami!" sambut pembawa acara yang masih semangat.Vivi menguap.Krisna menawarkan bahunya. "Kamu bisa bersandar padaku, Vi."Vivi menolak, lebih memilih bersandar di kursi dan menatap panggung dengan mata lelah, melayani suami bersamaan dengan menghadiri pesta benar-benar melelahkan. Reza memang pintar membuat dirinya bungkam dan berhenti mengomel.Vivi melirik Reza yang menatap lurus panggung tanpa ekspresi, padahal sedang memanas-manasi Rosalin tentang leher bernoda."Saya memperkenalkan satu set perhiasan model lama tapi memiliki sejarah panjang, pemilik pertama adalah bla bla bla...."Vivi mulai menjadi cemas begitu melihat sikap antusias Almira dan Erika, kaki Krisna kembali bergerilya di bawah meja.Menjengkelkan!Vivi memejamkan mata dan pura-pura tertidur."TIGA MILYAR!"Mata Vivi terjaga begitu mendengar kata 'tiga milyar', kali ini Almira yang mengangkat papan."Kamu yang keluarkan
"Apakah kamu tidak tahu bagaimana menjadi calon nyonya keluarga kaya lama?" desak Kinara.Mata Vivi yang sudah terbiasa dengan cahaya, menurunkan buku katalog. Memangnya apa tugas para nyonya keluarga kaya lama?Rosalin meminta tolong ke Reza. "Suamiku, Krisna adalah putra kandung kamu. Tolong dan lindungi dia.""Dia sudah dewasa, bisa melindungi diri sendiri," geleng Reza.Hati Rosalin sakit mendengar kalimat dingin ayah kandung dari anak-anaknya. Hendra dan istri selaku penyelenggara acara, hanya bisa menonton.Staff acara menyalakan lampu begitu mendapat persetujuan dari penyelenggara acara.Almira menjadi tidak mengerti. "Maaf, saya tidak mengerti apa yang anda katakan. Bukankah ini acara amal?"Kinara menertawakan Almira. "Kamu tahu ini acara amal, kenapa malah menuduh orang sesuka hati?""Menuduh? Saya bicara fakta!" teriak Almira di mic.Vivi bertanya ke Reza dengan nada pelan. "Kamu atur semua ini?""Tidak.""Terus kenapa mereka malah bertengkar?""Kumpulan emak-emak lawan p