Balas dendam? "Tidak ingin balas dendam?"Vivi tidak pernah memikirkan itu, semenjak ia datang ke rumah dan diperlakukan tidak pantas, ia hanya diam dan tidak memikirkan balas dendam, ia justru berpikir keras mencari kesalahan untuk diperbaiki dan jika dirinya diusir, dia hanya akan bisa berpikir positif karena memang tidak dibutuhkan lagi.Tapi sekarang ia tidak menyangka kalau separuh hotel itu adalah milik ayahnya termasuk rumah yang mereka tempati."Bagaimana dengan rumah sakit?""Kamu ingin tahu?"Vivi mengangguk."Rumah sakit itu diambil ayahku juga, dan sekarang fasilitasnya dipakai dia atas namaku, sebagai anak berbakti, saya tidak mungkin mengabaikannya."Vivi menggertakan gigi. "Sejak kapan?""Apanya?""Sejak kapan rumah sakit itu pindah pemilik?"Reza menyeringai. "Rumah sakit itu tidak pernah pindah ke tangan orang tua itu, mereka hanya mengandalkan dirimu hanya saja istriku terlalu bodoh mengikuti trik pak tua itu dan Krisna terlalu mengikuti nafsu. Dia mengajukan diri s
"Kenapa kalian disini? apakah beliau sudah datang?" tanya manajer operasional pusat sambil tergesa-gesa menuruni tangga diikuti manajer lainnya.Choky segera memblokir pintu belakang mobil dan putra maju untuk menghalangi para manajer.Para manajer pusat saling menatap tidak mengerti.Putra berdehem, "Hari ini atasan kita sedang sibuk."Choky mengangguk."Tapi-"Putra maju selangkah untuk menghalangi manajer operasional. "Apakah anda tidak ingin mati?""Y- ya?"Manajer keuangan pusat mulai mendapat kesimpulan. "Apakah beliau bersama wanita di dalam mobil?"Mulut Choky menganga lebar. Insting wanita benar-benar menakjubkan!"Jadi benar ada wanita di dalam? yah, kita tidak bisa mengganggu kehidupan seks atasan kita, hanya saja jangan sampai mengganggu pekerjaan kami," kata manajer keuangan pusat sambil mengangkat bahu.Putra menipiskan bibirnya lalu berteriak. "Satu jam!"Para manajer pusat menatap Putra."Berikan waktu satu jam!"Manajer keuangan pusat menyeringai sambil membuat geraka
Beberapa jam kemudian, di ruang rapat yang mencekam. Para manajer pusat menatap simpati atasannya dan Choky yang duduk bersimpuh di pojok ruangan sambil mengangkat buku tebal di atas kepala dengan tangan sedikit gemetar lalu Putra sedang menjelaskan dan menunjuk sesuatu didokumen di atas meja ke Reza.Tidak lama ada suara ketukan pintu, Putra membuka pintu dan menyambutnya. "Nona Vivi."Vivi tersenyum canggung dan melangkah masuk ke dalam. Ia menyapa para manajer pusat yang dibalas anggukan singkat."Duduk disana." Perintah Reza sambil menunjuk kursi di sebelah kirinya.Meja ruang rapat berbentuk persegi panjang dengan Reza sebagai pemilik, duduk di ujung sementara yang lainnya duduk di masing-masing sisi.Putra hanya diam berdiri di samping Reza, menekan keinginannya untuk membantu Vivi duduk. Jika dia melakukan itu, semua orang akan tahu siapa yang bersama atasannya di dalam mobil.Vivi duduk dengan sopan dan mengedarkan pandangan di sekeliling meja dengan cemas."Bisa kita mulai?"
"Tadi kamu bilang soal jual online bahan mentah, saya setuju tapi saya juga tidak suka hal ini."Manajer keuangan pusat menaikan salah satu alisnya lalu menatap Putra yang meringis, rupanya ejakulasi dini benar-benar menghantam harga dirinya sampai hanya mendengar bahan meeting diawal saja."Kenapa anda tidak setuju?" tanya manajer keuangan yang memberi tatapan mencela tanpa sadar."Pertama, bahan makanan yang dijual selama ini harus segar saat dimasak. Saat kita jual online dan membagi beberapa bahan, itu sudah tidak segar lagi terutama ada jeda waktu pengiriman lalu coba kalian bayangkan beberapa pelanggan kita yang mencoba memasak sendiri tanpa tahu langkah-langkahnya, rasa akan menjadi berbeda dan mereka menjadi kecewa. Itu bisa mempengaruhi reputasi restoran."Para manajer mengangguk setuju."Kedua, membuka restauran untuk umum. Untuk menambah pemasukan, saya suka itu tapi untuk menjaga reputasi, saya tidak menyukainya.""Kenapa?""Kalian lupa? restoran itu terhubung dengan panta
"Siapa?"Vivi menggeleng. "Tidak tahu.""Kamu bisa melihat nama, kecuali tidak kamu simpan."Tanpa melihat layar, Vivi sudah tahu siapa yang menelepon. Nada lagu itu khusus dibuat untuknya."Itu suara kamu?"Vivi tidak menjawab. "Saya minta maaf atas gangguan tadi."Putra menatap kagum Vivi. Ternyata suara nyanyiannya bagus.Choky memiringkan kepalanya dan tertawa hehehe. Oh, mungkin ini sebabnya si bos terpikat, nyanyiannya bagus apalagi kalau sudah di atas tempat tidur, pasti lebih bagus."Mulai darimana kita tadi. Ah, soal kamar. Saya rasa kita bisa menawarkan fasilitas kamar untuk orang-orang kaya yang kena virus dengan kerja sama runah sakit."Reza menghentikan kegiatan nakal kakinya. "Kerja sama ya.""Bukankah itu bagus jika kita bisa bekerja sama dengan rumah sakit? saya yakin, pasti ada salah satu cabang rumah sakit di Bali yang mau bekerja sama.""Sayangnya itu hanya klinik kecil yang akan ditutup."Vivi memiringkan kepalanya. "Ditutup?""Tidak ada pengawasan disana, orang it
Vivi masuk ke dalam apartemen mewah yang disediakan Reza sambil menunduk lesu. Ia tidak bisa memberikan jawaban untuk Reza secepatnya.Reza juga tidak ambil pusing, karena yakin Vivi tidak akan pernah lepas dari genggamannya. Dia menyuruh Choky dan Putra menemani Vivi ke apartemen mewahnya dan membelikan semua kebutuhan yang diperlukan Vivi.Sayangnya, Vivi terlalu lelah untuk belanja. Jadi, dia meminta tolong ke Choky dan Putra untuk segera ke apartemen.Choky yang membuntuti Vivi dari belakang, menatap kagum isi apartemen. "Ini sangat mewah."Putra bercerita dengan bangga. "Apartemen ini dibangun dengan mewah, di lantai paling atas adalah penthouse. Tempat ini juga sangat privasi jadi cocok untuk nona.""Cocok untuk menjadi simpanan." Sarkas Vivi.Choky dan Putra saling menatap.Vivi menjatuhkan diri di sofa lalu bersandar dengan santai. "Tempat ini dulunya milik kekasih yang keberapa?""No-"Putra menghalangi Choky dan maju selangkah. "Sepertinya ada sedikit kesalah pahaman disini.
"Manajer, ada tamu yang komplain karena mendengar suara tawa marketing dari korea semalam." Lapor front office ke Vivi yang masuk tanpa mengetuk.Vivi segera berdiri dan berjalan mengikuti front office. Ia melihat seorang tamu bule marah-marah ke dua front office, satu bellboy, night audit dan juga marketing dari korea."Bisa dijelaskan apa yang terjadi?"Para pegawai yang melihat manajernya datang, menghela napas dengan lega. Ini memang tugas spv fo tapi spv sedang keluar bersama marketing lokal untuk bertemu dengan agen perjalanan."Semalam, saya menerima telepon komplain dari tamu ini. Night audit dan marketing korea tertawa sampai terdengar di telepon. Saya sudah menjelaskan kalau tidak bermaksud menyinggung tamu ini, tapi mereka tetap tidak menerimanya." Jawab fo yang melapor tadi. "Makanya saya coba panggil manajer." Sambungnya."Komplain tentang apa?" tanya Vivi."Restoran terlambat satu setengah jam mengirim makanan sementara istrinya punya maag akut, saya sudah menghubungi pi
"Bagaimana?" tanya pegawai fo dan reservasi yang berkumpul di ruang reservasi.Pegawai fo yang ditugaskan, menggeleng kepala dengan miris. Malam ini mereka semua harus bekerja keras menangani tamu sendirian."Apa kita telepon supervisor saja?" tanya salah satu fo.Evi yang sedaritadi mendengar, mendecak keras. "Kalian lupa waktu itu tuan muda marah karena tamu menurun? Tuan muda mengancam para supervisor untuk mencari tamu.""Tapi kan tidak adil, departemen fo, hk dan keuangan tidak tahu apapun. Itukan tugas marketing dan reservasi!"Waktu itu Evi juga ingin komplain tapi Eve dan lainnya melarang para bawahan buka suara, pasalnya mereka rentan dipecat oleh tuan muda satu ini sementara mereka harus bertahan bekerja di pandemi ini. Banyak hotel ditutup bahkan pegawai dirumahkan karena tidak bisa menutup biaya operasional, beberapa hotel mampu bertahan karena kebaikan hati pemilik hotel atau pemilik hotel memiliki bisnis selain hotel.Andaikan nona Vivi ada disini, meskipun hanya menunju