Share

5 : Sentuhan Hangat

Penulis: Az Zidan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jarum pada jam di dinding tertuju di angka tiga. Kebosanan melanda hidup Dara semenjak keputusannya menikah. Awalnya dia mengira bahwa ini perjuangan.

Namun, setahun terlepas, mulai terasa bahwa ini memang kebodohan. Gadis dengan tinggi seratus enam puluh sentimeter itu, duduk di ruang tamu. Menghadap ke pintu. Mengubah tatanan kursi yang semula menghadap tembok.

Dia benar-benar mencari kesibukan untuk mengalihkan pikirannya yang semerawut.

Kemudian ia buka lagi laptopnya. Berkelit dengan cerita yang digarap sejak sebulan lalu.

"Ini hal konyol yang sebetulnya, Dara," cecarnya pada diri sendiri.

"Lihat! Orang di luar sana mengagumi bagaimana kau begitu mahir menata diksi tentang bagaimana seorang pria menjamah wanitanya. Sementara kamu sendiri merasakan sensasinya saja tidak pernah! Dusta apa lagi yang kamu ciptakan, huh?" kesalnya pada diri sendiri.

Ia sempatkan untuk membaca setiap komentar. Dia balas dengan ungkapan terima kasih. Dan— di sinilah Dara sekarang.

Merenungi, betapa hebat dia menjabarkan kisah romantis sementara kehidupan dunia nyatanya bertolak belakang.

Setelah usai dengan naskah romantisnya, Dara beralih pada cerita fantasi yang hampir seluruh pembacanya tidak segan-segan menggelontorkan uang untuk memberikan tip padanya.

[Ingin bertemu dengan penulisnya.] tulis sebuah akun dengan nama satu alfabet A.

Hanya komentar inilah yang menyita perhatiannya. Selebihnya, bahkan Dara hanya membaca lalu lanjut gulir.

"Sial!" umpatnya saat menyadari jam sudah cukup lama berputar. Dia duduk di tempat itu selama lima jam.

Dara berdiri, ia menukik tubuhnya dan persendian itu mengeluarkan bunyi yang melegakan.

"Gosok tubuhmu agar Raka mau menggaulimu," katanya pada diri sendiri.

Dara menyibak tirai abu-abu kamar mandi. Menutup bilik dari dunia luar. Lantas mengguyur tubuhnya dengan dinginnya air malam ini.

Entah, setan dari mana. Ada satu keinginan diri yang mencoba membujuk Dara merasakan bagaimana indahnya sebuah sentuhan.

Ia giring jemari-jemari kecil nun panjang miliknya untuk membelai diri sendiri. Sejenak Dara terpesona. Gelenyar aneh itu mengaduk perutnya.

"Ah—" desahnya. Entah sadar atau tidak yang pasti saat itu juga mata Dara melotot. Ia jauhkan sejauh mungkin tangannya sendiri.

"Jangan gila, Dara! Jangan mencoba mencelupkan dirimu dalam lubang penyesalan!" Gadis itu terus menyadarkan diri agar tidak kehilangan arah.

Secepatnya ia tarik handuk dari gantungan dan membebatkan pada tubuh. Lekas keluar dari kamar kecil itu dan mengenakan pakaian yang serba panjang. Mencari kehangatan lain yang tidak akan membakar tubuhnya dengan nyaman seperti tadi.

"Kamu beneran nggak pulang, Mas," rintih Dara. Ia mengintip di balik kaca buram seperti biasa.

Dara memutar tubuhnya dan duduk di tempat sebelumnya ia menghabiskan waktu dengan hobinya. Embusan rasa kecewa itu bergelayut mesra pada dirinya. Teramat erat perasaan itu memeluknya.

Dara tersenyum puas saat mendengar suara deru motor beat yang terparkir di depan rumahnya.

Dengan cepat, gadis itu bangkit dan membuka pintu. Senyum penyambutan itu dia suguhkan. Bahkan Dara tepis jauh-jauh bayangan pertengkaran mereka pagi tadi.

"Kamu pulang, Mas? Aku kangen, maafkan aku, ya?" Tangannya melingkar di leher Raka.

Kedua tangan Raka mencekal pinggul Dara. Tanpa ragu Dara berjinjit untuk mendekatkan bibirnya pada mulut Raka. Ia lumat lembut, ia jepit bibir bawah suaminya menggunakan kedua mulut sebelum akhirnya Dara tarik perlahan untuk dilepaskan.

"Ini yang kamu mau, bukan?" bisik Raka.

Sungguh! Suara itu terdengar merdu di telinga Dara. Dia tidak takut mengulang kelakuan yang baru saja dia minati. Bahkan teramat menggebu hingga ia melompat dan membelitkan kedua kakinya melingkar di pinggang sang suami.

Dara lanjutkan pautan hangat yang menggetarkan lewat bibir mereka. Merasakan setiap desir indah yang mendidihkan darah mereka. Ini panas, tetapi begitu didambakan oleh Dara.

"Aku mencintaimu, Mas," bisik Dara di sela-sela pautan panas itu.

Dara tidak butuh jawaban. Dia sudah cukup percaya dan puas dengan kemajuan yang ditunjukkan lewat aksi sang suami.

Hanya menelusuri tubuh Dara dengan telapak tangan pria itu saja sudah membuat istrinya kelojotan. Erangan tipis hingga desah basah Dara meluncur dengan mudah dari mulutnya.

"Bawa aku terbang, Mas," bisik Dara. Ia daratkan kecupan mesra itu pada telinga Raka.

Sorot mata yang biasanya dipenuhi dengan air mata, sekarang terus menunjukkan binar ketertarikan. Gairah yang meletup-letup.

"Ini menyenangkan, Mas." Padahal ini hanya sebuah sentuhan, belaian lembut yang tercipta dari jari-jari nakal Raka. Namun, sudah sangat memabukkan bagi Dara.

Bab terkait

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   6 : Mimpi Terindah

    Brak! Suara dentum keras yang membuat tubuh Dara tersentak rasa kaget, sehingga pelukan erat mimpi indah itu segera menguar. Mata yang sebelumnya terpejam, seketika melebar dengan denyut di kepala yang terasa menyakitkan. Dara baru saja bermimpi? Namun mimpi itu begitu menghanyutkan perasaannya. “Mas? Syukurlah kamu pulang. Mau aku didihkan air untuk mandi?” tawar Dara. Ia bangkit dengan memegang sebelah kepalanya. Menarik paksa kesadaran dari nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul. Tangannya terulur hendak meraih lengan Raka, tetapi lekas ditepis oleh pria itu. “Nggak usah. Aku capek, mau tidur!” sungutnya dan mulai merangsek ke kamar. Di tempatnya Dara menatap punggung lebar yang dalam mimpi tadi dipeluknya dengan erat. Bukankah yang barusan adalah mimpi paling nyata? Mirisnya bahkan di dalam bunga tidur pun, Dara tidak ditakdirkan untuk melakukan hubungan indah sebuah penyatuan. Pandangannya kini beralih pada pintu yang salah satu engselnya terlepas. Dengusan napas frustasi kelu

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   7 : Misi Pencarian

    Perang dingin terjadi sudah tiga hari. Dara tak lagi menawarkan apa pun pada pria yang hanya menumpang tidur di rumah itu. Keputusan bulat sudah Dara buat. Gadis berambut sepinggang itu menarik napas sangat-sangat dalam. Mengubur perasaan kecewa dan malu beberapa hari lalu untuk keberhasilan misinya. Ia raih ponsel yang teronggok tanpa nyawa di meja. Menekan nomor milik suaminya dan menantikan panggilan terjawab di seberang sana. "Terus aja gitu, awet banget kalau marah," omelnya. "Sabar Dara, kuatin sampe kamu tahu alasannya," sambungnya. Tangan lentik itu menyahut topi di lemari, memakainya dan memesan ojek guna mengantarnya ke kantor di mana sang suami bekerja. Jarum jam sudah tertuju di angka sembilan. Tapi, seperti biasa pria itu belum juga kembali. Setengah jam perjalanan di tengah hawa dingin yang merambat di sekujur tubuhnya. Dara mengencangkan pelukan jaket dan menatap gedung setinggi tiga lantai di hadapannya. "Ada yang bisa dibantu, Mbak?" Suara yang mengejutkan Da

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   8 : Kemajuan Hubungan

    Udara dingin menelisik masuk melalui kisi-kisi jendela kamar, Dara. Gadis itu menggigil, giginya bergemeltuk. Malam ini, untuk kesekian kalinya Raka berdusta padanya. Segala ucapannya memang tidak bisa dipercaya.“Aku tidak pernah tahu ke mana kapal kita berlayar, Mas. Kamu membuat semuanya semakin nggak jelas,” gerutunya dengan mata terpejam tetapi pikirannya kalut.Dipeluk oleh hawa yang nyaris membeku dan rasa kesal serta kantuk yang menderanya dengan berat. Akhirnya kesadarannya Dara lenyap. Gadis itu terlelap dan kembali mimpi indah hadir kembali. Tubuhnya bergerak maju mundur sendiri seolah membalas sodokan dari sang suami. Hingga tubuhnya terjerembab di atas lantai.“Akh!” pekiknya. Seketika hal indah dalam impiannya memudar seperti hujan guntur di luar yang membawa pergi semangat pagi para penghuni bumi.“Sial! Benar-benar biadab. Bisa-bisanya masih saja mimpi seperti itu. Bangun Dara! Andai kata Raka tidak mau menyentuhmu, banyak laki-laki di luar sana yang sudi, kan?”“Hah?!

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   9 : Penyatuan Hasrat

    Dara mendekati suaminya, senyum di bibirnya tidak luntur sedikit pun. Bahkan masih dengan menggunakan handuk untuk menutup tubuhnya yang tampak indah itu.“Mas! Ini ada apa, sih? Kamu— hari ini kamu buat aku bahagia,” ucap Dara. Ia duduk di kursi kayu tepat di ruang tamu. Tempat dia biasa makan dan juga mengerjakan seluruh naskah yang digarap.“Emang salah, ya? Kemarin kamu minta waktuku, kan? Sekarang masih diprotes lagi?” Tangan lentik milik suaminya itu sibuk memindahkan makanan yang sudah ia pesan ke piring. Membiarkan Dara mengawasi segala tindak tanduknya.“Ya, enggak, sih. Aku senang. Bahkan kalau kamu sampai tetap diam aja, aku punya pikiran akan mata-matai kamu. Maafkan, aku,” sesal Dara. Bibirnya manyun dan Raka tersenyum melihatnya.“Maaf, ya sudah buat kamu khawatir. Setelah ini, aku tidak akan pulang larut malam. Aku janji.”“Serius, Mas?” Raka mengangguk dan ia berjalan ke belakang tubuh istrinya. Ia merunduk dan juga melingkarkan kedua tangannya melewati bahu Dara. Ia d

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   10 : Perjuangan Pernikahan

    “Jangan lupa dimakan, ya, Mas bekalnya.” Tangan kecil Dara mengulurkan kotak bekal untuk suaminya.Tekadnya bulat akan memperbaki semuanya, memulai kembali dari nol. Menumbuhkan kasih sayang dan cinta yang hampir padam karena salah paham.“Iya. Aku berangkat. Nggak usah telpon. Cari aja kesibukan sampai aku pulang, Da. Kita sudah sepakat kalau nggak akan bahas masalah ini lagi,” pesan Raka. Mewanti-wanti agar Dara tidak curiga padanya lagi.“Dimengerti, Mas. Baiklah, aku juga mau berangkat. Kamu hati-hati, ya.” Dara membungkuk untuk mencium punggung tangan sang suami. Namun, belum sempat ia berhasil meraih tangan besar itu, Raka sudah meninggalkannya.Bola mata besar milik Dara kian melebar menatap punggung sang suami. Ia menghembuskan napas pasrah mengerem diri agar tidak banyak bicara ataupun protes hanya masalah sepele seperti ini.Sepeda kayuh kembali mengiringi perjalanan Dara. Ia tiba di sekolah tempatnya mengajar pukul enam lebih tiga puluh menit. Setengah jam sebelum lonceng b

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   11 : Gagal & Nafkah 500 Ribu

    Satu minggu terlewat. Masa bulanan Dara usai. Malam ini ia mempersiapkan diri. Memakai pakaian yang sangat tipis. Ia sempatkan untuk mampir ke toko pakaian dalam yang dia lewati setiap pergi ke sekolah. Ia rogoh kocek yang tidak murah. Seratus lima puluh ribu hanya untuk lingrie yang tampak kekurangan bahan itu.Bahkan, Dara seperti tidak mengenakan apa pun. Lekukan tubuhnya tampak terlihat jelas. Ujung dadanya menyembul hendak merobek kain tipis itu.“Sialan Dara. Ini terlalu seksi. Kuharap Mas Raka menyukainya.” Ia mematut diri di depan cermin. Senyumnya merekah. Melatih diri menggoda suaminya. Bahkan ia berpose layaknya wanita penghibur.“Sempurna, Dara! Jangan sampai suamimu mencaci dirimu dengan cap wanita murahan!”“Tidak akan, menggoda suami itu tidak berdosa, kok.”“Yap! Aku setuju. Merendahkan diri dan martabat di depan suami sama sekali tidak salah,” jawabnya pada pemikiran yang selalu saja berdemo di kepalanya.Pukul lima, seharusnya Raka sudah pulang. Tapi yang datang hany

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   12 : Titip Uang Bukan Nafkah

    “Seperti kemarin nggak usah telpon aku, Da. Sekalian aku minta uang bensin, ya. Semua uang yang aku punya aku kasih ke kamu kemarin,” katanya tanpa melirik ke arah Dara. Tangannya sibuk mengaitkan kancing kemeja pada bagian tangan yang dia kenakan.Dara menatap suaminya, ia masih terpaku di bibir ranjang. Matanya tidak kehilangan kekaguman untuk pria itu. Namun mendengar ucapan Raka membuatnya berpikir keras. Dia memberi nafkah tahu hanya titip uang saja?“Berapa, Mas? Emang bensinnya udah habis banget, ya?”“Buat jaga-jaga, Da. Sekalian uang rokokku juga. Kasih dua ratuslah,” jawabnya enteng.Tanpa memprotes Dara menarik laci nakas plastik yang ada di pinggir tempat tidur, meraih dombet salem miliknya dan menjumput keluar uang pecahan terbesar negeri ini dua lembar.“Kalau bisa rokoknya dikurangi dulu, ya, Mas. Nggak baik juga buat kesehatan,” tegur Dara.“Ikhlas nggak, sih? Kalau ngasih, ya ngasih aja nggak usah cerewet!” dengus Raka.“Nggak cerewet, Mas. Aku Cuma takut nanti pas ki

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   13 : Pertengkaran Lagi

    “Emang bener apa yang dikatakan Mama, kalau kamu nggak pantes dijadikan istri.” Ia masih terus mengujikesabaran Dara.“Cukup, Mas! Kamu apa-apaan, sih? Setiap hari kamu pulang kalau nggak ngeluh capek ya marah-marah. Aku salah apa, sih sama kamu? Aku udah berusaha buat jadi istri yang baik buatmu. Lagian, ini masih awal bulan—”“Justru itu! Awal bulan harusnya aku bisa makan daging! Paling nggak, ikan! Ini malah cuma tempe!”“Mas uang yang kamu kas—”“Benar kan?! Kamu, tuh emang wanita paling ribet! Aku lembur dan kasih kamu uang banyak bilangnya aku nggak ada waktu buat kamu. Tapi giliran aku pulang tepat waktu malah kamu mau ungkit-ungkit nafkah yang aku kasih. Yang kuranglah, yang inilah, itulah!”“Barangkali kamu lupa, kamu lembur pun nggak ada nafkah yang kamu kasih ke aku!”“Oh, mau perhitungan?! Selama setahun penuh aku udah bayar rumah tempat tinggalmu!”“Bukan hanya aku yang tinggal! Tapi kita berdua dan itu sudah menjadi kewajibanmu, Mas! Kenapa kamu terus salahin aku, sih?

Bab terbaru

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   136 : Penolakan

    Selama ini dia hidup serba ada, serba bisa tetapi, siapa yang sangka bahwa anaknya berjuang mati-matian untuk bertahan hidup dan mempertahankan kehidupan. Berjuang menemukan sebuah kebahagiaan."Bisakah kita membuat janji dengannya? Aku tidak sabar bertemu dengan Prilly, Wisnu," lirih Veily."Bersabarlah, Sayang. Panggil dia Dara sampai kita berhasil meyakinkan kenyataan ini. Sepertinya kita butuh bantuan Abby untuk ini, aku yakin saat ini mereka bersama," tutur Wisnu."Sebaiknya jangan beritahu Abby sebelum kalian memberitahukannya pada Dara. Kalian bisa bayangkan kalau Dara tahu lebih lama ketimbang Abby? Ayolah, kalian pasti bisa merasakannya," sela Faiz. Apa yang dikatakannya bukankah benar, memang seharusnya mereka memberitahu Dara baru Abby, bukan terbalik, jika tidak ingin Dara kian kecewa.Entah bagaimana tanggapan wanita itu nanti, Wisnu dan Veily hanya berharap bahwa Dara menerima juga memaafkan keduanya.**Sebuah mobil silver ber

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   135 : Tidak Sabar Bertemu

    [Aku kirim sesuatu ke rumah, pakai untuk malam nanti, ya. Aku akan jemput pukul tujuh] begitulah isi pesan yang diketik oleh Abby pada Dara. Kini wanita yang tengah beristirahat di ruang guru tersebut hanya mampu cengar-cengir membayangkan pertemuan mereka setelah tiga hari. Dara selayaknya seorang remaja yang jatuh cinta, astaga memalukan! Namun, adakah kata memalukan untuk sebuah cinta? Bahkan cinta itu menuntun pada hal gila, bukankah begitu?Dara hanya membalasnya dengan satu kata, okay' kemudian dia kembali mempersiapkan materi yang akan dia berikan untuk anak didiknya di pelajaran yang akan datang. Dara juga perlu mempelajari banyak hal di sekolah itu. Mengenal seluk-beluk, apa yang diizinkan juga tidak diizinkan. Mengenal pada guru dan juga mengenal murid yang ada di sana.Sementara di sisi lain kota yang jauh dari hiruk-pikuk suara kendaraan, Wisnu dan Veily melongo hampir tidak percaya dengan yang dia lihat. Veily tidak henti-hentinya menitikan air ma

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   134 : Pilar Terkuat

    "Hai! Selamat pagi!" sapa Dara, dia berjalan menuju mejanya dan meletakkan tasnya, tanpa duduk. Berdiri di samping meja yang cukup keren di matanya.Suara balasan dari mereka sungguh membuat Dara bersemangat, mereka ramah dan mungkin remaja brutal tidak akan ada di sana, kecuali kekasihnya yang selalu bersikap demikian. Dara mengulas senyumnya ketika mengingat tiga hari dia bahkan belum bertemu dengan pria itu."Okay, saya rasa kalian sudah tahu kalau saya adalah Sandara. Guru bahasa kalian, ini adalah jam pertama untuk saya jadi, ada yang mau memulai kelas?" Dara menatap mereka satu persatu. Kagum, pakaian bersih, rapi, dan berseragam lengkap. Mereka semua cantik dan rupawan."Mulai dengan perkenalan, Bu. Bagaimana jika hari ini sedikit santai, agar kami mengenal guru terbaik kami," teriak salah satu murid yang duduk di barisan tengah dari depan pun dari samping."Okay, apa perlu membuat kartu nama layaknya anak paud?" Mereka tertawa dengan pertanyaan ya

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   133 : Pekerjaan Baru

    Wisnu terus membeberkan mulai dari kelahiran, penyakit Cloe dan juga sampai kejadian Cloe menikah dan meninggal. Juga permintaan maaf karena saat Cloe ada di Indonesia dalam waktu yang cukup lama mereka bahkan tidak pulang ke Indonesia. Sungguh mungkin banyak orang mengira bahwa mereka orang tua yang pilih kasih, tidak adil juga menyebalkan. Namun, keduanya terus bercerita setiap kendala yang terjadi, bagaimana Veily down dengan berita yang berurutan, penyakit Cloe yang menyita perhatian.Larasita terus mendengarkan dengan sesekali mengangguk-angguk. Dia begitu memahami semuanya, kenapa tidak? Dia sudah tua dan banyak memakan pahit manis, asin legitnya kehidupan yang begitu terkadang menguras emosi."Jadi begitu, Bu. Kamu sungguh frustasi dengan semuanya. Menantu saya juga baru saja meninggal dua Minggu yang lalu," jelasnya lagi."Saya turut berduka untuk kehilangan itu, Tuan, Nyonya. Ya! Dara… saya menemukan bayi itu tepat saat kecelakaan itu terjadi. Kejadiannya sangat cepat dan tra

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   132: Dara?

    "Baik, bagus sekali! Terima kasih, Pak. Terima kasih sudah mau membantu kami," katanya. Wisnu segera mengakhiri panggilan dan segera mendekati istri dan rekannya."Kabar bagus, apa yang kita cari bisa kita temukan saat ini. Kita harus bergerak, polisi sudah mengirimkan alamat padaku." Senyum Wisnu terulas sempurna, begitupun dengan Veily dan pria yang akrab dikenal sebagai Faiz itu langsung beranjak.Ketiganya menelusuri jalanan, cukup jauh dari tempat kejadian. Pantas saja mereka tidak akan menemukan informasi apa pun di sekitar lokasi, jadi orang itu ternyata membawanya hampir keluar kota."Kita mau ke mana ini, Wisnu?" gumam Veily yang tampak kebingungan dengan jalanan yang kini mulai tampak cukup sepi, berderet-deret rumah yang berjarak cukup jauh."Kita hampir tiba, Sayang. Nah! Lihat bangunan hijau itu, di sana adalah panti asuhan. menurut informasi dari pihak kepolisian, wanita dengan nama yang selalu kita jumpai di setiap artikel membawa bayi itu

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   131 : Pencarian

    Kini bahkan Abby kembali menatapnya dengan sorot mata yang begitu memperlihatkan bahwa dia begitu mendambakan dirinya."Abby… serius?" Abby mengangguk, dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Dara. Menarik dagu wanita itu dan tidak menghiraukan pramusaji yang tengah sibuk dengan makanan keduanya."Apakah aku pernah bermain-main denganmu? Apakah semua yang terlewat tampak seperti sebuah sandiwara?" Lagi-lagi Dara menggelengkan kepalanya. Apakah Dara gila jika menganggap semua yang dilakukan oleh Abby adalah sebuah kebohongan. Dia bahkan rela melakukan apa pun untuk wanita itu bukan? Sejak awal, ya! Sejak awal."Tidak sama sekali, By." Abby mendekatkan bibirnya pada bibir Dara, mengecupnya pelan dan melumatnya sesaat sebelum semua perhatian beralih pada mereka berdua."Tunggu sampai papa dan mamaku tenang. Terutama Mama, kamu pasti sudah tahu semuanya bukan? Sejujurnya tanggapan mereka tidak begitu berarti, tetapi aku tetap anak mereka Dara, jika usahaku tidak dihargai maka, dengan

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   130 : Melamar?

    Bukan hanya kesedihan. Kekalutan dan juga marah menyelimuti hati Ravella, apa yang bisa dia banggakan sekarang? Mertua prianya sekarat di rumah sakit yang tidak akan pernah tahu selamat atau tidak. Kemudian mertua perempuannya pun tidak mau tahu tentang dirinya. Dulu, cucu laki-laki itu menjadi tameng untuknya bisa bertahan hidup mewah dengan semua kepemilikan Raka yang menyeret kehidupan kelam Ravella menjadi sebuah mimpi yang menjadi nyata.Namun sekarang? Bahkan untuk bangkit dari duduk yang telah dilalui beberapa jam lalu lamanya saja tidak mampu. Anak yang merengek pun tidak berhasil menyadarkan dia dari semua yang baru saja terjadi. Menerima kenyataan di mana dia akan kembali mlarat, kere, dan tidak akan ada yang mau menampung seorang janda dengan anak.Matanya menatap kosong seluruh ruangan yang sudah mulai surut dari keramaian. Vella sendirian dengan tangisan balita yang ingin sekali dia bungkam."Diamlah! Kehadiranmu bahkan tidak membantu apa pun saat ini!" Hanya bisa terus m

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   129 : Hukuman

    “Tidak masalah, Dara. Kamu tahu, Tuan dan Nyonya Wisnu adalah orang berkelas, dia selalu memberikan dukungan pada siapapun yang terkena masalah dalam rumah tangganya. Kamu beruntung bertemu dengannya. Sayangnya kamu tahu sendiri, bahkan kehidupan anaknya sendiri rumit. Aaron… jelas kamu pasti tahu banyak tentang dia bukan?” Dara mengangguk karena memang dia sudah mengetahui semua tentang pria itu.“Baiklah. Aku tunggu kamu jam sepuluh. Jangan terlambat okay, kita akan buat kejutan untuk pria itu. Biarkan dia mendekam di penjara sampai mati dan membayar seluruh rasa sakit yang kamu alami. Setelah ini kamu akan menjadi jutawan,” kelakar pria botak yang kerap menyebut dirinya dengan nama Bobby.Sepeninggalan Bobby, Dara merasa sedikit tenang, dia harus bersiap untuk mengikuti persidangan. Sungguh dia begitu merindukan bercengkerama dengan Abby, sayangnya dia sama sekali tidak membalas pesan yang dikirim oleh Dara sampai masalah Raka usai dan Dara benar-benar membantu memenjarakan Raka bu

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   128 : Kejutan

    Dara berjalan dengan gontai, dia datang bersama dengan Abby dan keluarga, tetapi harus pulang sendiri. Beginikah rasanya kembali tidak dianggap? Tanpa terasa air matanya menetes. Dara kesal harus menjadi wanita yang lemah setelah mengenal cinta lagi. Dara ingin menjadi layaknya dulu, wanita yang kuat dan terus berjuang."Jika dulu aku bisa bertahan selama dua tahun, kenapa bersama Abby, sehari sudah layaknya seabad. Beginikah rasanya dicintai tetapi mengecewakan?" Dara menghela napasnya dengan dalam.Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti di dekatnya, Dara yang berada di trotoar jalan menoleh untuk melihat siapa yang berhenti untuknya."Dara? Masuklah, Nak. Kamu sendirian? Aku kira kamu pulang bersama dengan Abby," seru Veily. Benar sekali, wanita itu ternyata belum pulang hanya duduk di sebuah mobil dan melihat segala tingkah Dayyana yang tidak puas-puasnya melukai Abby. Padahal jelas pria itu sudah dewasa dan tahu apa yang dilakukan olehnya. Dia mengerti dan bisa membedakan mana yang baik

DMCA.com Protection Status