Share

4 : Kamu yang Aneh!

Penulis: Az Zidan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-07 01:14:28

Di saat Senin sampai Sabtu sibuk dengan pekerjaan masing-masing, seharusnya Minggu bisa menjadi waktu yang tepat bagi Dara dan Raka menghabiskan waktu bersama. Minum teh di pagi hari, bercengkerama membahas kehidupan yang mereka jalani sampai petang datang. Namun—

“Mas, ini Minggu lho. Apa kudu kerja juga? Lembur sampai segitunya, kamu,” protes Dara masih dengan nada yang paling lembut yang dia miliki.

Matanya mengedip berulangkali untuk menanti jawaban dari sang suami yang sorot penglihatannya fokus pada layar laptop di depannya.

“Mas,” rengek Dara yang sudah berpindah duduk di sampingnya. Meraih tangan sang suami dan bermanja mendaratkan kepala pada bahu Raka.

“Mas, kamu nggak pengen sentuh aku, gitu? Kita udah lama nikah, kamu belum pernah tiduri aku, lho. Kamu nggak kepingin? Atau aku nggak menarik, ya di matamu?”

Hening, tidak ada yang terlontar dari mulut Raka. Hanya suara debum jari yang memukul balok-balok ceper di keyboard.

Dara menggembungkan kedua pipinya. Sungguh dia bosan. Tatapannya tertuju pada tudung saji di meja kecil dapur.

“Makan, yuk! Kamu belum sarapan, Mas,” ajak Dara. Masih terus berusaha memancing agar suara pria itu keluar.

“Mas Raka,” dengusnya, karena sadar bahwa usahanya tidak pernah dipedulikan. Ia geser tubuhnya sedikit menjauh dan lepaskan jeratan tangan kecilnya dari lengan Raka. Memangku kedua tangan itu di paha dengan seraut wajah memberengut.

Berharap bahwa pria itu respon dan membujuknya. Masih sama seperti bayangan tokoh fiksi yang dia ciptakan dalam kisahnya.

“Mulutmu nggak capek, Da ngoceh terus?” Justru hanya makian yang terlontar setelah Dara mencoba mulai dari kalimat paling pendek, dengan suara lembut mendayu sampai satu nada meninggi baru ditanggapi oleh pria itu. Lalu, kemudian mencetuskan bahwa Dara cerewet? Apa itu tidak keterlaluan?

Dara mendengus. Dadanya bergejolak, ia meremas ujung bajunya. Dia berdiri dan menghadapkan tubuh ke arah suaminya.

 “Aku dari tadi ngajak kamu ngomong, Mas. Kamu nggak ada respon, aku. Lalu pas aku udah jengkel sama kamu, kamu bilang aku cerewet? Gila, kamu, ya?” cetus Dara.

“Kamu yang gila! Kamu punya mata, kan? Kamu lihat aku nganggur nggak? Kalau ngajak ngobrol itu tahu situasi, Dara!” bukannya membujuk, Raka justru berbalik menyalak.

Sepertinya impian untuk dibujuk itu hanya terkubur dibayangan.

“Mas!” Lagi suara Dara kian meninggi. Tidak salah bukan dia membela diri?

“Tahu waktu bagaimana? Sedangkan kamu aja nggak pernah ada waktu sama aku! Kamu kerja hari-hari tanpa henti! Hari libur pun kamu sibuk sendiri. Kamu tuh, cinta nggak sih, sama aku?! Kamu anggap aku ini apa?!” berang Dara.

Raka kembali menampakkan senyum meremehkan itu di wajahnya. Ia ikut bangkit dan tubuhnya sepuluh sentimeter lebih tinggi dari Dara. “Lihat! Lihat bagaimana kamu ngungkit hal bodoh itu.”

“Bodoh apanya?! Kamu yang aneh, Mas! Aku ini istrimu. Sudah sepatutnya aku marah saat kamu nggak mau luangin waktu buatku. Bahkan— harusnya kamu sadar, kalau aku masih perawan hingga setahun pernikahhan ini! Apa perlu aku ingetin kamu terus menerus? Kamu nikahin aku, tapi kamu anggurin aku, Mas!”

Emosi Dara meledak-ledak. Dia sungguh tidak habis pikir bagaimana bisa seorang laki-laki dewasa menahan sekuat hati keberadaannya yang dengan jelas telah menanti untuk disentuh?

“Benarkan apa kataku?! Kamu itu gila! Yang dibahas kalau nggak duit, waktu, ya seks! Otakmu dangkal, Dara! Harusnya kamu tahu kalau aku kerja juga buat kamu! Mau sampai kapan kita tinggal di rumah reyot ini?! Kamu nggak pengen pindah ke tempat yang lebih baik?”

“Nggak! Aku nggak peduli di mana kita tinggal, Mas! Buatku asalkan tidak kepanasan dan kehujanan aja udah cukup! Bisa makan tiap hari meski sama krupuk pun, aku tidak masalah. Aku hanya mau kamu angap aku! Sadar kalau kamu udah nggak sendiri. Ada orang lain yang butuh kehadiranmu!”

Dara kian berang. Matanya menyalak, tetapi pedih. Air mata yang tidak disangka-sangka malah banjir tidak terkira. Dia jengkel ketika harus kedapatan menangis di depan pria yang telah berulangkali mengutarakan ketidaksukaannya atas perilaku spontan wanita saat disakiti.

“Aku tanya sama kamu, Mas. Kali ini aku mohon jawab jujur.” Suara Dara melemah. Dia kembali duduk di kursi yang ia duduki sebelumnya. Membiarkan Raka yang masih berkacak pinggang membuang muka dari netra miliknya.

“Apa aku tidak menarik untukmu? Apa tubuhku bau? Ngomong, Mas. Ngomong apa aja yang buat kamu tidak tertarik padaku. Supaya aku bisa berbenah,” jelas Dara. Suaranya timbul tenggelam dan serak. Tidak, suara Dara memang sudah serak-serak basah.

“Aku pingin kamu—” Tangan Raka terangkat untuk menghentikan ucapan apa pun yang akan Dara lontarkan.

Laki-laki berambut cepak itu, menutup laptopnya serampangan dan menyahut brutal kunci motor beatnya kemudian keluar. Menutup pintu dengan kencang hingga membuat Dara berjengit karena kaget.

Ini bukan pertama kalinya, Dara. Mas Raka akan pulang saat pikirannya sudah tenang, pikiran lain dari dirinya mencoba untuk menghiburnya. Namun, dirinya sendiri— ragu kalau Raka bisa berubah. Oke, dia kembali, tapi untuk berubah?

“Aku tidak selamanya hanya menerima perlakuannya padaku seperti ini kan? Da— ayo! Kamu kudu cari tahu apa yang terjadi dengan suamimu,” katanya pada diri sendiri.

Seakan menarik temali paling kecil dari semangat juangnya. Sekalipun harus mengorek hati paling dalam. Di mana letak kesanggupan bertahan itu tinggal.

“Dengar Dara. Apa yang sudah disatukan oleh Tuhan tidak akan dipisahkan oleh manusia, benarkan?” Lagi, ia bermonolog.

“Tapi manusianya seperti nggak akan pernah mau dikritik, tolol! Dara, kamu tolol! Kamu adalah wanita bodoh yang masih bertahan hingga setahun ini!” Kali ini kalimat itu keluar. Dia marah dengan teriakan diisi kepalanya.

Dua sisi dalam dirinya bertarung melawan imannya. Satu menyalahkan satu menguatkan. Ini seperti bermain di labirin. Membingungkan dan Dara benar-benar butuh jalan keluar.

“Oke— aku akan ikuti kata hatiku. Apa pun jawabannya. Sepahit apa pun luka yang nantinya bakal aku temukan, aku akan hadapi. Meski dengan nangis darah,” gerutunya di akhir kalimat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   5 : Sentuhan Hangat

    Jarum pada jam di dinding tertuju di angka tiga. Kebosanan melanda hidup Dara semenjak keputusannya menikah. Awalnya dia mengira bahwa ini perjuangan. Namun, setahun terlepas, mulai terasa bahwa ini memang kebodohan. Gadis dengan tinggi seratus enam puluh sentimeter itu, duduk di ruang tamu. Menghadap ke pintu. Mengubah tatanan kursi yang semula menghadap tembok. Dia benar-benar mencari kesibukan untuk mengalihkan pikirannya yang semerawut. Kemudian ia buka lagi laptopnya. Berkelit dengan cerita yang digarap sejak sebulan lalu. "Ini hal konyol yang sebetulnya, Dara," cecarnya pada diri sendiri. "Lihat! Orang di luar sana mengagumi bagaimana kau begitu mahir menata diksi tentang bagaimana seorang pria menjamah wanitanya. Sementara kamu sendiri merasakan sensasinya saja tidak pernah! Dusta apa lagi yang kamu ciptakan, huh?" kesalnya pada diri sendiri. Ia sempatkan untuk membaca setiap komentar. Dia balas dengan ungkapan terima kasih. Dan— di sinilah Dara sekarang. Merenungi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Dibuang Suami Setelah Menikah   6 : Mimpi Terindah

    Brak! Suara dentum keras yang membuat tubuh Dara tersentak rasa kaget, sehingga pelukan erat mimpi indah itu segera menguar. Mata yang sebelumnya terpejam, seketika melebar dengan denyut di kepala yang terasa menyakitkan. Dara baru saja bermimpi? Namun mimpi itu begitu menghanyutkan perasaannya. “Mas? Syukurlah kamu pulang. Mau aku didihkan air untuk mandi?” tawar Dara. Ia bangkit dengan memegang sebelah kepalanya. Menarik paksa kesadaran dari nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul. Tangannya terulur hendak meraih lengan Raka, tetapi lekas ditepis oleh pria itu. “Nggak usah. Aku capek, mau tidur!” sungutnya dan mulai merangsek ke kamar. Di tempatnya Dara menatap punggung lebar yang dalam mimpi tadi dipeluknya dengan erat. Bukankah yang barusan adalah mimpi paling nyata? Mirisnya bahkan di dalam bunga tidur pun, Dara tidak ditakdirkan untuk melakukan hubungan indah sebuah penyatuan. Pandangannya kini beralih pada pintu yang salah satu engselnya terlepas. Dengusan napas frustasi kelu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Dibuang Suami Setelah Menikah   7 : Misi Pencarian

    Perang dingin terjadi sudah tiga hari. Dara tak lagi menawarkan apa pun pada pria yang hanya menumpang tidur di rumah itu. Keputusan bulat sudah Dara buat. Gadis berambut sepinggang itu menarik napas sangat-sangat dalam. Mengubur perasaan kecewa dan malu beberapa hari lalu untuk keberhasilan misinya. Ia raih ponsel yang teronggok tanpa nyawa di meja. Menekan nomor milik suaminya dan menantikan panggilan terjawab di seberang sana. "Terus aja gitu, awet banget kalau marah," omelnya. "Sabar Dara, kuatin sampe kamu tahu alasannya," sambungnya. Tangan lentik itu menyahut topi di lemari, memakainya dan memesan ojek guna mengantarnya ke kantor di mana sang suami bekerja. Jarum jam sudah tertuju di angka sembilan. Tapi, seperti biasa pria itu belum juga kembali. Setengah jam perjalanan di tengah hawa dingin yang merambat di sekujur tubuhnya. Dara mengencangkan pelukan jaket dan menatap gedung setinggi tiga lantai di hadapannya. "Ada yang bisa dibantu, Mbak?" Suara yang mengejutkan Da

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Dibuang Suami Setelah Menikah   8 : Kemajuan Hubungan

    Udara dingin menelisik masuk melalui kisi-kisi jendela kamar, Dara. Gadis itu menggigil, giginya bergemeltuk. Malam ini, untuk kesekian kalinya Raka berdusta padanya. Segala ucapannya memang tidak bisa dipercaya.“Aku tidak pernah tahu ke mana kapal kita berlayar, Mas. Kamu membuat semuanya semakin nggak jelas,” gerutunya dengan mata terpejam tetapi pikirannya kalut.Dipeluk oleh hawa yang nyaris membeku dan rasa kesal serta kantuk yang menderanya dengan berat. Akhirnya kesadarannya Dara lenyap. Gadis itu terlelap dan kembali mimpi indah hadir kembali. Tubuhnya bergerak maju mundur sendiri seolah membalas sodokan dari sang suami. Hingga tubuhnya terjerembab di atas lantai.“Akh!” pekiknya. Seketika hal indah dalam impiannya memudar seperti hujan guntur di luar yang membawa pergi semangat pagi para penghuni bumi.“Sial! Benar-benar biadab. Bisa-bisanya masih saja mimpi seperti itu. Bangun Dara! Andai kata Raka tidak mau menyentuhmu, banyak laki-laki di luar sana yang sudi, kan?”“Hah?!

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Dibuang Suami Setelah Menikah   9 : Penyatuan Hasrat

    Dara mendekati suaminya, senyum di bibirnya tidak luntur sedikit pun. Bahkan masih dengan menggunakan handuk untuk menutup tubuhnya yang tampak indah itu.“Mas! Ini ada apa, sih? Kamu— hari ini kamu buat aku bahagia,” ucap Dara. Ia duduk di kursi kayu tepat di ruang tamu. Tempat dia biasa makan dan juga mengerjakan seluruh naskah yang digarap.“Emang salah, ya? Kemarin kamu minta waktuku, kan? Sekarang masih diprotes lagi?” Tangan lentik milik suaminya itu sibuk memindahkan makanan yang sudah ia pesan ke piring. Membiarkan Dara mengawasi segala tindak tanduknya.“Ya, enggak, sih. Aku senang. Bahkan kalau kamu sampai tetap diam aja, aku punya pikiran akan mata-matai kamu. Maafkan, aku,” sesal Dara. Bibirnya manyun dan Raka tersenyum melihatnya.“Maaf, ya sudah buat kamu khawatir. Setelah ini, aku tidak akan pulang larut malam. Aku janji.”“Serius, Mas?” Raka mengangguk dan ia berjalan ke belakang tubuh istrinya. Ia merunduk dan juga melingkarkan kedua tangannya melewati bahu Dara. Ia d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Dibuang Suami Setelah Menikah   10 : Perjuangan Pernikahan

    “Jangan lupa dimakan, ya, Mas bekalnya.” Tangan kecil Dara mengulurkan kotak bekal untuk suaminya.Tekadnya bulat akan memperbaki semuanya, memulai kembali dari nol. Menumbuhkan kasih sayang dan cinta yang hampir padam karena salah paham.“Iya. Aku berangkat. Nggak usah telpon. Cari aja kesibukan sampai aku pulang, Da. Kita sudah sepakat kalau nggak akan bahas masalah ini lagi,” pesan Raka. Mewanti-wanti agar Dara tidak curiga padanya lagi.“Dimengerti, Mas. Baiklah, aku juga mau berangkat. Kamu hati-hati, ya.” Dara membungkuk untuk mencium punggung tangan sang suami. Namun, belum sempat ia berhasil meraih tangan besar itu, Raka sudah meninggalkannya.Bola mata besar milik Dara kian melebar menatap punggung sang suami. Ia menghembuskan napas pasrah mengerem diri agar tidak banyak bicara ataupun protes hanya masalah sepele seperti ini.Sepeda kayuh kembali mengiringi perjalanan Dara. Ia tiba di sekolah tempatnya mengajar pukul enam lebih tiga puluh menit. Setengah jam sebelum lonceng b

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Dibuang Suami Setelah Menikah   11 : Gagal & Nafkah 500 Ribu

    Satu minggu terlewat. Masa bulanan Dara usai. Malam ini ia mempersiapkan diri. Memakai pakaian yang sangat tipis. Ia sempatkan untuk mampir ke toko pakaian dalam yang dia lewati setiap pergi ke sekolah. Ia rogoh kocek yang tidak murah. Seratus lima puluh ribu hanya untuk lingrie yang tampak kekurangan bahan itu.Bahkan, Dara seperti tidak mengenakan apa pun. Lekukan tubuhnya tampak terlihat jelas. Ujung dadanya menyembul hendak merobek kain tipis itu.“Sialan Dara. Ini terlalu seksi. Kuharap Mas Raka menyukainya.” Ia mematut diri di depan cermin. Senyumnya merekah. Melatih diri menggoda suaminya. Bahkan ia berpose layaknya wanita penghibur.“Sempurna, Dara! Jangan sampai suamimu mencaci dirimu dengan cap wanita murahan!”“Tidak akan, menggoda suami itu tidak berdosa, kok.”“Yap! Aku setuju. Merendahkan diri dan martabat di depan suami sama sekali tidak salah,” jawabnya pada pemikiran yang selalu saja berdemo di kepalanya.Pukul lima, seharusnya Raka sudah pulang. Tapi yang datang hany

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Dibuang Suami Setelah Menikah   12 : Titip Uang Bukan Nafkah

    “Seperti kemarin nggak usah telpon aku, Da. Sekalian aku minta uang bensin, ya. Semua uang yang aku punya aku kasih ke kamu kemarin,” katanya tanpa melirik ke arah Dara. Tangannya sibuk mengaitkan kancing kemeja pada bagian tangan yang dia kenakan.Dara menatap suaminya, ia masih terpaku di bibir ranjang. Matanya tidak kehilangan kekaguman untuk pria itu. Namun mendengar ucapan Raka membuatnya berpikir keras. Dia memberi nafkah tahu hanya titip uang saja?“Berapa, Mas? Emang bensinnya udah habis banget, ya?”“Buat jaga-jaga, Da. Sekalian uang rokokku juga. Kasih dua ratuslah,” jawabnya enteng.Tanpa memprotes Dara menarik laci nakas plastik yang ada di pinggir tempat tidur, meraih dombet salem miliknya dan menjumput keluar uang pecahan terbesar negeri ini dua lembar.“Kalau bisa rokoknya dikurangi dulu, ya, Mas. Nggak baik juga buat kesehatan,” tegur Dara.“Ikhlas nggak, sih? Kalau ngasih, ya ngasih aja nggak usah cerewet!” dengus Raka.“Nggak cerewet, Mas. Aku Cuma takut nanti pas ki

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24

Bab terbaru

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   144 : Bahagia Selalu

    "Siapa aku? Siapa aku yang kalian kenal?" Setelah sekian lama.membisu, bahkan daftar menu yang sebelumnya tersentuh pun kini teronggok tidak dihiraukan. Mereka kalut dengan pemikiran mereka masing-masing. Mereka sibuk meminta maaf dan menantikan jawaban yang diberikan oleh anaknya."Prilly. Dara, bahkan namamu sekarang atau dulu, mommy tidak peduli. Siapa pun nama yang kamu sukai, kamu berhak memakainya. Bu Larasita sudah memberikan nama yang begitu baik, begitu indah dan bagus. Mommy hanya ingin kamu memaafkan kamu, Nak. Mommy telah kehilangan segalanya, penyesalan mommy tidak pernah bisa berhenti setelah mengetahui berita hilangnya, kamu. Mommy minta maaf, Dara." Veily mencoba meraih tangan anaknya.Anak yang tidak pernah dia asuh, tidak pernah dia susui. Tidak pernah berhenti dia rindukan, tetapi tidak pernah ada aksi yang dia lakukan hingga dua puluh enam tahun berlalu. Sebegitu pentingkah Cloe sampai harus melupakan anak mereka yang lainnya?"Ibu," gumam Dara. Air mata yang menet

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   143 : Bertemu dan Terungkap

    Sebuah mobil putih berhenti di halaman sempit milik Dara, tepat di bahu jalan mungkin lebih lama. Karena pekarangan rumah itu bahkan tidak muat untuk di masuki motor."Siapa, ya?" tukas Dara dengan tatapan yang lurus ke depan meniti siapa gerangan orang yang menakutkan mobilnya di depan gubuk reyot miliknya."Aku kenal mobil itu," jawab Abby, tetapi dia tidak berniat memberitahukan siapa pemiliknya ke pada Dara. Begitu keduanya tiba dan keluar dari mobil. Dara melihat dua orang berdiri di depan rumahnya dan barang-barang miliknya yang sudah berada di luar rumah.Dara melongo tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Bahkan wanita paruh baya dengan gayanya yang khas dan tubuh yang masih sangat kokoh dan fit itu terlihat berseteru dengan sang pemilik rumah."Tante Veily? Ada apa ini? Ibu Luri, kenapa barang-barang saya di luar?" Dara yang telah berhasil mendekati mereka, langsung bertanya alasan kenapa barang-barang miliknya seolah terbuang."Masih tanya kenapa! Kamu jelas-jelas tidak bi

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   142 : Rumah Spesial

    Dalam ruangan yang tidak terlalu besar, mungkin hanya tujuh kali delapan meter, di sana hanya ada ranjang yang memiliki tiang besi dengan ukiran lawas di bagian atas kepala, dua nakas di samping kanan dan kiri tempat meletakkan lampu tidur dan satu sofa serba guna, atau sofa seribu gaya. Ranjang itu sendiri tidak terlalu besar, dengan ukuran besar. Sempit dan memang itu yang diinginkan oleh pemiliknya. Tidak ada almari di dalam ruangan itu, karena bukan difungsikan untuk serba bisa.Almari dan ruang ganti berada di sebelah kamar utama dengan satu pintu penghubung yang hanya ditutup dengan tirai transparan. Di depan kamar sedikit ke kiri adalah ruang baca yang menyuguhkan pemandangan gunung di depannya. Di ruangan paling ujung adalah kamar mandi dan dapur. Ada satu pintu yang menuju ke kebun sayur dan beberapa buah yang bisa hidup di kaki gunung.Di samping ruang tamu, jendela besar yang terpasang kaca itu, tempat bersantai, membaca buku tentunya yang sudah pasti sungai adalah pemandan

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   141 : Hari Istimewa

    Lain rasa bahagia yang dirasakan oleh Dara bersama dengan keluarga barunya. Lain pula apa yang dirasakan Ravella pada keluarganya. Semuanya berubah 180° atau mungkin putaran penuh? 360° atau bagaikan dijungkir balikkan sebuah fakta yang mengejutkan nuraninya? Intinya kehidupannya sudah tidak lagi sama dengan kehidupan yang pernah dia rasa sempurna. Dari kubangan dipungut tercuci bersih dan menyombongkan diri, lupa bahwa dia telah merebut kehidupan bahagia seseorang. Kini, semuanya dikembalikan! Dia tetap akan mengingat bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa, yang justru kini harus menanggung beban tetapi orang lain menyebutnya anugerah.Anak— ya! Ravella harus mengurus anaknya seorang diri. Di mana sang ayah mertua meninggal dunia tidak lama setelah dilarikan ke rumah sakit. Sang ibu mertuanya harus syok berat menghadapi kenyataan bahwa dia seorang diri saat ini. Ia juga tidak akan menerima kehadiran Ravella tanpa Raka. Membiarkan wanita itu terkatung-katung tidak jelas bersama cucunya. A

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   140 : Penebusan

    Dalam perjalanan pulang mengantar Dara pulang dengan hati yang diliputi rasa malu, Abby bungkam. tidak ada sepatah kata yang keluar kecuali ungkapan maaf."Maafkan aku, Dara. sungguh, kukira Mommy akan luluh saat melihatmu. tapi, dia justru bersikap layaknya manusia paling suci.""Aku sama sekali tidak mempermasalahkan semua ini, Bee. Tidak mudah menerimaku di tengah musibah yang telah terjadi. Kamu tidak seharusnya marah sama ibumu. Kamu tahu bagaimana aku begitu merindukan sosok ibu kan? Maukah kamu kembali ke rumah dan lebih baik kita meminta maaf padanya.""Tidak! dia sudah merendahkanmu, Sayang." Dara menggeleng."Direndahkan tidak selalu rendah kan? Aku punya kamu, aku tidak merasa di rendahkan saat seorang pria membelaku mati-matian. Aku hanya tidak mau hubunganmu dengan Ibu semakin hancur gara-gara aku. Kita kembali, ya?"Menanti beberapa menit untuk menimbang keputusan hingga mobil itu berputar arah kembali ke rumah. Saat kembali membuka pintu yang sempat dua tinggalkan Abby

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   139 : Kesadaran

    "Tidak! Aku tidak mau mereka kemari! Kalau pun tetap memaksakan ke sini, ya sudah kamu saja yang layani mereka, Pa!" ketusnya setelah Abrisam menyampaikan jika Abby dan Dara akan ke sini untuk makan malam bersama."Ma! Kenapa kamu sangat membenci Abby? Apa salah dia padamu?" Abrisam duduk di sofa, kemudian menatap tajam istrinya yang masih saja terlihat ketus.Sebetulnya Dayyana juga bingung, jawaban apa yang harus dia lontarkan untuk suaminya. Abby memang anaknya yang cukup baik dan tidak senakal itu sehingga dia tak menyukainya. Hanya saja, mungkin karena dia terlalu menyayangi Aaron membuat dia menomor duakan anaknya yang lain, yakni Abby."Kamu itu ibunya! Kenapa kamu bisa-bisanya bersikap seperti itu pada Abby? Ma, Abby itu anak kita satu-satunya sekarang! Abby satu-satunya penerus keturunan kita! Dia darah daging kita! Abby—""Sejak kecil, Abby selalu kamu bedakan. Padahal dia anak yang baik, Ma. Kenapa bisa-bisanya kamu membeda-bedakan kasih sayang antara Aaron dan Abby? Keduan

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   138 : Tidak Diharapkan

    Rasanya aura rumah mewah ini terasa mencekam bagi Dara. Dia semakin kedinginan, bukan karena suhu di sini, melainkan karena cemas dan takut hingga suhu yang hangat berubah menjadi dingin bagaikan di kutub selatan.Dayyana duduk di atas sofa ruang tamu, wajahnya tetap terlihat tidak bersahabat. Hanya Abrisam yang menampakkan wajah humble-nya. Bahkan, dia sampai menyambut anak dan calon menantunya itu dengan pelukan hangatnya. Membuat ketakutan serta kecemasan Abby dan Dara berkurang beberapa persen."Akhirnya kalian sampai, Papa sejak tadi menunggu. Bagaimana perjalanan ke sini, Abby menjalankan mobil dengan santai? Tidak ngebut?" tanya Abrisam, terdengar sangat perhatian, bukan basa-basi semata.Dara mengangguk pelan, bingung harus menjawab apa karena takut salah bicara, terlebih Dayyana masih terlihat dingin."Kamu cantik sekali, Anakku. Pantas saja Abby sangat tergila-gila padamu?" Abrisam tak mau berhenti menggoda calon mantunya itu, niat dia sebetulnya baik, karena ingin membuat D

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   137 : Bertemu Dayyana

    Selama di perjalanan, Dara tak henti-hentinya berpikir keras. Jika sekarang dirinya dan Abby akan bertemu dengan Dayyana, apakah tidak akan terjadi hal yang buruk? Mengingat kejadian waktu itu tidak begitu menyenangkan. Perjalanan yang tadinya dia pikir akan terasa menyenangkan karena bisa berdua, mengobrol, serta semakin dekat dengan kekasihnya kini berubah menjadi menegangkan. Dara benar-benar takut jika Dayyana akan melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Saat ini rasanya kepala wanita bernama Dara ini pening sekali. Tak mau rasanya jika nanti ketika bertemu Dayyana terjadi hal yang tidak menyenangkan. Dara mencinta Abby, sangat mencintainya, terlebih Abby mampu membuatnya bisa berdamai dengan masa lalu yang begitu pahit. Dara tak mau kehilangan Abby, pria ini terasa sudah sempurna baginya jika dibandingkan dengan mendiang mantan suami yang memiliki perangai tidak baik. "Kamu kenapa, Baby?" Abby memecah keheningan perjalanan, segera Dara meresponsnya dengan senyuman disertai ge

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   136 : Penolakan

    Selama ini dia hidup serba ada, serba bisa tetapi, siapa yang sangka bahwa anaknya berjuang mati-matian untuk bertahan hidup dan mempertahankan kehidupan. Berjuang menemukan sebuah kebahagiaan."Bisakah kita membuat janji dengannya? Aku tidak sabar bertemu dengan Prilly, Wisnu," lirih Veily."Bersabarlah, Sayang. Panggil dia Dara sampai kita berhasil meyakinkan kenyataan ini. Sepertinya kita butuh bantuan Abby untuk ini, aku yakin saat ini mereka bersama," tutur Wisnu."Sebaiknya jangan beritahu Abby sebelum kalian memberitahukannya pada Dara. Kalian bisa bayangkan kalau Dara tahu lebih lama ketimbang Abby? Ayolah, kalian pasti bisa merasakannya," sela Faiz. Apa yang dikatakannya bukankah benar, memang seharusnya mereka memberitahu Dara baru Abby, bukan terbalik, jika tidak ingin Dara kian kecewa.Entah bagaimana tanggapan wanita itu nanti, Wisnu dan Veily hanya berharap bahwa Dara menerima juga memaafkan keduanya.**Sebuah mobil silver ber

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status