BAB 2
“Apa?” Mata Cayden langsung melebar, perempuan ini benar-benar lepas kendali, sampai-sampai mengatakan hal yang aneh seperti ini.
“Iya, Cayden, aku ingin kamu menghamiliku. Malam ini.” Suara musik menenggelamkan suara mabuk Beth, Cayden tidak yakin dengan apa ya didengarnya.
Tiba-tiba Beth meraih tangan Cayden dan menempatkan di bokongnya. Rayuan seperti ini sering ia dapatkan jika pergi ke klub malam seperti ini. Tetapi ada sesuatu yang membuat Cayden tergerak untuk mengetahui lebih jauh. Anggap ini bonus, Cayden. Lihatlah betapa ranumnya wanita ini. Sedari tadi pun Cayden memang telah mengincar Beth yang sepertinya manis untuk ia cicipi.
“Kita pergi dari sini.” Cayden mebopong Beth keluar setelah membayar semua tagihan minumannya. Beth terkekeh sembari di bawa pergi ke basement tempat mobil Cayden diparkir.
Setelah membantu Beth masuk ke dalam mobilnya, ia bergegas menuju kursi kemudi. Sebelum menghidupkan mesin, ia memindai lagi tubuh Beth yang molek dan bertanya, “kamu ingin aku hamili? Betul begitu?” Cayden tidak masalah jika besok pagi perempuan ini sadar dari mabuknya dan menamparnya, yang terpenting ia bisa melahap habis perempuan gila itu. Urusan nanti ia meminta pertanggung jawaban, tinggal kabur saja. Bisa diatur.
“Iya, hamili aku, harus kamu keluarkan benihmu di dalamku, hingga aku hamil. Paham?” Perempuan ini masih di bawah pengaruh alkohol. Harus cepat bergegas.
Cayden tancap gas menuju hotel terdekat.
Setelah sampai, Cayden meminta jasa valet untuk memarkirkan mobilnya. Secepatnya ia meraih pinggang Beth agar perempuan itu tidak jatuh. Check in dan naik ke lantai 20 hotel itu dan bergegas masuk ke dalam suite bernomor 2010.
Beth merasakan hasratnya menggebu ketika mendengar pintu suite itu tertutup. Lagi-lagi ia memuji cairan penenang yang membantunya sampai ke titik ini.
Cayden tidak mengambil jeda dan langsung mengecup bibir Beth dengan lembut. Beth tercengang, baru kali ini ia tergoda hanya dengan kecupan lembut. Ia menyukai ini. Cayden kembali mengecup bibir Beth namun kali ini Beth membalasnya dengan lumatan yang panjang. Lidah mereka beradu melepaskan desahan dari mulut Beth.
Tiba-tiba Beth merasa hal yang aneh.
“Sorry, sebentar, aku ke kamar mandi dulu, terlalu banyak minum.” Beth bergegas ke kamar mandi untuk buang air kecil, dan seperti biasa sebelum tidur dengan suaminya, ia juga membersihkan dirinya sedikit. Sepertinya efek alkohol mulai mereda.
Keluar dari kamar mandi, ia menuju ke arah kamar tidur di mana Cayden telah menunggu sambil duduk di atas ranjang. Jalannya gontai tapi ia masih bisa menilai penampilan Cayden yang begitu tampan.
Ia harus melakukannya dengan cepat seperti biasanya dengan suaminya, tidak sampai sepuluh menit, dan tinggal nikmati hasilnya.
Beth mulai melepas sepatunya dan membuangnya sembarangan. Semakin mendekat, Beth mulai merasa sedikit kikuk. Cayden membaca itu dan langsung menyambar pinggang Beth yang sudah berada di jangkauannya. Menyebabkan Beth jatuh ke atas pangkuan Cayden.
“Kakimu bagus, jenjang dan mulus.” Tangan Cayden telah memulai petualangannya dari lutut Beth menuju pahanya kemudian naik ke bokong.
Beth memekik pelan ketika Cayden mencapai gundukan kembar itu dan meremasnya. Sejurus kemudian Cayden melempar tubuh Beth ke samping agar jatuh di ranjang.
Cayden menatap perempuan itu lekat-lekat, memindai tubuh moleknya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Indah, mulus dan montok. Kesukaannya.
Beth makin merasakan hasratnya menggebu, hasrat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Bahkan tatapan Cayden bisa membuatnya amat bergairah.
Cayden mengungkung tubuh Beth di bawahnya dan kembali mendaratkan ciuman. Beth bahkan tidak merasa jika sekarang Cayden menindihnya. Ciuman yang amat lama dan nikmat. Selama ini Beth selalu mendamba dicium seperti ini. Biasanya Seth hanya melumat sebentar saja.
Beth ini perempuan minim pengalaman dalam hal berciuman, benar-benar berbeda dengan penampilannya, pikir Cayden yang kali ini menggigit bibir bagian atas Beth tanda gemas.
“Ouch .…”
“Sorry ….“
Beth meremas belakang kepala Cayden guna memperdalam ciuman mereka. Ini sangat menggairahkan, apakah campuran alkohol benar-benar membuat hasrat seseorang begitu menggebu seperti ini? Cayden walau tidak mabuk, ia sempat menegak minuman warna cokelat seperti teh nya itu.
Laki-laki itu masih ingin berlama-lama melumat habis bibir Beth namun ia juga ingin menjelajahi area lain. Dilepaskannya tautan bibir mereka dengan bunyi decak yang renyah dan seksi. Ia melanjutkan kecupannya ke arah pipi kemudian ke belakang telinga, sambil menggoyangkan sedikit kecupannya yang membuat Beth mendesah.
“Cayden …”
Beth memanggil nama Cayden dengan suara yang parau.
“Yes …”
“Terus … Cayden.”
Gairah Cayden langsung membumbung tinggi mendengar Beth meracaukan namanya. Kebanggaannya yang sudah bangkit sejak tadi, tambah mengeras dan berkedut. Perempuan yang ingin dihamili ini sungguh menggairahkan.
Beth memejamkan mata dan tambah meracau menikmati bibir Cayden yang hangat dan basah yang kini menggila di lehernya. Campuran antara kecupan, gigitan dan isapan yang mengeluarkan suara decak. Seth tidak pernah melakukan hal seperti ini kepadanya. Sungguh ini hal yang baru baginya.
Cayden tersenyum karena telah berhasil mencetak jejak ciumannya. Besok pasti memerah. Kiss mark sebagai tanda betapa panasnya malam ini.
Permainan cinta satu malam mereka kian panas. Cayden membawa Beth membumbung tinggi di angkasa. Setiap gerakan adalah sebuah pengalaman baru. Beth dalam hati heran kepada dirinya sendiri. Mengapa ia bisa begitu bebas menikmati ini.
Berkali-kali ia heran dan membanding-bandingkan permainannya dengan yang biasa ia alami dengan Seth.
"Apakah kau menyukainya, manis?" tanya Cayden di sela-sela penyatuan mereka.
"Ya, kamu hebat," jawab Beth. Ia masih berada di bawah pengaruh alkohol, Beth merasa ringan dan sangat menikmati semua sentuhan Cayden.
Setelah beberapa kali pelepasan, Beth merasa lemas. Terus terang, ia tak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Dengan siapa pun, ini adalah yang pertama.
Stamina Cayden yang rajin olahraga dan fitness memang tak bisa diragukan lagi. Laki-laki itu sungguh sangat bangga kepada dirinya sendiri.
Cayden bahkan membimbing Beth melakukan gerakan-gerakan yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.
"Benar begitu, manis. Ini posisi romantis kan?" tanya Cayden saat perempuan itu berada di atasnya.
Rambut Beth berantakan dan make upnya juga. Kiss mark terlihat di mana-mana. Cayden mengagumi wajah perempuan itu, kemudian ia simpan di dalam memorinya. Begitu juga Beth, ia akan menyimpan wajah laki-laki tampan itu dan benih yang akan diberikan malam ini.
Tak lama kemudian Beth mendapat pelepasannya lagi diikuti oleh Cayden.
Dengan lembut Cayden memberi kecupan di kening Beth. Sangat menenangkan.
Beth tersenyum dan memberikan kecupan tanda terimakasih kepada laki-laki tampan itu karena memberinya benih dan memberinya pengalaman baru dalam bercinta.
Apa aku bisa hamil dengan begini? Batin Beth.
Efek alkohol yang Beth tadi rasakan sudah mulai memudar sejak ia masuk kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai mandi, ia melihat bayangannya di kaca kamar mandi, baru pertama kali ini ia melihat bayangan seorang wanita yang berbeda dari biasanya. Terlihat lelah namun segar di saat bersamaan.Ia melirik jam di ponselnya, gawat sudah pukul 02.38. Apa mungkin ia pulang jam segini tanpa digunjingkan para tetangganya? Dan bagaimana caranya ia pulang? Dengan taksi online? Membayangkannya saja ia seram. Biasanya, ia tidak pernah keluar rumah setelah jam delapan malam.Keluar dari kamar mandi, ia berjinjit, takut membangunkan Cayden yang telah tertidur pulas dengan tubuh polos dan hanya ditutupi selimut.Ia memutuskan untuk tidur saja, besok pagi baru akan pulang. Ia membaringkan diri di sebelah Cayden yang terlihat tidak akan bangun walau ada gempa. Beth meneliti wajah laki-laki itu. Sungguh tampan dengan garis rahang yang tegas dan hidung yang mancung. Bibirnya indah, ingin
“Maaf, Kak, saya baru saja habis mandi.”Beth berlari menuju gerbang. Rambut pendeknya yang masih setengah basah menempel di pelipisnya, sisa airnya menetes ke leher. Ia buru-buru membuka kunci, lalu mendorong gerbang berat itu hingga berderit.Mobil hitam berkilap meluncur masuk tanpa terburu-buru, seperti predator yang tahu buruannya tak akan lari ke mana-mana. Saat kendaraan itu berhenti, pintu terbuka, dan keluarlah Erica, ibu mertuanya, diikuti dua putrinya, Claire dan Amy.Jantung Beth mencelos. Ia menelan ludah, instingnya langsung menjerit. Mereka tidak pernah memberi kabar jika hendak datang.“Kenapa Ibu dan Kakak tidak telepon dulu?” tanyanya, suaranya sedikit bergetar. “Kalau telepon, pasti saya tunggu.”Claire hanya mendelik. Amy mendengus pendek.“Buat apa telepon? Ini rumah adikku, bukan rumahmu,” ucapnya sambil menyampirkan tas mahalnya ke pundak Beth, seolah Beth ini hanya gantungan hidup yang kebetulan berbentuk manusia.Beth buru-buru menangkapnya sebelum jatuh. Belu
“Sudah tadi ya sampainya? Maaf aku tak tahu. Seharusnya kamu telepon, biar aku bisa pulang lebih cepat.” Beth bergegas mendekati Seth yang sekarang sedang duduk di sofa memainkan ponselnya.Kopernya masih belum ia bereskan, pikirnya biar itu menjadi pekerjaan Beth.“Hhh …” hanya bunyi itu yang keluar dari mulutnya.Beth meletakkan tas kerjanya sembarangan dan membereskan koper Seth, membawanya ke dalam kamar dan memilah semua baju kotor untuk dimasukkan ke mesin cuci.Seth pintar, selama lima tahun perselingkuhannya dengan Conny, ia sama sekali tidak meninggalkan jejak barang sehelai rambut pun. Jadi ia percaya diri jika kopernya digeledah oleh Beth.“Minggu depan ada undangan makan malam khusus menyambut bos baru di kantor pusat. Kita diundang, maksudnya aku harus datang bersamamu.” Seth berbicara tanpa sedikit pun menatap Beth.Beberapa saat jeda sebelum Beth menjawab, “baiklah.”“Ingat, ini acara formal, kau harus mengenakan pakaian bagus. Nanti aku transfer untuk beli baju baru. L
Seminggu kemudian, Malam ini diadakan acara makan malam perusahaan Seth di sebuah hotel bintang lima guna menyambut bos baru yang akan memegang kantor pusat mulai sekarang. Ia adalah putra dari pemilik perusahaan tersebut. Baru saja pulang dari Amerika Serikat setelah lama bekerja di perusahaan tambang terbesar di negeri Paman Sam itu.Beth telah menyiapkan pakaian formal yang ia beli di toko berwarna oranye. Untung ada flash sale, jadi ia bisa mendapat pakaian yang bagus tetapi dengan harga miring. Masih ada kembalian lima puluh ribu, lumayan.Ia memilih rok hitam panjang dan kemeja panjang berwarna dusty pink. Ia padukan dengan tas anyaman berwarna hitam yang simple dan anggun, menurutnya. Ia juga membeli flat shoes warna hitam dengan payet berwarna perak di bagian ujung kakinya. Tetapi karena roknya yang panjang, flat shoes itu tidak terlalu terlihat. Beth tidak pernah memakai sepatu hak tinggi, kecuali pada malam ia bertemu Cayden. Pakaian dan sepatu itu pun sekarang telah Beth b
BAB 1Suara musik menghentak, membuat telinga siapapun yang mendengarnya hampir pecah setiap kali lagu itu menyentuh nada bass yang rendah. Bau rokok bercampur parfum dan keringat orang yang sedang menikmati meriahnya pesta di sebuah klub malam ini, juga semerbak memenuhi hidung. Beth, perempuan yang baru pertama kali menginjakkan kaki di suasana kacau macam begini, mulai merasa tidak nyaman. Kakinya ia getarkan gelisah. Ia sedang menyiapkan manuver untuk kabur sewantu-waktu. Pakaiannya juga tidak nyaman. Beth mengenakan rok pendek yang mencetak bokong persiknya dengan begitu jelas. Kakinya yang jenjang juga tak mungkin bisa tertutupi rok itu, apalagi potongan dada rendah dari atasannya yang hampir menumpahkan dadanya.Sedangkan, sehari-harinya, ia biasa mengenakan celana panjang berbahan kain yang kebesaran dan atasan tertutup.Namun ia harus kuat, inilah kesempatan satu-satunya untuk mengakhiri penderitaannya. Malam ini ia harus berakhir di ranjang dengan seseorang agar misinya ber
Seminggu kemudian, Malam ini diadakan acara makan malam perusahaan Seth di sebuah hotel bintang lima guna menyambut bos baru yang akan memegang kantor pusat mulai sekarang. Ia adalah putra dari pemilik perusahaan tersebut. Baru saja pulang dari Amerika Serikat setelah lama bekerja di perusahaan tambang terbesar di negeri Paman Sam itu.Beth telah menyiapkan pakaian formal yang ia beli di toko berwarna oranye. Untung ada flash sale, jadi ia bisa mendapat pakaian yang bagus tetapi dengan harga miring. Masih ada kembalian lima puluh ribu, lumayan.Ia memilih rok hitam panjang dan kemeja panjang berwarna dusty pink. Ia padukan dengan tas anyaman berwarna hitam yang simple dan anggun, menurutnya. Ia juga membeli flat shoes warna hitam dengan payet berwarna perak di bagian ujung kakinya. Tetapi karena roknya yang panjang, flat shoes itu tidak terlalu terlihat. Beth tidak pernah memakai sepatu hak tinggi, kecuali pada malam ia bertemu Cayden. Pakaian dan sepatu itu pun sekarang telah Beth b
“Sudah tadi ya sampainya? Maaf aku tak tahu. Seharusnya kamu telepon, biar aku bisa pulang lebih cepat.” Beth bergegas mendekati Seth yang sekarang sedang duduk di sofa memainkan ponselnya.Kopernya masih belum ia bereskan, pikirnya biar itu menjadi pekerjaan Beth.“Hhh …” hanya bunyi itu yang keluar dari mulutnya.Beth meletakkan tas kerjanya sembarangan dan membereskan koper Seth, membawanya ke dalam kamar dan memilah semua baju kotor untuk dimasukkan ke mesin cuci.Seth pintar, selama lima tahun perselingkuhannya dengan Conny, ia sama sekali tidak meninggalkan jejak barang sehelai rambut pun. Jadi ia percaya diri jika kopernya digeledah oleh Beth.“Minggu depan ada undangan makan malam khusus menyambut bos baru di kantor pusat. Kita diundang, maksudnya aku harus datang bersamamu.” Seth berbicara tanpa sedikit pun menatap Beth.Beberapa saat jeda sebelum Beth menjawab, “baiklah.”“Ingat, ini acara formal, kau harus mengenakan pakaian bagus. Nanti aku transfer untuk beli baju baru. L
“Maaf, Kak, saya baru saja habis mandi.”Beth berlari menuju gerbang. Rambut pendeknya yang masih setengah basah menempel di pelipisnya, sisa airnya menetes ke leher. Ia buru-buru membuka kunci, lalu mendorong gerbang berat itu hingga berderit.Mobil hitam berkilap meluncur masuk tanpa terburu-buru, seperti predator yang tahu buruannya tak akan lari ke mana-mana. Saat kendaraan itu berhenti, pintu terbuka, dan keluarlah Erica, ibu mertuanya, diikuti dua putrinya, Claire dan Amy.Jantung Beth mencelos. Ia menelan ludah, instingnya langsung menjerit. Mereka tidak pernah memberi kabar jika hendak datang.“Kenapa Ibu dan Kakak tidak telepon dulu?” tanyanya, suaranya sedikit bergetar. “Kalau telepon, pasti saya tunggu.”Claire hanya mendelik. Amy mendengus pendek.“Buat apa telepon? Ini rumah adikku, bukan rumahmu,” ucapnya sambil menyampirkan tas mahalnya ke pundak Beth, seolah Beth ini hanya gantungan hidup yang kebetulan berbentuk manusia.Beth buru-buru menangkapnya sebelum jatuh. Belu
Efek alkohol yang Beth tadi rasakan sudah mulai memudar sejak ia masuk kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai mandi, ia melihat bayangannya di kaca kamar mandi, baru pertama kali ini ia melihat bayangan seorang wanita yang berbeda dari biasanya. Terlihat lelah namun segar di saat bersamaan.Ia melirik jam di ponselnya, gawat sudah pukul 02.38. Apa mungkin ia pulang jam segini tanpa digunjingkan para tetangganya? Dan bagaimana caranya ia pulang? Dengan taksi online? Membayangkannya saja ia seram. Biasanya, ia tidak pernah keluar rumah setelah jam delapan malam.Keluar dari kamar mandi, ia berjinjit, takut membangunkan Cayden yang telah tertidur pulas dengan tubuh polos dan hanya ditutupi selimut.Ia memutuskan untuk tidur saja, besok pagi baru akan pulang. Ia membaringkan diri di sebelah Cayden yang terlihat tidak akan bangun walau ada gempa. Beth meneliti wajah laki-laki itu. Sungguh tampan dengan garis rahang yang tegas dan hidung yang mancung. Bibirnya indah, ingin
BAB 2“Apa?” Mata Cayden langsung melebar, perempuan ini benar-benar lepas kendali, sampai-sampai mengatakan hal yang aneh seperti ini.“Iya, Cayden, aku ingin kamu menghamiliku. Malam ini.” Suara musik menenggelamkan suara mabuk Beth, Cayden tidak yakin dengan apa ya didengarnya.Tiba-tiba Beth meraih tangan Cayden dan menempatkan di bokongnya. Rayuan seperti ini sering ia dapatkan jika pergi ke klub malam seperti ini. Tetapi ada sesuatu yang membuat Cayden tergerak untuk mengetahui lebih jauh. Anggap ini bonus, Cayden. Lihatlah betapa ranumnya wanita ini. Sedari tadi pun Cayden memang telah mengincar Beth yang sepertinya manis untuk ia cicipi.“Kita pergi dari sini.” Cayden mebopong Beth keluar setelah membayar semua tagihan minumannya. Beth terkekeh sembari di bawa pergi ke basement tempat mobil Cayden diparkir.Setelah membantu Beth masuk ke dalam mobilnya, ia bergegas menuju kursi kemudi. Sebelum menghidupkan mesin, ia memindai lagi tubuh Beth yang molek dan bertanya, “kamu ingin
BAB 1Suara musik menghentak, membuat telinga siapapun yang mendengarnya hampir pecah setiap kali lagu itu menyentuh nada bass yang rendah. Bau rokok bercampur parfum dan keringat orang yang sedang menikmati meriahnya pesta di sebuah klub malam ini, juga semerbak memenuhi hidung. Beth, perempuan yang baru pertama kali menginjakkan kaki di suasana kacau macam begini, mulai merasa tidak nyaman. Kakinya ia getarkan gelisah. Ia sedang menyiapkan manuver untuk kabur sewantu-waktu. Pakaiannya juga tidak nyaman. Beth mengenakan rok pendek yang mencetak bokong persiknya dengan begitu jelas. Kakinya yang jenjang juga tak mungkin bisa tertutupi rok itu, apalagi potongan dada rendah dari atasannya yang hampir menumpahkan dadanya.Sedangkan, sehari-harinya, ia biasa mengenakan celana panjang berbahan kain yang kebesaran dan atasan tertutup.Namun ia harus kuat, inilah kesempatan satu-satunya untuk mengakhiri penderitaannya. Malam ini ia harus berakhir di ranjang dengan seseorang agar misinya ber