Seminggu kemudian,
Malam ini diadakan acara makan malam perusahaan Seth di sebuah hotel bintang lima guna menyambut bos baru yang akan memegang kantor pusat mulai sekarang. Ia adalah putra dari pemilik perusahaan tersebut. Baru saja pulang dari Amerika Serikat setelah lama bekerja di perusahaan tambang terbesar di negeri Paman Sam itu. Beth telah menyiapkan pakaian formal yang ia beli di toko berwarna oranye. Untung ada flash sale, jadi ia bisa mendapat pakaian yang bagus tetapi dengan harga miring. Masih ada kembalian lima puluh ribu, lumayan. Ia memilih rok hitam panjang dan kemeja panjang berwarna dusty pink. Ia padukan dengan tas anyaman berwarna hitam yang simple dan anggun, menurutnya. Ia juga membeli flat shoes warna hitam dengan payet berwarna perak di bagian ujung kakinya. Tetapi karena roknya yang panjang, flat shoes itu tidak terlalu terlihat. Beth tidak pernah memakai sepatu hak tinggi, kecuali pada malam ia bertemu Cayden. Pakaian dan sepatu itu pun sekarang telah Beth buang. Untung ia dapat dari flash sale juga di toko yang sama. Karena rambutnya pendek sebahu, tidak banyak yang bisa dilakukan terhadap rambutnya itu, jadi Beth hanya menyisirnya rapi. Ia pulas sedikit lip tint dan blush on sekenanya. Waktu mereka berangkat, Seth memindai penampilan Beth dan berkata dalam hati, “kayak emak-emak.” Laki-laki itu hanya menggelengkan kepala tanda tak habis pikir. Ia lebih menyiapkan dirinya untuk melihat Conny yang akan datang bersama suaminya. Akankah ia sanggup? Perjalanan menuju hotel tempat diadakannya makan malam membutuhkan waktu sekitar satu jam. Di dalam mobil, Beth yang ingin mencairkan suasana, menanyakan banyak hal dengan berbagai topik. Namun Seth hanya menjawab sekenanya seperti biasa. Ia lebih disibukkan dengan kegundahan hati karena cemburu memikirkan Conny akan digandeng oleh suaminya. Setibanya di depan lobi, jasa valet membantu Seth untuk memarkirkan mobil miliknya. Mereka pun masuk ke dalam lobi menuju ballroom yang dijadikan tempat makan malam dan penyambutan bos baru. Seth sama sekali tidak menggandeng tangan Beth, ia bahkan berjalan lebih dahulu dengan langkah yang lebar, Beth hampir ketinggalan. Seth ingin sedapatnya menghindari pertemuannya dengan Conny. Memikirkannya saja hatinya terasa sakit. Setelah mendapat tempat duduk, Seth meninggalkan Beth sebentar dan menyuruhnya untuk tidak ke mana-mana. Beth mengedarkan matanya ke sekeliling, mengangguk dan menyapa saat ada rekan Seth yang lewat. Mereka memang tidak terlalu kenal, tetapi beberapa kali bertemu di acara-acara seperti ini. Tak sengaja ia mendengar rekan-rekan Seth yang duduk satu meja dengannya sedang menggosipkan sesuatu. “Dengar-dengar bos baru kita ini super tampan lho. Masih muda lagi.” Kata perempuan yang duduk tak terlalu jauh di depannya. Ia datang bersama seseorang yang mungkin adalah pasangannya yang terlihat bosan. “Iya, ia lulusan kenamaan di luar negeri. Karyawan terbaik di perusahaan sebelumnya. Dan dia masih lajang, sempurna.” Sahut perempuan yang di sebelahnya lagi. “Jangan senang dulu ladies, yang aku dengar malah mengerikan. Nanti kita tambah nggak bisa pulang tepat waktu. Ia kejam dan menuntut terlalu banyak. Dan ceweknya banyak.” Kata pria yang duduk persis di sebelah kanannya. Beth yang mendengar tidak bisa berpura-pura tidak mendengar, ia ikut tersenyum dengan mereka. Acara segera dimulai. Seth telah kembali dan duduk di sebelah kirinya. Dari arah Beth duduk, ia bisa melihat panggung di dekat mereka dengan jelas. Di sana dipasang spanduk dengan tulisan: ‘Acara Perpisahan dan Penyambutan CEO Baru Amberfoth Minerals 14 Februari 2025’. Agak jauh dari ia duduk, terdapat sebuah meja yang terlihat berbeda, tebakan Beth, di sanalah tempat duduk para petinggi dan CEO yang baru. Ia melirik sedikit dan mengangguk-anggukan kepalanya. Yah benar kata perempuan yang duduk di dekatnya, sepertinya CEO itu tampan. Terlihat seorang pria dengan setelan jas yang gagah. Dari samping, wajahnya terlihat tegas. Tapi entah itu CEO yang baru atau petinggi lain yang Beth tidak pernah lihat sebelumnya. Setelah pembukaan oleh MC, ia mengundang CEO yang lama. Beth mengenal laki-laki tua botak yang bernama Mr. Ronald Ash itu. Tentu saja ia sering melihatnya di acara-acara perkumpulan karyawan perusahaan itu. Acara cukup mengharukan, karena Mr. Ronald telah dikenal semua karyawan sebagai CEO yang kebapakan. Setelah selesai menayangkan kesan dan pesan dari para karyawan, termasuk Seth, yang telah direkam sebelunya, akhirnya saatnya sang CEO yang baru diperkenalkan. Hampir semua dari yang datang mulai mengarahkan ponsel mereka untuk merekam. Lampu diredupkan dan lampu sorot diarahkan ke meja para petinggi tadi. “Kami sangat terhormat, memiliki seorang pemimpin baru yang muda dan memiliki visi ke depan. Selamat datang Mr. Cayden Amberfoth.” Tunggu. Cayden? ‘Siapa?’ Suara-suara di kepala Beth mulai berisik. ‘Ah, nama itu saja sudah bikin aku teringat memori itu. Memang nama yang umum ya?" kata suara yang lain. ‘Itu orang yang sama atau beda?’ Ada suara lain lagi yang menyahut. “Beda ….” Tak sadar Beth mengucapkan kata itu pelan, tidak ada yang mendengar. Cayden naik ke panggung mendekati sang pembawa acara dan meraih mikrofon darinya. “Terimakasih telah menyambut saya. Kita akan bekerja lebih keras setelah ini,” ucapnya. Kalimat itu diikuti riuhnya tepuk tangan dari semua yang hadir di ballroom itu. Mata Beth membulat, suara itu. Ia ingat suara itu, suara serak dan dalam yang membisikkan kata-kata menggairahkan di telinganya saat tubuh mereka bertautan. *Tidak Ia merasakan tubuhnya mulai mengeluarkan keringat, padahal ruangan ini full AC. Perasaan yang persis seperti waktu ia SD dan hampir ketahuan menyontek. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Kabur? Tidak bisa. Ia berusaha menenangkan dirinya. Tidak mungkin pria itu mengenalinya, jadi tenang saja. ‘Cara berpakaianku saja berbeda hari ini, make up ku tidak setebal waktu itu. Aku benar-benar orang yang berbeda.’ Pikirnya. Tetapi tetap saja, pemikiran itu tidak bisa benar-benar menenangkannya. MC mulai menanyakan banyak hal kepada Cayden, seperti berapa umurnya dan hobinya. Dan apa yang akan ia lakukan untuk memajukan Amberforth Minerals ke depannya. “Umur saya 34 tahun. Hobi saya hampir tidak ada. Dan … saya akan membuat kalian semua mengeluarkan kemampuan terbaik kalian untuk perusahaan ini dan tentu saja, kalian tidak boleh pulang sebelum pekerjaan yang saya minta beres.” Ia mengakhiri kalimatnya itu dengan menunjuk ke seluruh ruangan. Riuh bak lebah yang mendengung dari para karyawan yang hadir kemudian hilang setelah mereka semua bertepuk tangan. Acara serah terima jabatan telah selesai, MC telah mempersilakan semua yang hadir untuk menikmati hidangan. Semoga setelah makan, acaranya selesai dan ia bisa langsung pulang. Ia bisa lega sedikit dan menikmati makanannya. “Mr. Cayden akan menghampiri setiap direktur, manajer dan perwakilan staff dari setiap departemen. Beliau akan berkenalan langsung dengan mereka dan keluarganya. Acara dan tempat saya serahkan." ‘Apa artinya itu?’ Beth mulai panik. Seth adalah manajer keuangan. Gawat ini.Didampingi Ronald, CEO yang lama dan beberapa orang lain di belakangnya. Cayden mulai berjalan mendekati setiap meja yang ditunjuk oleh orang-orang yang mengikutinya. Keringat yang tadinya hanya terasa keluar, sekarang benar-benar keluar. Cayden mendekati mereka. Laki-laki yang ia lihat setiap bagian dan lekuk tubuhnya seminggu yang lalu, sekarang berada tepat di hadapannya.“Kita sampai di bagian keuangan. Saya perkenalkan Mr. Seth Heron, beliau manajer keuangan kita. Hari ini datang bersama istrinya, betul Heron?”“Betul . Saya siap mengeluarkan potensi saya yang terbaik. Mr. Amberforth, mohon bimbingannya.” Seth menjabat tangan Cayden. Cayden tersenyum sedikit.“Bagus, buktikan,” kata Cayden dengan suara yang tegas dan dalam.Cayden mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Beth. Beth menunduk dan meraih tangan itu dengan tangannya yang basah karena keringat.Pernahkah mendengar detak jantung kalian dengan jelas? Itu yang dialami Beth sekarang. Rasanya ia tidak bisa mendengar ya
“Setiap hari?” Beth memekik dalam bisikannya.“Sstt… Ya, setiap hari dan kapan pun aku mau," ujar Cayden sambil mengerlingkan matanya.Tanpa persetujuan, Cayden merenggut lagi bibir Beth yang terbuka. Memberikannya getaran layaknya sengatan listrik di daerah kewanitaannya. Cayden menyusupkan tangannya ke dalam rok Beth. Hanya ingin memeriksa sesuatu.“Kamu sudah siap Beth. Kamu juga menginginkannya ‘kan?” Cayden mengangkat rok Beth yang panjang dan menyibakkan kain yang membungkus kelopak bunganya.Beth merasakan tonjolan di balik celana Cayden, yang artinya laki-laki itu siap menghabiskan malam panas bersama.“Kita lakukan cepat di sini ya, aku sudah tak tahan,” bisik Cayden di telinga Beth.“Hah? Di sini? Kamu gila ya, kalau ada yang lihat bagaimana?” kata Beth tak percaya.“Jangan khawatir, nikmati saja Beth. Percayalah, pasti akan sangat menyenangkan,” ucap Cayden.Area mereka berada adalah titik gelap tanpa penerangan lampu. Mustahil orang bisa melihat ke sana kecuali Cayden dan
BAB 1Suara musik menghentak, membuat telinga siapapun yang mendengarnya hampir pecah setiap kali lagu itu menyentuh nada bass yang rendah. Bau rokok bercampur parfum dan keringat orang yang sedang menikmati meriahnya pesta di sebuah klub malam ini, juga semerbak memenuhi hidung. Beth, perempuan yang baru pertama kali menginjakkan kaki di suasana kacau macam begini, mulai merasa tidak nyaman. Kakinya ia getarkan gelisah. Ia sedang menyiapkan manuver untuk kabur sewantu-waktu. Pakaiannya juga tidak nyaman. Beth mengenakan rok pendek yang mencetak bokong persiknya dengan begitu jelas. Kakinya yang jenjang juga tak mungkin bisa tertutupi rok itu, apalagi potongan dada rendah dari atasannya yang hampir menumpahkan dadanya.Sedangkan, sehari-harinya, ia biasa mengenakan celana panjang berbahan kain yang kebesaran dan atasan tertutup.Namun ia harus kuat, inilah kesempatan satu-satunya untuk mengakhiri penderitaannya. Malam ini ia harus berakhir di ranjang dengan seseorang agar misinya ber
BAB 2“Apa?” Mata Cayden langsung melebar, perempuan ini benar-benar lepas kendali, sampai-sampai mengatakan hal yang aneh seperti ini.“Iya, Cayden, aku ingin kamu menghamiliku. Malam ini.” Suara musik menenggelamkan suara mabuk Beth, Cayden tidak yakin dengan apa ya didengarnya.Tiba-tiba Beth meraih tangan Cayden dan menempatkan di bokongnya. Rayuan seperti ini sering ia dapatkan jika pergi ke klub malam seperti ini. Tetapi ada sesuatu yang membuat Cayden tergerak untuk mengetahui lebih jauh. Anggap ini bonus, Cayden. Lihatlah betapa ranumnya wanita ini. Sedari tadi pun Cayden memang telah mengincar Beth yang sepertinya manis untuk ia cicipi.“Kita pergi dari sini.” Cayden mebopong Beth keluar setelah membayar semua tagihan minumannya. Beth terkekeh sembari di bawa pergi ke basement tempat mobil Cayden diparkir.Setelah membantu Beth masuk ke dalam mobilnya, ia bergegas menuju kursi kemudi. Sebelum menghidupkan mesin, ia memindai lagi tubuh Beth yang molek dan bertanya, “kamu ingin
Efek alkohol yang Beth tadi rasakan sudah mulai memudar sejak ia masuk kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai mandi, ia melihat bayangannya di kaca kamar mandi, baru pertama kali ini ia melihat bayangan seorang wanita yang berbeda dari biasanya. Terlihat lelah namun segar di saat bersamaan.Ia melirik jam di ponselnya, gawat sudah pukul 02.38. Apa mungkin ia pulang jam segini tanpa digunjingkan para tetangganya? Dan bagaimana caranya ia pulang? Dengan taksi online? Membayangkannya saja ia seram. Biasanya, ia tidak pernah keluar rumah setelah jam delapan malam.Keluar dari kamar mandi, ia berjinjit, takut membangunkan Cayden yang telah tertidur pulas dengan tubuh polos dan hanya ditutupi selimut.Ia memutuskan untuk tidur saja, besok pagi baru akan pulang. Ia membaringkan diri di sebelah Cayden yang terlihat tidak akan bangun walau ada gempa. Beth meneliti wajah laki-laki itu. Sungguh tampan dengan garis rahang yang tegas dan hidung yang mancung. Bibirnya indah, ingin
“Maaf, Kak, saya baru saja habis mandi.”Beth berlari menuju gerbang. Rambut pendeknya yang masih setengah basah menempel di pelipisnya, sisa airnya menetes ke leher. Ia buru-buru membuka kunci, lalu mendorong gerbang berat itu hingga berderit.Mobil hitam berkilap meluncur masuk tanpa terburu-buru, seperti predator yang tahu buruannya tak akan lari ke mana-mana. Saat kendaraan itu berhenti, pintu terbuka, dan keluarlah Erica, ibu mertuanya, diikuti dua putrinya, Claire dan Amy.Jantung Beth mencelos. Ia menelan ludah, instingnya langsung menjerit. Mereka tidak pernah memberi kabar jika hendak datang.“Kenapa Ibu dan Kakak tidak telepon dulu?” tanyanya, suaranya sedikit bergetar. “Kalau telepon, pasti saya tunggu.”Claire hanya mendelik. Amy mendengus pendek.“Buat apa telepon? Ini rumah adikku, bukan rumahmu,” ucapnya sambil menyampirkan tas mahalnya ke pundak Beth, seolah Beth ini hanya gantungan hidup yang kebetulan berbentuk manusia.Beth buru-buru menangkapnya sebelum jatuh. Belu
“Sudah tadi ya sampainya? Maaf aku tak tahu. Seharusnya kamu telepon, biar aku bisa pulang lebih cepat.” Beth bergegas mendekati Seth yang sekarang sedang duduk di sofa memainkan ponselnya.Kopernya masih belum ia bereskan, pikirnya biar itu menjadi pekerjaan Beth.“Hhh …” hanya bunyi itu yang keluar dari mulutnya.Beth meletakkan tas kerjanya sembarangan dan membereskan koper Seth, membawanya ke dalam kamar dan memilah semua baju kotor untuk dimasukkan ke mesin cuci.Seth pintar, selama lima tahun perselingkuhannya dengan Conny, ia sama sekali tidak meninggalkan jejak barang sehelai rambut pun. Jadi ia percaya diri jika kopernya digeledah oleh Beth.“Minggu depan ada undangan makan malam khusus menyambut bos baru di kantor pusat. Kita diundang, maksudnya aku harus datang bersamamu.” Seth berbicara tanpa sedikit pun menatap Beth.Beberapa saat jeda sebelum Beth menjawab, “baiklah.”“Ingat, ini acara formal, kau harus mengenakan pakaian bagus. Nanti aku transfer untuk beli baju baru. L
“Setiap hari?” Beth memekik dalam bisikannya.“Sstt… Ya, setiap hari dan kapan pun aku mau," ujar Cayden sambil mengerlingkan matanya.Tanpa persetujuan, Cayden merenggut lagi bibir Beth yang terbuka. Memberikannya getaran layaknya sengatan listrik di daerah kewanitaannya. Cayden menyusupkan tangannya ke dalam rok Beth. Hanya ingin memeriksa sesuatu.“Kamu sudah siap Beth. Kamu juga menginginkannya ‘kan?” Cayden mengangkat rok Beth yang panjang dan menyibakkan kain yang membungkus kelopak bunganya.Beth merasakan tonjolan di balik celana Cayden, yang artinya laki-laki itu siap menghabiskan malam panas bersama.“Kita lakukan cepat di sini ya, aku sudah tak tahan,” bisik Cayden di telinga Beth.“Hah? Di sini? Kamu gila ya, kalau ada yang lihat bagaimana?” kata Beth tak percaya.“Jangan khawatir, nikmati saja Beth. Percayalah, pasti akan sangat menyenangkan,” ucap Cayden.Area mereka berada adalah titik gelap tanpa penerangan lampu. Mustahil orang bisa melihat ke sana kecuali Cayden dan
Didampingi Ronald, CEO yang lama dan beberapa orang lain di belakangnya. Cayden mulai berjalan mendekati setiap meja yang ditunjuk oleh orang-orang yang mengikutinya. Keringat yang tadinya hanya terasa keluar, sekarang benar-benar keluar. Cayden mendekati mereka. Laki-laki yang ia lihat setiap bagian dan lekuk tubuhnya seminggu yang lalu, sekarang berada tepat di hadapannya.“Kita sampai di bagian keuangan. Saya perkenalkan Mr. Seth Heron, beliau manajer keuangan kita. Hari ini datang bersama istrinya, betul Heron?”“Betul . Saya siap mengeluarkan potensi saya yang terbaik. Mr. Amberforth, mohon bimbingannya.” Seth menjabat tangan Cayden. Cayden tersenyum sedikit.“Bagus, buktikan,” kata Cayden dengan suara yang tegas dan dalam.Cayden mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Beth. Beth menunduk dan meraih tangan itu dengan tangannya yang basah karena keringat.Pernahkah mendengar detak jantung kalian dengan jelas? Itu yang dialami Beth sekarang. Rasanya ia tidak bisa mendengar ya
Seminggu kemudian, Malam ini diadakan acara makan malam perusahaan Seth di sebuah hotel bintang lima guna menyambut bos baru yang akan memegang kantor pusat mulai sekarang. Ia adalah putra dari pemilik perusahaan tersebut. Baru saja pulang dari Amerika Serikat setelah lama bekerja di perusahaan tambang terbesar di negeri Paman Sam itu.Beth telah menyiapkan pakaian formal yang ia beli di toko berwarna oranye. Untung ada flash sale, jadi ia bisa mendapat pakaian yang bagus tetapi dengan harga miring. Masih ada kembalian lima puluh ribu, lumayan.Ia memilih rok hitam panjang dan kemeja panjang berwarna dusty pink. Ia padukan dengan tas anyaman berwarna hitam yang simple dan anggun, menurutnya. Ia juga membeli flat shoes warna hitam dengan payet berwarna perak di bagian ujung kakinya. Tetapi karena roknya yang panjang, flat shoes itu tidak terlalu terlihat. Beth tidak pernah memakai sepatu hak tinggi, kecuali pada malam ia bertemu Cayden. Pakaian dan sepatu itu pun sekarang telah Beth b
“Sudah tadi ya sampainya? Maaf aku tak tahu. Seharusnya kamu telepon, biar aku bisa pulang lebih cepat.” Beth bergegas mendekati Seth yang sekarang sedang duduk di sofa memainkan ponselnya.Kopernya masih belum ia bereskan, pikirnya biar itu menjadi pekerjaan Beth.“Hhh …” hanya bunyi itu yang keluar dari mulutnya.Beth meletakkan tas kerjanya sembarangan dan membereskan koper Seth, membawanya ke dalam kamar dan memilah semua baju kotor untuk dimasukkan ke mesin cuci.Seth pintar, selama lima tahun perselingkuhannya dengan Conny, ia sama sekali tidak meninggalkan jejak barang sehelai rambut pun. Jadi ia percaya diri jika kopernya digeledah oleh Beth.“Minggu depan ada undangan makan malam khusus menyambut bos baru di kantor pusat. Kita diundang, maksudnya aku harus datang bersamamu.” Seth berbicara tanpa sedikit pun menatap Beth.Beberapa saat jeda sebelum Beth menjawab, “baiklah.”“Ingat, ini acara formal, kau harus mengenakan pakaian bagus. Nanti aku transfer untuk beli baju baru. L
“Maaf, Kak, saya baru saja habis mandi.”Beth berlari menuju gerbang. Rambut pendeknya yang masih setengah basah menempel di pelipisnya, sisa airnya menetes ke leher. Ia buru-buru membuka kunci, lalu mendorong gerbang berat itu hingga berderit.Mobil hitam berkilap meluncur masuk tanpa terburu-buru, seperti predator yang tahu buruannya tak akan lari ke mana-mana. Saat kendaraan itu berhenti, pintu terbuka, dan keluarlah Erica, ibu mertuanya, diikuti dua putrinya, Claire dan Amy.Jantung Beth mencelos. Ia menelan ludah, instingnya langsung menjerit. Mereka tidak pernah memberi kabar jika hendak datang.“Kenapa Ibu dan Kakak tidak telepon dulu?” tanyanya, suaranya sedikit bergetar. “Kalau telepon, pasti saya tunggu.”Claire hanya mendelik. Amy mendengus pendek.“Buat apa telepon? Ini rumah adikku, bukan rumahmu,” ucapnya sambil menyampirkan tas mahalnya ke pundak Beth, seolah Beth ini hanya gantungan hidup yang kebetulan berbentuk manusia.Beth buru-buru menangkapnya sebelum jatuh. Belu
Efek alkohol yang Beth tadi rasakan sudah mulai memudar sejak ia masuk kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai mandi, ia melihat bayangannya di kaca kamar mandi, baru pertama kali ini ia melihat bayangan seorang wanita yang berbeda dari biasanya. Terlihat lelah namun segar di saat bersamaan.Ia melirik jam di ponselnya, gawat sudah pukul 02.38. Apa mungkin ia pulang jam segini tanpa digunjingkan para tetangganya? Dan bagaimana caranya ia pulang? Dengan taksi online? Membayangkannya saja ia seram. Biasanya, ia tidak pernah keluar rumah setelah jam delapan malam.Keluar dari kamar mandi, ia berjinjit, takut membangunkan Cayden yang telah tertidur pulas dengan tubuh polos dan hanya ditutupi selimut.Ia memutuskan untuk tidur saja, besok pagi baru akan pulang. Ia membaringkan diri di sebelah Cayden yang terlihat tidak akan bangun walau ada gempa. Beth meneliti wajah laki-laki itu. Sungguh tampan dengan garis rahang yang tegas dan hidung yang mancung. Bibirnya indah, ingin
BAB 2“Apa?” Mata Cayden langsung melebar, perempuan ini benar-benar lepas kendali, sampai-sampai mengatakan hal yang aneh seperti ini.“Iya, Cayden, aku ingin kamu menghamiliku. Malam ini.” Suara musik menenggelamkan suara mabuk Beth, Cayden tidak yakin dengan apa ya didengarnya.Tiba-tiba Beth meraih tangan Cayden dan menempatkan di bokongnya. Rayuan seperti ini sering ia dapatkan jika pergi ke klub malam seperti ini. Tetapi ada sesuatu yang membuat Cayden tergerak untuk mengetahui lebih jauh. Anggap ini bonus, Cayden. Lihatlah betapa ranumnya wanita ini. Sedari tadi pun Cayden memang telah mengincar Beth yang sepertinya manis untuk ia cicipi.“Kita pergi dari sini.” Cayden mebopong Beth keluar setelah membayar semua tagihan minumannya. Beth terkekeh sembari di bawa pergi ke basement tempat mobil Cayden diparkir.Setelah membantu Beth masuk ke dalam mobilnya, ia bergegas menuju kursi kemudi. Sebelum menghidupkan mesin, ia memindai lagi tubuh Beth yang molek dan bertanya, “kamu ingin
BAB 1Suara musik menghentak, membuat telinga siapapun yang mendengarnya hampir pecah setiap kali lagu itu menyentuh nada bass yang rendah. Bau rokok bercampur parfum dan keringat orang yang sedang menikmati meriahnya pesta di sebuah klub malam ini, juga semerbak memenuhi hidung. Beth, perempuan yang baru pertama kali menginjakkan kaki di suasana kacau macam begini, mulai merasa tidak nyaman. Kakinya ia getarkan gelisah. Ia sedang menyiapkan manuver untuk kabur sewantu-waktu. Pakaiannya juga tidak nyaman. Beth mengenakan rok pendek yang mencetak bokong persiknya dengan begitu jelas. Kakinya yang jenjang juga tak mungkin bisa tertutupi rok itu, apalagi potongan dada rendah dari atasannya yang hampir menumpahkan dadanya.Sedangkan, sehari-harinya, ia biasa mengenakan celana panjang berbahan kain yang kebesaran dan atasan tertutup.Namun ia harus kuat, inilah kesempatan satu-satunya untuk mengakhiri penderitaannya. Malam ini ia harus berakhir di ranjang dengan seseorang agar misinya ber