Share

Bab 3

Author: Ayu Kristin
last update Last Updated: 2022-10-11 15:19:03

Lelaki yang mengenakan baju berwarna putih itu menepis kasar tangan Wisnu. Perlahan Wisnu pun menarik kembali uluran tangannya.

"Abah!" sentak Asma menaikkan nada suaranya seraya menatap nanar kepada Abah.

"Siapa yang mengundang kalian datang ke sini?" cetus Abah dengan wajah kesal.

"Bukankah Abah sudah bilang sama kamu, Asma. Selama kamu masih menjadi istri dari lelaki miskin ini jangan pernah injakan kakimu di rumah Abah!" ucap Abah penuh penekanan.

Tubuh Asma seketika bergetar hebat. Seluruh pasang mata yang berada di pesta itu menatap pada Wisnu dan juga Asma dengan tatapan aneh. Suara menggelegar apa cukup menarik perhatian para tamu undangan.

"Abah!" Asma menaikkan nada suaranya menatap nyalang pada lelaki bertubuh kurus tinggi yang berdiri di hadapannya.

"Umi yang mengundang mereka datang ke sini, Abah!" cetus Umi dengan suara bergetar. Butiran bening sudah memenuhi pelupuk mata tua itu.

"Untuk apa Umi mengundang mereka, bikin malu saja!" cetus Rani dengan nada sinis, membuang wajahnya dari tatapan nyalang Asma.

"Sudah Bang, lebih baik kita pergi saja dari sini!" Asma menarik kasar pergelangan tangan Wisnu yang sedari tadi memilih untuk diam.

"Tunggu Asma!" Wanita dengan gamis putih dah kerudung senada itu menarik pergelangan tangan Asma hingga langkah Asma terhenti.

"Jangan pergi, Asma!" seru Umi berlinang air mata.

"Lepaskan Asma, Umi! Asma dan Abang adalah orang miskin. Tidak pantas kami berada diacara mewah seperti ini," balas Asma melirik sinis kepada Rani dan Abah secara bergantian.

"Biarkan saja dia pergi, Umi. Kamu tidak perlu mencegah anak kamu itu pergi bersama lelaki miskin itu. Memangnya dia kira, hidup ini bisa kenyang makan cinta!" ucap Abah dengan nada menghina.

Asma menepis kasar tangan Umi. Ia bergegas menarik tangan Wisnu berjalan menuju pintu keluar.

****

Wisnu mengusap lembut bahu Asma yang terisak. "Sudah Neng, sudah! Jangan menangis," tutur Wisnu.

Semenjak kepulangannya dari rumah Abah, Asma terus saja menangis. Ucapan Abah benar-benar sangat melukai hati Asma. Keluarganya sudah mempermalukan mereka di depan umum dan di depan keluarga besarnya.

"Abah sudah sangat keterlaluan, Bang!" Asma menoleh dengan wajah sembab menatap kepada Wisnu.

"Iya Neng, Abang tau kok! Neng yang sabar ya!" Wisnu menyelipkan rambut pajang Asma yang menutupi sebagian wajahnya pada kedua telinga wanita itu.

"Kenapa Abang hanya diam saja! Harusnya Abang kan bisa membela aku, Bang!" protes Asma.

"Neng, bukannya Abang tidak mau membela Neng Asma. Hanya saja ...!"

"Aku capek Bang! Hidup dalam penghinaan hanya karena kita miskin." Wajah Asma terlihat begitu menyedihkan membuat Wisnu merasa sangat Iba sekali.

"Sabar Asma. Bukankah kaya atau miskin di mata Allah itu adalah sama, sayang!" tutur lembut Wisnu.

"Sudah Bang, aku capek sama Abang!" cetus Asma kesal.

Wanita itu bangkit dari bangku dan berjalan cepat menuju kamarnya.

Bruak!

Asma membanting daun pintu kamar dengan keras. Seperti rasa sakit hati yang sedang ia rasakan saat ini.

"Neng, Neng Asma, buka pintunya Neng!" teriak Wisnu dari balik pintu kamar yang tertutup.

Tidak ada sahutan apa pun dari dalam kamar Asma. Hanya ada tangis Asma yang terdengar begitu menyayat hati.

"Neng, tolong buka pintunya untuk Abang, Neng!" Wisnu mengetuk pintu kamar itu beberapa kali. Berharap Asma mau membukakan pintu untuknya.

Wisnu terduduk lesu di depan pintu. Wajahnya terlihat berpikir. "Neng, Abang tau Neng pasti sangat kecewa. Karena Abang belum bisa membuat Neng bahagia. Tapi Abang janji sama Neng Asma, suatu saat nanti Abang pasti akan membuat Neng bahagia," tutur Wisnu.

*****

Udara dingin semakin menusuk tulang. Asma menarik selimut menutupi tubuhnya. Wanita itu baru tersadar jika ia sudah terbangun dari tidurnya. Beberapa saat Asma diam sejenak di atas ranjang. Mencoba mengingat-ingat kejadian yang terjadi sebelum ia tertidur. 

"Abang!" lirih Asma melirik pada jam dinding yang berada di kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi. Biasanya, setiap selesai salat subuh Wisnu akan menyempatkan diri untuk membaca kita suci Alquran hingga Asma terbangun karena suara merdu lelaki itu. Tapi kini semua terasa begitu hening sekali.

Asma membuka kembali selimut yang menutupi tubuhnya. Sesaat ia merapikan selimut yang masih menutupi tubuh Akbar. Asma baru baru teringat, sebelum ia masuk ke dalam kamar. Dirinya sempat mengunci pintu kamar itu dari dalam.

Asma membuka pintu kamar. Mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sepi, tidak ada siapapun. 

"Di mana Abang?" lirih Asma dengan perasaan bingung. "Apakah Bang Wisnu marah padaku?" pikirnya.

Asma berjalan menuju dapur. Di dalam ruangan itu juga tidak ada siapapun. Kamar mandi yang terletak bersebelahan dengan dapur pun terlihat kosong, tidak ada siapapun.

"Apa mungkin Bang Wisnu salat di masjid ya!" Asma berusaha berpikir positif pada Wisnu yang tidak ia temukan di manapun.

Matahari mulai merangkak naik. Udara dingin yang sejak pagi menyergap mulai terasa hangat menyentuh pori-pori kulit. 

Asma semakin cemas. Karena lelaki itu juga tak kunjung pulang.

"Ustad Ahmad, apakah suami saya masih berada di Masjid?" tanya Asma pada imam masjid yang kebetulan melintas di depan rumahnya.

Lelaki paruh baya itu menggeleng lembut. "Tidak, justru saya mau menanyakan kepada Neng Asma. Sudah beberapa hari ini Mas Wisnu kok nggak pernah kelihatan di masjid," tutur imam masjid itu membuat Asma tercekat.

Kedua bola mata Asma membulat penuh melihat pada lelaki yang berada di hadapannya. "Jadi Bang Wisnu tidak berada di Masjid ya, Ustadz?" 

Lelaki itu kembali menggeleng. "Tidak ada Neng!" serunya.

****

Baru kali ini Asma menginjakkan kakinya di perkebunan tempat Wisnu bekerja. Hampir empat tahun menjalani biduk rumah tangga, lelaki yang memiliki tutur kata lembut itu sama sekali tidak mengizinkan Asma untuk datang ke tempat kerjanya. Jika bukan karena mencari Wisnu, Asma tidak akan datang ke perkebunan terbesar yang berada di tempatnya.

"Sepertinya ini adalah tempat kerja Bang Wisnu," monolog Asma menyapu pandangannya ke sekeliling.

Wanita yang mengenakan gamis tosca itu berjalan menyusuri jalan setapak yang membelah perkebunan teh milik keluarga Sangir. Perkebunan teh dengan luas berhektar-hektar itu semua adalah milik Perusahaan Sangir dan di tempat inilah Wisnu bekerja.

"Cari apa Mbak?" Seseorang menghadang langkah kaki Asma. 

Asma mengedarkan pandangannya ke sekeliling perkebunan teh. Berjajar rapi para pemetik teh dengan membawa bakul yang digendong di atas punggung mereka. Asma berharap salah satu diantara mereka adalah Wisnu, suaminya. Sebelum ia menjatuhkan tatapan pada lelaki yang berdiri di hadapannya.

"Saya mau cari suami saya, Tuan!" ucap Asma.

"Siapa nama suami, Mbak?" tanya lelaki itu.

"Wisnu, Tuan!" lirih Asma.

"Sebentar ya, saya lihat dulu pada data nama buruh yang bekerja di sini," ucap lelaki itu, sesaat ia terlihat membuka sebuah buku besar yang berada di tangannya.

Asma terlihat cemas. Sesekali ia mengigit bibir bawahnya menatap getir pada lelaki yang berada di depannya.

"Maaf Mbak, buruh kami tidak ada yang bernama Wisnu!" 

Deg!

Mata Asma seketika gerimis. "Apa? Apakah Tuan yakin. Sudah tiga tahun suami saya bekerja di sini, Tuan." Asma terkejut dengan ucapan lelaki itu.

"Bisakah Tuan lihat lagi, siapa tahu nama suami saya terselip pada daftar nama itu," pinta Asma.

"Baiklah!" jawab lelaki itu kembali membuka buku besar yang berada di tangannya. 

Asma terlihat semakin gusar dengan wajah cemas.

"Maaf Mbak, nama itu memang tidak ada di sini. Bahkan saya sudah melihat pada daftar nama buruh empat tahun yang lalu. Tetapi tetap saja nama Wisnu tidak ada di sini."

Sejenak Asma mematung dengan hati yang kacau. Ia tidak tau harus berbuat apalagi. Gerimis yang membasahi pipinya semakin deras. 

"Terimakasih, Tuan!" lirih Asma memutar tubuhnya meninggalkan perkebunan teh dengan perasaan yang campur aduk.

*****

Bersambung .... 

Related chapters

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 4

    Asma berjalan gontai masuk ke dalam rumah. Wanita bertubuh tambun yang sedari tadi menjaga Akbar segera bangkit menyambut kedatangan Asma."Bagaimana Asma, apakah kamu sudah menemukan Wisnu!" beo Umi terlihat panik sama seperti halnya Asma.Wanita yang mengenakan kerudung coklat itu menggeleng lembut dengan wajah sembab. "Aku tidak menemukan Bang Wisnu, Umi!" lirih Asma.Umi terduduk lesu di samping Asma. Wanita paruh baya itu mengusap lembut bahu Asma yang terlihat sangat sedih sekali."Apakah Wisnu tidak ada di tempat kerjanya?" tanya Umi yang dibalas gelengan oleh Asma. Kesedihan nampak jelas pada wajah gadis itu."Tidak ada, Umi!" lirih Asma.Umi menghela nafas panjang. Jemarinya masih setia mengusap lembut bahu Asma. "Sepertinya Wisnu benar-benar marah dengan sikap Abah semalam, Asma!" tutur Umi dengan nada lesu. Sorot matanya menatap lurus dengan wajah berfikir."Asma tidak tau Umi. Baru kali ini Bang Wisnu pergi tanpa pamit kepadaku seperti ini. Biasanya dia tidak pernah sepert

    Last Updated : 2022-10-11
  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 5

    Abah menerobos masuk ke dalam rumah Asma. Saat wanita itu menolak memberikan buku nikah miliknya kepada Abah."Jangan Abah! Jangan!" seru Asma terisak menarik pergelangan tangan Abah.Abah membuka lemari Asma dan mencari buku pernikahan itu sendiri. Lelaki itu melempar baju-baju Asma yang berdiri di dalam lemari ke sembarang tempat."Di mana kamu menyembunyikan buku itu, Asma!" erang Abah menggeledah seluruh rumah Asma, lelaki itu semakin kesal karena tidak dapat menentukan apapun."Jangan Abah, aku tidak ingin berpisah dengan Bang Wisnu, Bah!" Tangis Asma pecah.Bruak!"Kamu harus berpisah dengan Wisnu. Lelaki tidak bertanggungjawab itu tidak akan pernah bisa membuatmu bahagia, Asma!" Dengan wajah merah menyala Abah mengacungkan jari telunjuknya ke arah Asma yang tersungkur di sudut ruangan."Jangan Abah! Asma mohon!" Asma menelangkupkan kedua tangannya memohon kepada Abah. Namun lelaki itu sama sekali tidak menghiraukan Asma. Ia terus mencari keberadaan buku nikah yang akan ia guna

    Last Updated : 2022-10-11
  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 6

    Tubuh Asma semakin kurus, memikirkan keberadaan Wisnu yang tidak kunjung kembali. Ia tidak tau kemana lagi harus mencari keberadaan lelaki itu dan pada siapa harus menanyakan keberadaannya.Asma melirik sedih' pada Akbar yang sedang menonton tayangan pada layar televisi. Tidak terasa butiran bening jatuh membahasi pipi wanita itu."Akbar, sini sayang!" seru Asma memangil Akbar yang menoleh ke arahnya karena mendengar isakan Asma yang duduk pada bangku di depan layar televisi yang menyala.Balita yang baru belajar berjalan itu melangkahkan kakinya pelan menghampiri Asma. Sorot mata polos itu memperhatikan wajah Asma dengan seksama. Membuat hati Asma semakin trenyuh, mengingat keberadaan Ayah dari bocah berusia hampir 2 tahun itu yang tidak kunjung kembali. "Kemana perginya Ayahmu, Nak!" lirih Asma memeluk tubuh Akbar."Apakah Ayahmu tidak merindukan kamu!" ucap Asma dengan terisak."Aslamualaikum!" Suara salam yang berasal dari luar rumah membuat Asma segera menghapus air mata yang me

    Last Updated : 2022-10-12
  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 7

    Mobil berwarna hitam milik petugas kelurahan yang membawa Asma dan Abah telah tiba di depan gedung pengadilan negeri yang berada di pusat kota. Lelaki bertubuh kurus itu bergegas turun dari dalam mobil. Diikuti pria berseragam coklat yang duduk di bangku kemudi, sementara Asma turun paling akhir. Sepanjang perjalanan wanita bergamis tosca itu diam seribu bahasa. Rasa sakit berkecamuk di dalam dadanya."Apakah bisa hari ini kita daftar, tapi langsung melakukan persidangan?" tanya Abah dengan nada memburui pada lelaki yang berjalan sejajarinya. Lelaki bertubuh kurus itu sudah tidak sabar untuk memisahkan Asma dengan Wisnu.Lelaki berseragam coklat itu sekilas menatap pada Abah. "Tentu saja tidak bisa, Bah. Kita harus menunggu beberapa hari lagi. Baru kita bisa melakukan persidangan," balas lelaki itu. Abah mengangguk lembut tanda mengerti.Saat mereka tiba di dalam gedung, rupanya sudah banyak sekali orang yang ingin mendaftarkan perceraian atau sedang menunggu persidangan. Lelaki berse

    Last Updated : 2022-10-12
  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 8

    Lelaki yang duduk pada bangku paling depan menjatuhkan tatapannya sekilas kepada Asma sebelum suara ketukan palu itu terdengar. Tanda jika persidangan akan segera dimulai."Saudara Asma ...!" Belum sempat Hakim melanjutkan kalimatnya seseorang datang menghampiri lelaki itu. Mendekatkan tubuhnya lalu berbisik. Yang mulia hakim mengangguk tanda mengerti dengan apa yang lelaki itu katakan. "Baiklah!" ucap Yang mulia hakim yang terlihat dari gerakan bibirnya pada lelaki yang berjalan meninggalkan ruang pesien."Ibu Asma shafiyyatul qolbu, sidang gugat cerai yang anda ajukan tidak bisa dilanjutkan," tegas suara lantang dari yang mulia Hakim. Wajah Asma seketika berbinar. Senyuman haru tersungging dari kedua sudut bibirnya. Ia tidak peduli mengapa Hakim menggagalkan persidangannya. Yang terpenting ia tidak jadi bercerai dengan Wisnu.Abah bangkit dari bangku dengan wajah memerah. "Kenapa tidak bisa dilanjutkan yang mulia?" seru lelaki bertubuh kurus itu dengan wajah kesal. Suaranya mengge

    Last Updated : 2022-10-28
  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 9

    Wisnu mengerjap bangun, dengan wajah bingung. Lelaki itu berjalan cepat menuju ke arah kamar, tempat sumber suara ponsel itu terdengar. Asma yang penasaran ikut bangkit dan mengekori Wisnu. Ia sudah mendapati Wisnu berdiri di samping tumpukan pakaian kotor yang belum sempat tiap ia pindahkan ke kamar mandi. Lelaki tampan itu terlihat sibuk dengan benda pintar yang berada di tangannya."Itu ponsel siapa, Bang?" tanya Asma.Wisnu mengalihkan tatapannya kepada Asma. "Ini, emh ... Ini ponsel milik atasan Abang Neng. Kebetulan kemarin pas kami perjalanan pulang beliau menitipkannya sama Abang. Eh tapi Abang lupa memberikannya," jawab Wisnu mengukir ulasan senyuman kepada Asma. Wajah wanita dengan pakaian tertutup itu menghela nafas lega."Oh, aku kira ini ponsel milik Abang!" Asma meraih benda pipih berlogo buah apel dari tangan Wisnu. Membolak-balikkannya untuk sesaat."Bukan Neng mana mungkin Abang bisa beli ponsel samahal ini. Bisa membahagiakan Neng Asma saja Abang sudah senang," balas

    Last Updated : 2022-10-28
  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 10

    Rani mempercepat langkah kakinya memutari lantai atas menuju tangga eskalator. Lelaki yang ia lihat di lantai bawah berjalan sangat cepat sekali menuju ke arah pintu keluar pusat perbelanjaan tempatnya berada. "Ran, tunggu!" teriak Bagas berusaha untuk mengejar calon istrinya. Namun langkah wanita bertubuh ramping itu begitu cepat, mungkin karena kaki kakinya yang panjang."Ah, sial!" cebik Rani kesal saat ia tiba di depan pintu keluar pusat perbelanjaan. Ia tidak menemukan lelaki yang baru saja ia lihat dari lantai atas tadi. "Kemana perginya?" gerutu Rani kesal."Ran, sudah Ran! Kamu hampir saja membuat jantungku copot," keluh Bagas menahan nafasnya yang hampir saja putus karena berlari mengejar Rani. Tubuhnya yang padat kesulitan membuatnya untuk mengejar Rani yang lebih dulu meninggalkannya.Rani kesal. Kekecewaan terlukis jelas pada wajahnya. Netranya menyapu ke sekeliling, berharap ia masih bisa menemukan lelaki yang mirip sekali dengan kakak iparnya."Kamu sebenarnya mencari

    Last Updated : 2022-10-28
  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 11

    "Apa ini, Ran?" netra Asma tertuju pada rantang yang ada di tangan Rani. Sementara Rani terus memperhatikan lelaki yang berdiri di hadapannya dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan tatapan menyelidik."Oh, ini Mbak ada titipan dari ibu!" seru Rani tergeragap. Ia mengalihkan tatapan pada Asma. Lalu menyodorkan rantang yang berada di tangannya kepada Asma dengan senyuman paksa."Terimakasih, Ran!" ucap Asma menyunggingkan senyuman hangat kepada Rani. "Maaf sudah merepotkan kamu," ucap Asma."Iya Mbak As, tidak apa-apa," ucap Rani terdengar ramah.Sesekali Rani masih melirik kepada Wisnu. Melihat penampilan kakak iparnya yang jelas terlihat beda sekali dengan lelaki yang ia temui di pusat berbelanja kemarin."Kamu mau mampir dulu?" ajak Asma kembali mengalihkan tatapan Rani kepadanya."Tidak Mbak, terima kasih, aku harus segera berangkat bekerja dulu," ucap Rani cepat. Ia bergegas meninggalkan rumah Asma yang terletak cukup jauh dari jalan besar. Setelah memastikan jika Wisnu adalah

    Last Updated : 2022-10-31

Latest chapter

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 282

    Tidak ada yang bisa menyembuhkan kerinduan kecuali pertemuan. Segalanya nelangsa sirna, saat raga mampu mendekap tubuh yang terkasih secara sempurna. Jarak yang membelah, kini hanya menjadi sepenggal cerita manis. Melebur menjadi sebuah kisah bahagia."Ibu!" Gala terisak di dalam pelukan Nada. Tangis dua manusia yang tidak memiliki hubungan darah itu pecah. Menumpahkan segala dahaga yang selama ini tertahan."Maafkan ibu, Gala!" lirih Nada di sela-sela tangisannya. "Jangan tinggalkan ibu!" pinta Nada, memohon.Gala mengusap lembut pipi Nada yang basah oleh air mata. Menjatuhkan tatapan teduh pada wanita yang lebih tinggi darinya itu."Tidak Bu, aku tidak akan meninggalkan ibu!" ucap Gala, suaranya terdengar sumbang. Karena terlalu banyak menangis.Wisnu yang mematung di halaman rumah hanya terdiam seraya menarik sebelah sudut bibirnya tersenyum kecil. Ia tidak menyangka jika darah dagingnya bisa sesayang itu pada Nada. Wanita yang telah ia benci selama ini._____Satu bulan telah berl

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 281

    Nada memutar tubuhnya sembilan puluh derajat. Melihat ke arah wanita dengan setelan seragam kerja yang sedang menatap ke arahnya."Saya sedang mencari pemilik apartemen ini?" Nada mengarahkan jari telunjuknya pada pintu apartemen yang ada di depannya."Saya pemilik apartemen ini!" jawab Hanum dengan tatapan sedikit bingung. Tetapi entah mengapa ia merasa pernah melihat sosok Nada sebelumnya. Tetapi lupa di mana ia pernah melihatnya.Kepulan asap putih dari gelas yang berada di depan Nada menyeruak ke udara. Aroma terapi Jasmine sedikit menghilangkan perasaan khawatir yang sejak tadi melanda hati Nada."Saya Nada, saya mencari keberadaan Gala?" seloroh Nada setelah meletakkan gelas teh yang baru saja ia sesap.Wajah Hanum berubah sesaat. Tatapan yang sulit sekali untuk Nada artikan."Apakah anda orang itu?" celetuk Hanum menebak. Puzzle kisah cinta segitiga Wisnu, Asma dan wanita yang duduk di sudut bangku ruangannya telah sempurna. Sekarang ia bisa membingkainya dengan baik.Dari pert

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 280

    Cuaca panas tidak hanya terjadi di kota Medan. Hampir di seluruh kota yang berada di Indonesia. Hal seperti ini akan terjadi selama kurang lebih enam bulan ke depan. Hingga musim kemarau berakhir dan berganti dengan musim penghujan.Pengacara Arif membawa Nada menuju sebuah restauran cepat saji yang berada di pusat kota. Sebuah restoran yang menjual makan khas Padang."Nyonya mau makan apa?" ucap pengacara Arif mengalihkan tatapannya dari buku menu pada Nada. "Terserah Pak Arif saja," balas Nada tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Wanita itu melipat kedua tangannya di atas meja. Netranya terus mengawasi Sekertaris Arif yang semakin lama menjadi salah tingkah oleh tatapan Nada.Setelah memesan makanan lelaki itu mulia dengan tujuannya untuk mendatangi Nada ke pulau seberang.Wajah pengacara yang tidak lagi muda itu berubah lesu, penuh dengan penyesalan. Sesekali ekor matanya melirik pada Nada yang sejenak tadi mengawasinya dengan tatapan tidak suka."Saya minta maaf, Nyonya Nada. Karen

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 279

    Tubuh Gala terhuyun jatuh di lantai. Wisnu tidak sempat menghalangi peluru yang hendak menembus dada Gala. Timah panas itu melesat cepat dan berhenti tepat di jantung Gala."Gala, bangun Gala!" Wisnu menarik tubuhnya Gala di atas pangkuannya. Dar*h dengan cepat menyebar pada bagian dada Gala yang tertembus timah panas. Kemeja putih yang Gala kenakan, berubah warna menjadi merah dar*h"Polisi, tolong!" teriak Wisnu panik.Wajah Danil mendadak berubah cemas. Para polisi yang sejak tadi memang mengintai cepat mengeluarkan diri dari persembunyiannya. "Sialan!" decak Danil meradang. Beberapa lelaki berseragam kepolisian muncul satu persatu masuk ke dalam ruangannya."Gala, bangun Gala!" Wisnu mengucang tubuh' Gala. Nafasnya yang mulia melemah membuat Wisnu semakin takut.Kedipan mata Gala melemah. Sakit yang mendadak menyiksanya, perlahan menjalar ke seluruh tubuhnya."Ibu ....!" lirih Gala sebelum akhirnya ia memejamkan kedua matanya dan tidak sadarkan diri."Gala, bangun!" teriak Wisnu

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 278

    Memilih tidak menceritakan apapun pada Wisnu adalah pilihan Gala. Sekalipun lelaki itu terus mendesaknya dan hampir seperti memaksa. Tetapi Gala tetap menyimpan permasalahan yang terjadi antara dirinya dan Danil sendirian.Berita kematian Gala semakin menyebar luas. Setelah sebulan berlalu di temukannya mobil yang Gala kendarai meringsek ke dalam jurang. Meskipun jenazah Gala tidak di temukan, tetapi media membuat berita sedemikian rupa. Jurang yang dalam menjadi dugaan tempat jasad Gala berada. Apalagi di bawah jurang itu ada aliran sungai yang cukup deras. Membuat pihak sars menyudahi pencarian setelah semua usaha tidak mendapatkan hasil.Selama pemulihan Gala memilih bersembunyi di rumah Wisnu. Hanya lelaki itulah yang menjadi andalan Gala saat ini. Menghilang dari Danil agar lelaki itu senang karena mengetahui jika Gala telah tiada."Sudah tidak terlalu sakit, Hanum!" suara yang terdengar seperti rengekan itu menghentikan langkah kaki Wisnu yang hendak menuju pintu utama rumah.Ke

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 277

    Aroma anyir menusuk pangkal hidung Wisnu. Perlahan setelah kesadarannya kembali. Tetapi entah mengapa kepalanya terasa sangat sakit sekali. Tanpa sadar, tangan kanan Wisnu memegangi sudut pelipisnya. Dan ia bisa merasakan ada sesuatu yang keluar dari pelipis lelaki itu dan sangat perih sekali.Wisnu membiarkan tubuhnya terbaring di atas rerumputan beberapa saat. Rekaman kejadian yang terjadi beberapa saat yang lalu berputar kembali di dalam kepalanya. Bergegas ia bangkit saat teringat dengan Gala dan mobil yang terperosok hampir masuk ke dalam jurang."Gala, di mana dia?" Wisnu bangkit dengan wajah panik duduk di atas rerumputan. Tatapannya menyapu ke sekeliling tebing. Tetapi ia tidak melihat keberadaan Gala. Hanya sebuah mobil yang terangkut pada pohon yang ada di bibir jurang.Perasaan khawatir seketika menguasai Wisnu. Seingatnya sebelum mobil yang kini tersangkut pada pohon yang berada di tepi jurang itu meringsek, Wisnu telah mendorong tubuh Gala ke arah pintu. Tetapi dia tidak

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 276

    Setelah Danil menolak ajakan sarapan paginya, Gala terpaksa menikmati serapan itu sendirian. Sebenarnya ia tahu, pasti Danil saat itu sangat marah karena niatannya untuk menyingkirkan Gala tidak berhasil. Sementara nasib Bibik, Gala belum tahu pasti. Yang jelas wanita itu pasti kena hukuman berat. Begitu dugaan Gala.Ekor mata Gala melirik pada jam dinding yang masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Masih ada waktu yang cukup lama untuk ia berangkat ke kantor.Rasa penasaran masih menganggu pikiran Gala. Tegang surat wasiat yang Nada katakan kepadanya. Jika sebenarnya dirinyalah pewaris utama seluruh harta Tuan Seno. Tetapi sampai detik ini, Gala tidak menemukan di mana lelaki bertubuh jangkung itu menyembunyikan surat wasiat itu.Cukup pelan Gala menyeret langkah kakinya menaiki anak tangga menuju kamar Danil. Dugaan Gala kali ini, Danil menyembunyikan surat wasiat itu di dalam kamarnya. Hanya ada dua tempat di rumah itu yang memungkinkan Danil menyimpan sesuatu. Yaitu ruang ke

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 275

    Bergegas Gala turun dari bangku. Memperhatikan dengan seksama kucing berwarna orange yang mendadak kejang dengan mulut berbusa. Melihat dari tanda-tandanya kucing itu sepertinya mengalami keracunan."Tidak salah lagi!" guman Gala yakin dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Jika ada seseorang yang menginginkannya mati.Gala bangkit berdiri. Tatapannya tajam melihat ke arah makanan yang tersaji di atas meja makan. Beruntungnya belum ada satupun makanan yang masuk ke dalam mulut Gala. "Aku harus lebih berhati-hati lagi!" monolog Gala dengan tatapan serius.____Danil menatap terkejut saat baru kembali ke rumah. Pemuda tampan itulah yang membukakan pintu rumah untuknya. Keringat dingin seketika membahasi sekujur tubuh Danil.Sepersekian detik Danil mematung di depan pintu rumah. Menatap pada Gala yang tengah melemparkan senyuman kepadanya dengan wajah yang sedikit malas khas seorang yang baru bangun dari tidur."Ayah, kenapa pulang larut malam sekali?" seloroh Gala terdengar malas. Ke

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 274

    "Gala kamu kenapa?" seloroh Wisnu.Gala terseret kembali dari lamunannya. Sekarang ia sudah menemukan siapa wanita yang sudah melahirkannya ke dunia. Jawaban yang sudah sangat jelas sekali.Tidak terasa sudut mata Gala pun telah basah. Cepat ia mengusap genangan itu agar tidak berjejak. Ia tidak ingin Wisnu melihat hal itu.Bagaimana tidak sakit, menemukan wanita yang telah melahirkannya tetapi dalam perpisahan yang menyakitkan. Hanya sebait kenangan yang bisa Gala ingat. Jika Asma juga tidak kalah sayangnya kepadanya. Hingga hampir gila saat Nada mengambil Gala dari kehidupannya."Aku banyak sekali bersalah pada Asma." Helaan nafas Wisnu terdengar jelas. Suaranya yang menggelar terdengar penuh kesedihan.Kerongkongan Gala terasa kering. Hanya sedikit ia menelan salivanya. Selebihnya, tatapan matanya tidak beralih sedikitpun dari Wisnu."Memangnya kesalahan apa yang sudah Om Wisnu lakukan?" ucap Gala."Banyak Gala. Kesalahanku sudah tidak termaafkan oleh Asma." Tatapan mata Wisnu meli

DMCA.com Protection Status