Share

Bab 5

Author: Ayu Kristin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Abah menerobos masuk ke dalam rumah Asma. Saat wanita itu menolak memberikan buku nikah miliknya kepada Abah.

"Jangan Abah! Jangan!" seru Asma terisak menarik pergelangan tangan Abah.

Abah membuka lemari Asma dan mencari buku pernikahan itu sendiri. Lelaki itu melempar baju-baju Asma yang berdiri di dalam lemari ke sembarang tempat.

"Di mana kamu menyembunyikan buku itu, Asma!" erang Abah menggeledah seluruh rumah Asma, lelaki itu semakin kesal karena tidak dapat menentukan apapun.

"Jangan Abah, aku tidak ingin berpisah dengan Bang Wisnu, Bah!" Tangis Asma pecah.

Bruak!

"Kamu harus berpisah dengan Wisnu. Lelaki tidak bertanggungjawab itu tidak akan pernah bisa membuatmu bahagia,

Asma!" Dengan wajah merah menyala Abah mengacungkan jari telunjuknya ke arah Asma yang tersungkur di sudut ruangan.

"Jangan Abah! Asma mohon!" Asma menelangkupkan kedua tangannya memohon kepada Abah. Namun lelaki itu sama sekali tidak menghiraukan Asma. Ia terus mencari keberadaan buku nikah yang akan ia gunakan untuk mengurus surat perceraian Asma dan Wisnu.

"Aslamualaikum, Ibu Asma!"

"Assalamualaikum, Ibu Asma!"

Suara keributan yang terjadi hening seketika, saat mendengar suara salam yang berasal dari pintu utama rumah.

"Assalamualaikum, ibu Asma!" seru salam itu lagi.

Sesaat Asma saling bersitatap dengan Abah yang masih berdiri di depan pintu lemari. Dengan cepat Asma segera menghapus air mata yang membasahi pipinya dan bergegas membukan pintu.

"Tuan!" Asma terkejut saat melihat lelaki yang mengenakan seragam safari kini berdiri di depan rumahnya.

Sebuah senyuman tersungging dari kedua sudut bibir lelaki itu pada Asma.

"Ibu Asma, saya ada titipan untuk ibu!" ucap lelaki itu pada Asma yang terlihat masih terkejut.

"Titipan?"

Lelaki itu kembali memberikan amplop yang sama pada Asma.

"Apa ini, Tuan?" Asma menautkan kedua alisnya.

"Gunakan uang ini untuk keperluan Ibu Asma," imbuh lelaki itu.

"Sebenarnya siapa anda?" tanya Asma menatap penasaran pada lelaki berseragam safari yang masih berdiri di depan pintu rumahnya. Setelah Asma menerima amplop pemberian lelaki yang sama.

"Perkenalkan saya Hamzah!" sahut lelaki itu seraya mengulurkan tangannya kepada Asma.

"Asma!" sahut Asma dengan wajah semakin penasaran. "Tuan Hamzah, tolong katakan pada saya, siapakah orang yang selama ini memberikan uang ini pada saya?" tanya Asma.

"Ini adalah bonus dari atasan saya, Bu Asma atas kerja keras Pak Wisnu di perkebunan kami. Oh iya satu lagi, Pak Wisnu sekarang sedang berada di perkebunan kami yang berada di Sumatera. Kemarin mandor di tempat kami lupa untuk menyampaikan pada Ibu Asma."

Asma mengerutkan dahi, dengan wajah kebingungan, ucapan mana yang harus dia percaya. Lelaki bernama Hamzah yang berdiri di hadapannya atau mandor yang ia temui beberapa waktu yang lalu.

"Asma!" suara menggelegar yang muncul dari balik pintu kamar yang terbuka membuat Asma sedikit terkesiap.

Sorot mata Abah menatap tajam pada Hamzah yang berdiri di ambang pintu.

"Dari mana kamu mengenal lelaki itu, Asma? Jadi sekarang kamu sudah punya kekasih lain?" cetus Abah menjatuhkan tatapan menyelidik pada Asma yang terkesiap atas tuduhan Abah.

"Lelaki mana apa Abah? Aku sama sekali tidak pernah mengenal dia," jawab

Asma sekilas menatap kepada pria bertubuh kurus tinggi yang berdiri di depan pintu kamar.

"Mustahil! Mustahil kamu tidak mengenalnya. Aku yakin pasti ada sesuatu antara dirimu dengan lelaki berseragam safari itu," cetus Abah seolah menyudutkan Asma. Netranya menatap tajam pada Hamzah yang terlihat bingung.

"Lihat saja Asma, Abah akan ke sini lagi dan Abah akan menyelidiki apa sebenarnya hubunganmu dengan dia." Abah mengacungkan jari telunjuknya ke arah Hamzah.

"Jangan sampai kamu membuat malu Abah lagi, Asma!" cetus Abah dengan nada mengancam sebelum ia berjalan keluar melewati Hamzah. Asma menghela membuang nafas berat dan menenggelamkan wajahnya.

_____

"Lihatlah sudah seminggu lebih menantu kesayanganmu itu tidak pulang. Bagaimana bisa kamu sebagai Ibu masih tenang-tenang membiarkan anakmu hidup dalam kemiskinan," cetus Abah pada Umi yang terdiam.

"Apakah kamu tega membiarkan Asma hidup susah." Abah menaikkan nada suaranya menatap sinis kepada Umi.

"Bagaimana jika Asma nekad menjual diri demi mencukupi kebutuhannya."

"Abah!" sergah Umi membulatkan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca menatap kepada apa Abah.

"Abah tidak pantas bicara seperti itu pada anak kita, Bah!" ucap Umi dengan nada kesal. "Bagaimanapun asma adalah anak kita," tegas Umi, wajahnya mulai memerah.

"Halah, Umi itu terlalu percaya sama Mbak Asma," sela Rani yang mendengarkan percakapan Abah dan Umi.

"Sebaik-baiknya seseorang jika dalam keadaan susah, pasti dia akan nekad, Umi," imbuh Rani penuh penekanan.

"Sudah Rani, jangan ikut campur dengan urusan Mbak kamu. Urusin saja urusan kamu sendiri, Rani!" balas Umi melirik sinis pada putri bungsunya. Gadis itu pun bersungut kesal.

"Apa yang dibilang Rani itu benar, Mi. Hampir dua minggu menantu kesayanganmu itu tidak pulang. Lalu mau makan apa anak dan cucu kamu jika tidak ada yang menafkahi?" cetus Abah dengan nada sinis.

"Abah, Wisnu adalah lelaki yang bertanggung jawab. Mungkin saja saat ini dia sedang bekerja untuk Asma," bela Umi.

"Lalu, jika Wisnu itu adalah lelaki bertanggung jawab pada hidup Asma. Untuk apa anak perempuan kamu itu menggoda para pegawai safari di perkebunan teh keluarga Sangir," balas Abah penuh penekanan, sesaat kemudian membuang wajahnya dari tatapan Umi.

"Maksud Abah?" Umi menaikan kedua alisnya.

"Sudah lah, Abah, katakan saja yang sebenarnya pada Umi," sela Rani.

Wajah Umi terlihat semakin gugup dengan tubuh bergetar menatap kepada Abah dan Rani secara bergantian.

"Seluruh warga di kampung ini tahu, jika Asma sekarang sedang berpacaran dengan seorang pegawai safari. Bahkan lelaki itu seringkali memberikan Asma uang. Untuk apalagi coba kalau bukan ....!" cetus Abah tidak melanjutkan kalimatnya. Karena wanita berkerudung itu pasti sudah tau apa maksudnya. "Di dunia ini, tidak ada yang gratis, Umi!" tegas Abah.

Hati Umi semakin remuk. Gerimis yang perlahan turun semakin mengalir deras dari kelopak matanya.

"Tidak Abah! Umi yakin, Asma adalah anak yang baik, dia pasti akan menjaga kehormatan suaminya," balas Umi dengan suara berat.

"Tidak perlu kamu terus membela anakmu itu. Karena semua orang bisa berubah karena kemiskinan. Yang perlu kamu lakukan saat ini, mintalah buku nikah Asma. Biar aku yang mengurus surat perpisahan mereka. Bagaimanapun juga, aku masih kasian melihat Asma hidup seperti itu."

"Apa? Abah mau menceraikan Asma dan Wisnu?" Seketika kedua bola mata Umi membulat penuh dengan wajah terkejut. "Ya Allah, apa yang ada di dalam pikiran Abah saat ini?" Umi menggelengkan kepalanya, menatap heran pada Umi.

"Iya! Karena hanya itulah solusi yang terbaik untuk Asma. Abah tidak mau dia kembali mempermalukan keluarga kita di kampung ini." Wajah' Abah merah menyala menahan kesal.

"Sudah menikahi lelaki miskin yang tidak jelas latar belakangnya. Sekarang dia berselingkuh dengan pegawai safari. Mau ditaruh di mana muka Abah, Umi!" tukas Abah penuh penekanan.

Beberapa saat suasana menjadi hening. Umi hanya tertunduk lesu, dan membiarkan air mata berjatuhan pada pipinya.

"Baiklah, Umi akan mengambil buku nikah milik Asma," lirih Umi setelah beberapa saat ia berfikir.

____

Bersambung ...

Related chapters

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 6

    Tubuh Asma semakin kurus, memikirkan keberadaan Wisnu yang tidak kunjung kembali. Ia tidak tau kemana lagi harus mencari keberadaan lelaki itu dan pada siapa harus menanyakan keberadaannya.Asma melirik sedih' pada Akbar yang sedang menonton tayangan pada layar televisi. Tidak terasa butiran bening jatuh membahasi pipi wanita itu."Akbar, sini sayang!" seru Asma memangil Akbar yang menoleh ke arahnya karena mendengar isakan Asma yang duduk pada bangku di depan layar televisi yang menyala.Balita yang baru belajar berjalan itu melangkahkan kakinya pelan menghampiri Asma. Sorot mata polos itu memperhatikan wajah Asma dengan seksama. Membuat hati Asma semakin trenyuh, mengingat keberadaan Ayah dari bocah berusia hampir 2 tahun itu yang tidak kunjung kembali. "Kemana perginya Ayahmu, Nak!" lirih Asma memeluk tubuh Akbar."Apakah Ayahmu tidak merindukan kamu!" ucap Asma dengan terisak."Aslamualaikum!" Suara salam yang berasal dari luar rumah membuat Asma segera menghapus air mata yang me

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 7

    Mobil berwarna hitam milik petugas kelurahan yang membawa Asma dan Abah telah tiba di depan gedung pengadilan negeri yang berada di pusat kota. Lelaki bertubuh kurus itu bergegas turun dari dalam mobil. Diikuti pria berseragam coklat yang duduk di bangku kemudi, sementara Asma turun paling akhir. Sepanjang perjalanan wanita bergamis tosca itu diam seribu bahasa. Rasa sakit berkecamuk di dalam dadanya."Apakah bisa hari ini kita daftar, tapi langsung melakukan persidangan?" tanya Abah dengan nada memburui pada lelaki yang berjalan sejajarinya. Lelaki bertubuh kurus itu sudah tidak sabar untuk memisahkan Asma dengan Wisnu.Lelaki berseragam coklat itu sekilas menatap pada Abah. "Tentu saja tidak bisa, Bah. Kita harus menunggu beberapa hari lagi. Baru kita bisa melakukan persidangan," balas lelaki itu. Abah mengangguk lembut tanda mengerti.Saat mereka tiba di dalam gedung, rupanya sudah banyak sekali orang yang ingin mendaftarkan perceraian atau sedang menunggu persidangan. Lelaki berse

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 8

    Lelaki yang duduk pada bangku paling depan menjatuhkan tatapannya sekilas kepada Asma sebelum suara ketukan palu itu terdengar. Tanda jika persidangan akan segera dimulai."Saudara Asma ...!" Belum sempat Hakim melanjutkan kalimatnya seseorang datang menghampiri lelaki itu. Mendekatkan tubuhnya lalu berbisik. Yang mulia hakim mengangguk tanda mengerti dengan apa yang lelaki itu katakan. "Baiklah!" ucap Yang mulia hakim yang terlihat dari gerakan bibirnya pada lelaki yang berjalan meninggalkan ruang pesien."Ibu Asma shafiyyatul qolbu, sidang gugat cerai yang anda ajukan tidak bisa dilanjutkan," tegas suara lantang dari yang mulia Hakim. Wajah Asma seketika berbinar. Senyuman haru tersungging dari kedua sudut bibirnya. Ia tidak peduli mengapa Hakim menggagalkan persidangannya. Yang terpenting ia tidak jadi bercerai dengan Wisnu.Abah bangkit dari bangku dengan wajah memerah. "Kenapa tidak bisa dilanjutkan yang mulia?" seru lelaki bertubuh kurus itu dengan wajah kesal. Suaranya mengge

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 9

    Wisnu mengerjap bangun, dengan wajah bingung. Lelaki itu berjalan cepat menuju ke arah kamar, tempat sumber suara ponsel itu terdengar. Asma yang penasaran ikut bangkit dan mengekori Wisnu. Ia sudah mendapati Wisnu berdiri di samping tumpukan pakaian kotor yang belum sempat tiap ia pindahkan ke kamar mandi. Lelaki tampan itu terlihat sibuk dengan benda pintar yang berada di tangannya."Itu ponsel siapa, Bang?" tanya Asma.Wisnu mengalihkan tatapannya kepada Asma. "Ini, emh ... Ini ponsel milik atasan Abang Neng. Kebetulan kemarin pas kami perjalanan pulang beliau menitipkannya sama Abang. Eh tapi Abang lupa memberikannya," jawab Wisnu mengukir ulasan senyuman kepada Asma. Wajah wanita dengan pakaian tertutup itu menghela nafas lega."Oh, aku kira ini ponsel milik Abang!" Asma meraih benda pipih berlogo buah apel dari tangan Wisnu. Membolak-balikkannya untuk sesaat."Bukan Neng mana mungkin Abang bisa beli ponsel samahal ini. Bisa membahagiakan Neng Asma saja Abang sudah senang," balas

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 10

    Rani mempercepat langkah kakinya memutari lantai atas menuju tangga eskalator. Lelaki yang ia lihat di lantai bawah berjalan sangat cepat sekali menuju ke arah pintu keluar pusat perbelanjaan tempatnya berada. "Ran, tunggu!" teriak Bagas berusaha untuk mengejar calon istrinya. Namun langkah wanita bertubuh ramping itu begitu cepat, mungkin karena kaki kakinya yang panjang."Ah, sial!" cebik Rani kesal saat ia tiba di depan pintu keluar pusat perbelanjaan. Ia tidak menemukan lelaki yang baru saja ia lihat dari lantai atas tadi. "Kemana perginya?" gerutu Rani kesal."Ran, sudah Ran! Kamu hampir saja membuat jantungku copot," keluh Bagas menahan nafasnya yang hampir saja putus karena berlari mengejar Rani. Tubuhnya yang padat kesulitan membuatnya untuk mengejar Rani yang lebih dulu meninggalkannya.Rani kesal. Kekecewaan terlukis jelas pada wajahnya. Netranya menyapu ke sekeliling, berharap ia masih bisa menemukan lelaki yang mirip sekali dengan kakak iparnya."Kamu sebenarnya mencari

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 11

    "Apa ini, Ran?" netra Asma tertuju pada rantang yang ada di tangan Rani. Sementara Rani terus memperhatikan lelaki yang berdiri di hadapannya dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan tatapan menyelidik."Oh, ini Mbak ada titipan dari ibu!" seru Rani tergeragap. Ia mengalihkan tatapan pada Asma. Lalu menyodorkan rantang yang berada di tangannya kepada Asma dengan senyuman paksa."Terimakasih, Ran!" ucap Asma menyunggingkan senyuman hangat kepada Rani. "Maaf sudah merepotkan kamu," ucap Asma."Iya Mbak As, tidak apa-apa," ucap Rani terdengar ramah.Sesekali Rani masih melirik kepada Wisnu. Melihat penampilan kakak iparnya yang jelas terlihat beda sekali dengan lelaki yang ia temui di pusat berbelanja kemarin."Kamu mau mampir dulu?" ajak Asma kembali mengalihkan tatapan Rani kepadanya."Tidak Mbak, terima kasih, aku harus segera berangkat bekerja dulu," ucap Rani cepat. Ia bergegas meninggalkan rumah Asma yang terletak cukup jauh dari jalan besar. Setelah memastikan jika Wisnu adalah

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 12

    "Assalamualaikum Abah," sapa Wisnu seraya mencium tangan lelaki berwajah masam yang berdiri di hadapannya. Lelaki bertubuh kurus itu menarik kasar tangannya dari genggaman Wisnu, dengan wajah masam ia menatap pada Wisnu.Asma menatap tidak suka pada sikap Abah yang terkesan tidak sopan kepada Wisnu. Namun sebisa mungkin Asma menahan gemuruh yang bergejolak di dalam dadanya. Karena bagaimanapun Abah adalah orang tua Asma."Ada apa Abah ke sini?" tanya Asma.Abah menarik kasar pergelangan tangan asma hingga tubuh wanita itu bergeser ke arah Abah."Ada apa ini, Abah?" seru Wisnu yang terlihat panik melihat sikap bapak mertuanya yang mendadak kasar."Asma harus ikut denganku!" cetus Abah dengan nada memaksa. "Ikut?" jawab Wisnu dan Asma bersamaan wajah mereka sama-sama terkejutnya."Ikut ke mana, Abah?" cetus Asma, ia tau jika sesuatu hal buruk sedang menghadang langkahnya. Dari wajah Abah yang meradang."Pulang ke rumah!" sentak Abah penuh penekanan. Lelaki bertubuh kurus itu menoleh ke

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 13

    Wanita yang duduk di bibir ranjang semakin kuat meremas ujung kerudung besar yang ia kenakan. Akhirnya pertanyaan yang selama ini bergelut di dalam dadanya telah terjawab. Alasan mengapa lelaki bertubuh kurus itu bersikukuh untuk memisahkan Asma dari Wisnu."Kapan kita bisa segera melaksanakan pernikahan itu?" ucap suara dari ruang tamu rumah terdengar hingga ke dalam indra pendengaran wanita yang duduk pada bibir ranjang."Terserah juragan jali saja. Kapanpun saya siap untuk menikahkan Asma dengan Juragan," sahut Abah diikuti gelak tawa renyah diantara keduanya. Hal itu semakin membuat hati Umi terasa diremas-remas. Bagaimana tidak, jika sampai pernikahan itu terjadi, itu berarti Asma harus siap untuk menjadi istri ketiga dari juragan jali. Seorang lelaki pemilik peternakan sapi yang terkenal kaya raya di kampung itu."Bagaimana kalau minggu depan." Suara juragan Jali terjeda untuk sesaat. "Jika Abah ingin pesta yang mewah saya harus mempersiapkannya dulu. Tapi jika Abah ingin pesta

Latest chapter

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 282

    Tidak ada yang bisa menyembuhkan kerinduan kecuali pertemuan. Segalanya nelangsa sirna, saat raga mampu mendekap tubuh yang terkasih secara sempurna. Jarak yang membelah, kini hanya menjadi sepenggal cerita manis. Melebur menjadi sebuah kisah bahagia."Ibu!" Gala terisak di dalam pelukan Nada. Tangis dua manusia yang tidak memiliki hubungan darah itu pecah. Menumpahkan segala dahaga yang selama ini tertahan."Maafkan ibu, Gala!" lirih Nada di sela-sela tangisannya. "Jangan tinggalkan ibu!" pinta Nada, memohon.Gala mengusap lembut pipi Nada yang basah oleh air mata. Menjatuhkan tatapan teduh pada wanita yang lebih tinggi darinya itu."Tidak Bu, aku tidak akan meninggalkan ibu!" ucap Gala, suaranya terdengar sumbang. Karena terlalu banyak menangis.Wisnu yang mematung di halaman rumah hanya terdiam seraya menarik sebelah sudut bibirnya tersenyum kecil. Ia tidak menyangka jika darah dagingnya bisa sesayang itu pada Nada. Wanita yang telah ia benci selama ini._____Satu bulan telah berl

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 281

    Nada memutar tubuhnya sembilan puluh derajat. Melihat ke arah wanita dengan setelan seragam kerja yang sedang menatap ke arahnya."Saya sedang mencari pemilik apartemen ini?" Nada mengarahkan jari telunjuknya pada pintu apartemen yang ada di depannya."Saya pemilik apartemen ini!" jawab Hanum dengan tatapan sedikit bingung. Tetapi entah mengapa ia merasa pernah melihat sosok Nada sebelumnya. Tetapi lupa di mana ia pernah melihatnya.Kepulan asap putih dari gelas yang berada di depan Nada menyeruak ke udara. Aroma terapi Jasmine sedikit menghilangkan perasaan khawatir yang sejak tadi melanda hati Nada."Saya Nada, saya mencari keberadaan Gala?" seloroh Nada setelah meletakkan gelas teh yang baru saja ia sesap.Wajah Hanum berubah sesaat. Tatapan yang sulit sekali untuk Nada artikan."Apakah anda orang itu?" celetuk Hanum menebak. Puzzle kisah cinta segitiga Wisnu, Asma dan wanita yang duduk di sudut bangku ruangannya telah sempurna. Sekarang ia bisa membingkainya dengan baik.Dari pert

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 280

    Cuaca panas tidak hanya terjadi di kota Medan. Hampir di seluruh kota yang berada di Indonesia. Hal seperti ini akan terjadi selama kurang lebih enam bulan ke depan. Hingga musim kemarau berakhir dan berganti dengan musim penghujan.Pengacara Arif membawa Nada menuju sebuah restauran cepat saji yang berada di pusat kota. Sebuah restoran yang menjual makan khas Padang."Nyonya mau makan apa?" ucap pengacara Arif mengalihkan tatapannya dari buku menu pada Nada. "Terserah Pak Arif saja," balas Nada tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Wanita itu melipat kedua tangannya di atas meja. Netranya terus mengawasi Sekertaris Arif yang semakin lama menjadi salah tingkah oleh tatapan Nada.Setelah memesan makanan lelaki itu mulia dengan tujuannya untuk mendatangi Nada ke pulau seberang.Wajah pengacara yang tidak lagi muda itu berubah lesu, penuh dengan penyesalan. Sesekali ekor matanya melirik pada Nada yang sejenak tadi mengawasinya dengan tatapan tidak suka."Saya minta maaf, Nyonya Nada. Karen

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 279

    Tubuh Gala terhuyun jatuh di lantai. Wisnu tidak sempat menghalangi peluru yang hendak menembus dada Gala. Timah panas itu melesat cepat dan berhenti tepat di jantung Gala."Gala, bangun Gala!" Wisnu menarik tubuhnya Gala di atas pangkuannya. Dar*h dengan cepat menyebar pada bagian dada Gala yang tertembus timah panas. Kemeja putih yang Gala kenakan, berubah warna menjadi merah dar*h"Polisi, tolong!" teriak Wisnu panik.Wajah Danil mendadak berubah cemas. Para polisi yang sejak tadi memang mengintai cepat mengeluarkan diri dari persembunyiannya. "Sialan!" decak Danil meradang. Beberapa lelaki berseragam kepolisian muncul satu persatu masuk ke dalam ruangannya."Gala, bangun Gala!" Wisnu mengucang tubuh' Gala. Nafasnya yang mulia melemah membuat Wisnu semakin takut.Kedipan mata Gala melemah. Sakit yang mendadak menyiksanya, perlahan menjalar ke seluruh tubuhnya."Ibu ....!" lirih Gala sebelum akhirnya ia memejamkan kedua matanya dan tidak sadarkan diri."Gala, bangun!" teriak Wisnu

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 278

    Memilih tidak menceritakan apapun pada Wisnu adalah pilihan Gala. Sekalipun lelaki itu terus mendesaknya dan hampir seperti memaksa. Tetapi Gala tetap menyimpan permasalahan yang terjadi antara dirinya dan Danil sendirian.Berita kematian Gala semakin menyebar luas. Setelah sebulan berlalu di temukannya mobil yang Gala kendarai meringsek ke dalam jurang. Meskipun jenazah Gala tidak di temukan, tetapi media membuat berita sedemikian rupa. Jurang yang dalam menjadi dugaan tempat jasad Gala berada. Apalagi di bawah jurang itu ada aliran sungai yang cukup deras. Membuat pihak sars menyudahi pencarian setelah semua usaha tidak mendapatkan hasil.Selama pemulihan Gala memilih bersembunyi di rumah Wisnu. Hanya lelaki itulah yang menjadi andalan Gala saat ini. Menghilang dari Danil agar lelaki itu senang karena mengetahui jika Gala telah tiada."Sudah tidak terlalu sakit, Hanum!" suara yang terdengar seperti rengekan itu menghentikan langkah kaki Wisnu yang hendak menuju pintu utama rumah.Ke

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 277

    Aroma anyir menusuk pangkal hidung Wisnu. Perlahan setelah kesadarannya kembali. Tetapi entah mengapa kepalanya terasa sangat sakit sekali. Tanpa sadar, tangan kanan Wisnu memegangi sudut pelipisnya. Dan ia bisa merasakan ada sesuatu yang keluar dari pelipis lelaki itu dan sangat perih sekali.Wisnu membiarkan tubuhnya terbaring di atas rerumputan beberapa saat. Rekaman kejadian yang terjadi beberapa saat yang lalu berputar kembali di dalam kepalanya. Bergegas ia bangkit saat teringat dengan Gala dan mobil yang terperosok hampir masuk ke dalam jurang."Gala, di mana dia?" Wisnu bangkit dengan wajah panik duduk di atas rerumputan. Tatapannya menyapu ke sekeliling tebing. Tetapi ia tidak melihat keberadaan Gala. Hanya sebuah mobil yang terangkut pada pohon yang ada di bibir jurang.Perasaan khawatir seketika menguasai Wisnu. Seingatnya sebelum mobil yang kini tersangkut pada pohon yang berada di tepi jurang itu meringsek, Wisnu telah mendorong tubuh Gala ke arah pintu. Tetapi dia tidak

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 276

    Setelah Danil menolak ajakan sarapan paginya, Gala terpaksa menikmati serapan itu sendirian. Sebenarnya ia tahu, pasti Danil saat itu sangat marah karena niatannya untuk menyingkirkan Gala tidak berhasil. Sementara nasib Bibik, Gala belum tahu pasti. Yang jelas wanita itu pasti kena hukuman berat. Begitu dugaan Gala.Ekor mata Gala melirik pada jam dinding yang masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Masih ada waktu yang cukup lama untuk ia berangkat ke kantor.Rasa penasaran masih menganggu pikiran Gala. Tegang surat wasiat yang Nada katakan kepadanya. Jika sebenarnya dirinyalah pewaris utama seluruh harta Tuan Seno. Tetapi sampai detik ini, Gala tidak menemukan di mana lelaki bertubuh jangkung itu menyembunyikan surat wasiat itu.Cukup pelan Gala menyeret langkah kakinya menaiki anak tangga menuju kamar Danil. Dugaan Gala kali ini, Danil menyembunyikan surat wasiat itu di dalam kamarnya. Hanya ada dua tempat di rumah itu yang memungkinkan Danil menyimpan sesuatu. Yaitu ruang ke

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 275

    Bergegas Gala turun dari bangku. Memperhatikan dengan seksama kucing berwarna orange yang mendadak kejang dengan mulut berbusa. Melihat dari tanda-tandanya kucing itu sepertinya mengalami keracunan."Tidak salah lagi!" guman Gala yakin dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Jika ada seseorang yang menginginkannya mati.Gala bangkit berdiri. Tatapannya tajam melihat ke arah makanan yang tersaji di atas meja makan. Beruntungnya belum ada satupun makanan yang masuk ke dalam mulut Gala. "Aku harus lebih berhati-hati lagi!" monolog Gala dengan tatapan serius.____Danil menatap terkejut saat baru kembali ke rumah. Pemuda tampan itulah yang membukakan pintu rumah untuknya. Keringat dingin seketika membahasi sekujur tubuh Danil.Sepersekian detik Danil mematung di depan pintu rumah. Menatap pada Gala yang tengah melemparkan senyuman kepadanya dengan wajah yang sedikit malas khas seorang yang baru bangun dari tidur."Ayah, kenapa pulang larut malam sekali?" seloroh Gala terdengar malas. Ke

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 274

    "Gala kamu kenapa?" seloroh Wisnu.Gala terseret kembali dari lamunannya. Sekarang ia sudah menemukan siapa wanita yang sudah melahirkannya ke dunia. Jawaban yang sudah sangat jelas sekali.Tidak terasa sudut mata Gala pun telah basah. Cepat ia mengusap genangan itu agar tidak berjejak. Ia tidak ingin Wisnu melihat hal itu.Bagaimana tidak sakit, menemukan wanita yang telah melahirkannya tetapi dalam perpisahan yang menyakitkan. Hanya sebait kenangan yang bisa Gala ingat. Jika Asma juga tidak kalah sayangnya kepadanya. Hingga hampir gila saat Nada mengambil Gala dari kehidupannya."Aku banyak sekali bersalah pada Asma." Helaan nafas Wisnu terdengar jelas. Suaranya yang menggelar terdengar penuh kesedihan.Kerongkongan Gala terasa kering. Hanya sedikit ia menelan salivanya. Selebihnya, tatapan matanya tidak beralih sedikitpun dari Wisnu."Memangnya kesalahan apa yang sudah Om Wisnu lakukan?" ucap Gala."Banyak Gala. Kesalahanku sudah tidak termaafkan oleh Asma." Tatapan mata Wisnu meli

DMCA.com Protection Status