Bab.5 kemarahan Alex

"Kenapa Nona bisa berada di tangan Tuan Mahendra?"

Jack memulai obrolan untuk memecah keheningan di antara mereka.

"Ceritanya panjang, Paman." Alona menjawab singkat dengan senyum tipis.

"Sepertinya Nona memiliki kehidupan yang rumit.” respon Jack masih sembari berjalan. 

“Tuan Alex itu baik, tapi dia sangat tidak suka jika seseorang membantahnya atau tidak melakukan apa yang diperintahkan. Sebaiknya segera lakukan apa pun perintah Tuan sebelum dia lepas kendali seperti tadi." sambung Jack lagi.

Mendengar itu, Alona hanya tersenyum formalitas tanpa berniat untuk menjawab.

Dia sama sekali tidak melihat sisi baik Alex, karena baginya, pria itu hanyalah sosok yang kasar dan kejam.

Keheningan kembali melingkupi mereka hingga kemudian Jack berhenti di depan sebuah pintu mahoni. 

"Ini adalah tempat pribadi Tuan Alex yang tidak boleh dimasuki oleh siapa pun, termasuk aku. Jadi, sebaiknya kamu menghindari ruangan ini.” kata Jack pelan sebelum memalingkan wajahnya ke ruangan sebelah. “Itu adalah kamar Tuan Alex."

Alona menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. Pikirannya mulai ke mana-mana.

Bagaimana mungkin pria yang sudah bersikap sekejam itu terhadapnya memiliki sisi baik seperti yang dikatakan Jack?

Memikirkan nasibnya saja sudah membuat kepalanya pusing. Dia sudah tidak bisa melanjutkan kuliah karena kejadian ini. Bahkan, sepertinya dia juga akan kehilangan pekerjaannya.

Tanpa sadar, Alona menghela napas kasar. 

Berada di tempat ini, sepertinya akan membuat jantungnya berdebar setiap saat. Karena kesalahan sepele, Alex bisa saja marah dan melakukan sesuatu yang menyakitinya.

"Sebaiknya Nona kembali dan beristirahat." ucap Jack yang dibalas dengan tatapan bingung.

“Terima kasih, Paman. Namun, saya tidak tahu jalan ke kamar..”

Mendengar itu, Jack tersenyum kecil. "Baiklah, aku akan mengantarmu."

"Terima kasih, Paman."

Hanya dalam beberapa menit, Alona sudah berada di dalam kamarnya dan langsung menghempaskan tubuhnya di sofa. 

Beberapa saat kemudian, dia sudah tertidur pulas.

Keesokan paginya, saat Alex berjalan ke meja makan, dia mengedarkan pandangan untuk mencari Alona.

Namun, gadis itu tak terlihat di mana pun sehingga raut wajahnya berubah. Tatapan tajamnya pun langsung tertuju pada Jack yang langsung menunduk.

"Maaf, Tuan. Ini kelalaian saya. Sepertinya Nona Alona belum bangun." Jack mengatakan itu dengan nada serendah mungkin.

"Apa aku terlalu lunak kepadanya?" Alex beranjak dari tempat duduknya dan berjalan masuk ke dalam lift, menuju lantai tempat Alona berada.

Brak!

Alona yang masih tertidur terlonjak kaget, karena tiba-tiba seseorang membuka pintu kamarnya dengan sangat kasar dan menariknya hingga nyaris jatuh dari sofa.

"Ahh! Sakit, Tuan!"

Alona meringis kesakitan karena genggaman erat di pergelangan tangannya. 

Bahkan, kesadarannya belum sepenuhnya pulih, tapi Alex sudah menyeret tubuh Alona ke kamar mandi. Dengan satu gerakan kasar, dia menyalakan shower dan mengguyur tubuh gadis itu dengan air dingin.

Alona terkejut luar biasa. Tubuhnya langsung menggigil kedinginan.

"Kamu tahu apa kesalahanmu?" Bentak Alex dengan nada tinggi.

Alona mengerutkan dahi. Kesalahan?

Gadis itu bahkan belum sepenuhnya sadar, tetapi pria ini sudah mengamuk.

"Jawab!" Alex semakin mengeratkan genggamannya di lengan Alona. Hal itu membuat gadis itu semakin kesakitan.

Louis dan Jack yang berada di luar hanya bisa memalingkan wajahnya, tak tahan melihat Alex berlau demikian.

"Apa kamu sudah tahu kesalahanmu?" Alex kembali bertanya dengan nada lebih tajam.

"T-tidak, Tuan...." Jawab Alona dengan suara bergetar.

Dia sama sekali tidak tahu kesalahannya. Atau lebih tepatnya, dia tidak tahu peraturan di mansion ini.

Seperti pagi ini, seharusnya dia sudah berada di meja makan sebelum Alex datang. Tapi Alona tidak tahu aturan itu sehingga membuatnya terlambat bangun, dan itu membuat Alex murka.

"Apa yang terjadi di sini?" Suara berat tiba-tiba terdengar dari pintu kamar mandi.

Alona yang masih menggigil mengangkat kepalanya dengan wajah penuh ketakutan. Louis dan Jack langsung berdiri lebih tegak.

Sementara itu, Alex perlahan melepaskan genggamannya di lengan Alona. Tatapan pria itu berubah lebih gelap. 

Seseorang telah datang, dan jelas kehadirannya tidak diinginkan.