Home / Pernikahan / Dibalik Diamnya Istri Ternyata .... / Bab 7. Mencari Posisi Suami

Share

Bab 7. Mencari Posisi Suami

Author: Angsa Kecil
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Wanita bisa sangat setia dan menjadi goyah lantas dingin tergantung bagaimana pasangannya.

Alya telah turun di sebuah hotel sederhana. Tak seperti yang mereka lihat. Jabatan suaminya tak setinggi itu dan uang yang diberikan sang suami juga tidak banyak. Uang yang dipakai Alya saat ini adalah hasil dari tabungannya. 

"Ini cukup." Alya mengedar pandangan di kamar hotel standard room yang di pesannya. Lantas dia duduk di sisi r4njang untuk melepas penat.

Ini sudah petang dan Alya memutuskan untuk memulai besok lagi sejak pagi. Dia juga butuh istirahat dan saat ini sangat ingin sendiri duduk meringkuk, larut dengan gejolak rasa dan kalutnya pikiran.

Seperti sekarang ini, Alya menggeser duduknya hingga bersandar pada headboard. Dia tekuk lututnya dan meringkuk dengan tangan memeluk dua kaki itu. Kepalanya direbahkan bertumpu dua lutut. Pandangan kosong.

'Mas, apa mencintaimu dengan tulus serta setia saja tidak cukup? Benarkah dengan apa yang mereka katakan jika aku memang tak layak dipandang? Bisakah kamu jelaskan apa saja kekuranganku? Hingga aku bisa memperbaiki diri. Bukan malah mencari apa yang kamu inginkan pada wanita lain,' batin Alya miris.

Dering ponsel memecah lamunan Alya. Wanita itu gegas menyambar ponselnya di nakas. Dari suaminya. Ya, sesuai apa yang dikatakan saat berangkat, jika Ardi akan menelepon atau vidio call tak hanya membalas pesan.

Kali ini Ardi membuat panggilan telepon. Tak apa, malah Alya sangat beruntung. Jadi Ardi tidak tahu jika sekarang dia ada di daerah yang sama.

"Assalamualaikum, Mas." Alya membuat nada lembut seperti biasa.

"Wa'alaikumsalam, Sayang. Maaf, tadi dijalan Mas ketiduran. Aku baru saja sampai di luar kota dan langsung menghubungimu.

Bagaimana, apa kamu masih nangis?" Suara Ardi tak ada kejanggalan. Alya menajamkan rungunya juga tak ada suara lain.

"Hem, beginilah. Kamu nggak mau lihat sendiri aku menangis atau nggak sekarang?" Alya sengaja memancing, tapi dia yakin kalau Ardi akan menolak. Sungguh d4da Alya sangat sesak. Gejolak rasa terus mendesak hingga di pelupuk matanya.

Hening sejenak, hanya ada suara hembusan nafas berat Ardi.

"Maaf, Sayang, kamu harus bersedih sebentar. Aku juga nggak bisa lihat wajahmu karena nggak tega. Mas yakin kamu sedang nangis sekarang."

Alya memang sedang menangis. Tapi dia menangis karena kebohongan Ardi.

"Di mana Daffa?" Tiba-tiba Ardi malah membahas bayi itu.

"Aku masih lemas, jadi aku berikan pada Mbok Sari saja. Kamu nggak apa-apa 'kan kalau sementara Daffa juga juga dirawat sama Mbok Sari?"

"Nggak apa-apa, lah. Asal kamu nyaman dan Daffa baik-baik saja."

"Bagaimana kabar orang tua Daffa?" Alya menghembus nafas berat dari mulut dan berusaha agar suaranya tidak serak.

Hening sejenak. Alya menunggu dengan membekap mulutnya agar isakan itu tak meledak.

"Sudah lebih baik. Jika mereka sudah siap mengurus Daffa, aku akan segera mengembalikan Daffa pada mereka."

Alya mengangguk-anggukkan kepala dengan mata berkedip-kedip. "Dan kita siap punya anak sendiri, kan?"

Tak ada jawaban. Ardi tak mengeluarkan sahutan.

"Hem, Sayang. Aku dipanggil rekan kerja. Mas harus segera ke lokasi proyek. Nanti Mas akan hubungi kamu lagi." 

Sambungan dimatikan Ardi tanpa mengucap salam.

"Hah!" Alya menghentakan punggungnya di headboard. Dia melengkungkan bibirnya dengan kekehan miris. 

"Alya .... Alya. Bagaimana kamu akan menghadapi semua ini. Kamu telah melangkah sejauh ini apa nantinya sudah siap menerima kenyataan?" Dia tertawa kecil dengan isakan merutuki diri.

Tangisnya pecah. Wanita itu membekap mulutnya kuat sambil membungkuk hingga tersungkur. Sekian saat, dia menumpahkan sesak dadanya.

---

"Bagaimana Daffa, Mbok?"

"Alhamdulillah tidak rewel, Bu. Bagaimana dengan Ibu di sana? Ini baik-baik saja?" 

Alya mendesah berat. "Simbok jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Dan jika tidak baik, maka aku akan berusaha untuk selalu baik-baik saja. Aku pasti akan pulang secepatnya."

Sambungan diputus Alya setelah mengucap salam.

Mentari mulai menyengat, Alya berdiri di depan cermin panjang dan membenarkan jilbabnya. Wanita itu menghentak nafasnya kuat sambil menguatkan hati.

"Alya kamu pasti bisa melihat kenyataan sepahit apa pun!"

Wanita itu menyambar tas selempang hitam dan mulai melangkah.

Tahap pertama dia akan mendatangi pusat perbelanjaan sesuai dengan struk belanja suaminya itu. Alya telah melakukan dengan taksi.

Sekian saat melaju, Alya turun di tempat yang diharapkan.

Alya memegang struk belanja itu untuk memastikan sekali lagi.

"Nggak salah lagi ini tempatnya." Alya tidak masuk. Tujuannya datang ke tempat itu hanya untuk melihat bangunan-bangunan yang dimungkinkan bisa jadi tempat tinggal suaminya. Karena menurut perkiraannya, suaminya pasti akan belanja di tempat yang tidak jauh dari huniannya.

Disekitar itu ada hotel mewah, apartemen mewah dan apartemen bagus dengan kualitas dibawahnya yang kemungkinan gaji Ardi bisa menjangkau.

"Jika tebakanku benar, maka bisa jadi Mas Ardi ada di apartemen itu. Ok, sekarang aku akan ke rumah sakit itu dulu."

Alya memutar arah berjalan sambil membuat pesanan taksi. Taksi yang datang secepatnya belum bisa dia dapatkan. Masih harus menunggu sekian puluh menit lagi. Wanita itu kini melangkah gontai menyusuri jalan tanpa pikiran jernih.

Hati dan pikiran terus terpaku ada sosok suaminya. 'Mas .... Mas .... Mas ....' Hati itu terus menyebut nama suami dengan campuran rasa tak karuan. Hingga Alya tak sadar jika alur langkahnya tak benar.

Alya memakai Heels 7 cm. Dengan langkah segontai itu dia kurang keseimbangan.

"Akh!" Alya tergelincir kerikil, dia keseleo dan terhuyung miring ke arah jalan.

"Awas, Mbak!" teriak seorang.

Akan tetapi, ....

Ada sebuah mobil sedan yang telah melintas dan menghentikan mobilnya mendadak.

Ciitttt ...! 

Brukkk! Alya terserempet dan tersungkur.

"Akh!" Ponsel yang digenggam Alya juga terlempar.

Beberapa orang yang punya simpati berhambur mendekat.

Dari dalam mobil.

"Tuan, bagaimana ini?" Sang sekretaris menoleh menunggu perintah.

"Haish, kamu turun dan bawa dia masuk. Aku nggak mau banyak orang yang membuatku pusing! Lihat, wanita itu juga menangis membuat drama. Dia pasti punya rencana lain."

Seorang pria menghentakan punggungnya di sandaran kursi. Dia mencebik dan mendesis geram. Pikirannya ada praduga wanita itu akan memerasnya, seperti yang dilakukan orang pada umumnya. Menjatuhkan diri dan mencari keuntungan.

Sekretaris laki-laki itu gegas keluar.

"Maaf, kami juga kaget. Nona ini tadi tiba-tiba ingin jatuh saat kami melintas."

"Soal bagaimananya kalian urus nanti yang penting bahwa wanita ini ke rumah sakit segera!" Salah satu penolong angkat bicara.

"Ya, kamu obati dulu wanita ini, baru membahas duduk perkaranya!"

"Saya pasti akan bertanggung jawab. Permisi, Bapak-bapak dan Ibu-ibu."

Alya meringis dan menahan ngilu. Dia menangis. Bukan karena sakitnya luka di tangan dan kaki, tapi ... semiris itukah langkahnya hanya sekedar ingin mencari jawaban soal suaminya?

"Nona, silahkan ikut saya ke rumah sakit." Sekretaris itu mengulurkan tangan.

Alya hanya mendongak tak menjawab. Namun, beberapa orang memapahnya dan membantu masuk ke mobil itu. Dia tak seperti tak ada kekuatan untuk menolak.

Kini mobil melaju. Alya hanya diam dan bahkan tak menoleh pada pria yang duduk di sebelahnya. Wanita itu bersandar dan menatap arus jalan.

Sedang sang pria itu malah menatap intens wajah dan luka Alya. Dia masih ingat. Ya, sangat ingat betul dengan wajah wanita yang hampir terserempet di depan perusahaan miliknya kemarin.

'Dia terluka, tapi diam saja. Bukankah tadi dia menangis? Lantas kenapa sekarang diam? Pasti sedang merencanakan sesuatu. Heh, aku ingin lihat seperti apa orang yang berpakaian seperti ini. Semua tubuhnya dibungkus seperti bantal atau ... barang siap paket. Pasti karena dia tidak punya sesuatu yang dibanggakan, lantas semua disembunyikan!' batin pria itu dengan senyum sinis tipis.

"Mas, bisa ke rumah sakit XXXX?" Tiba-tiba Alya memecah keheningan.

"Bagaimana, Tuan?" Sang sekretaris menunggu persetujuan.

"Kamu ikuti saja kemauan dia dan selesaikan di sana!" 

Mobil melaju ke rumah sakit yang diinginkan Alya.

Kini, Alya menatap kondisi dirinya. Kaki dan tangannya terluka hingga warna merah membuat noda lebar di banyak titik gamisnya. Perih, tapi lebih perih sakit hatinya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Novia Nurlin
udah tau kondisi diri tidak fit dan banyak masalah, pergi dg hells 7 cm, pusing ambruk deh..., alya ini asli perempuan bodoh dan gak logis sama sekali... dungu atau rada oon ya.?
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
apa yg bisa diharapkan dari wanita yg tak lebih berharga dari babu bagi suaminya. dungu,tolol dan ceroboh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 8. Tiba di Rumah Sakit

    Wanita itu merem4s tangannya. Dia benar-benar menahan sakit. D4danya seperti ada tusvkan jarum begitu banyak dan tak berhenti. Sesekali seolah ada bilah pisau yang meny4yat jika dia membayangkan kalau ... kalau saja nanti benar-benar mendapati suami yang dicintainya sedang bersama wanita lain.Alya menunduk dengan tangan bertaut di atas pangkuan. Bulir-bulir bening telah menetes membasahi tangan yang bergetar itu.Pria di sisinya melebarkan mata. Dia mencebik malas tak mau ada drama lagi. "Van! Percepat lagi! Wanita ini sudah kes4kitan. Aku tidak mau dia pingsan atau kenapa di mobilku!" seru pria tampan berahang tegas itu. Pria itu lantas menatap tajam Alya yang tak menatapnya sedari tadi. Tangannya mengepal kuat karena gumpalan gemuruh rasa yang muncul. Aneh, sangat aneh. Kenapa ada wanita yang tak merespon keberadaannya? Dia tak terima dan semakin geram.Alya menoleh. Dia menatap sesaat si pemilik mata elang itu, lantas memalingkan pandangannya. "Terima kasih," lirihnya bergetar. D

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 9. Mendapat Bukti Rekaman

    "Kamu sudah dapat data-data wanita itu, Van?""Sudah, Tuan." Ivan menyodorkan tablet pada tuannya.Pria itu mengernyit dan menatap sekian lama data wanita itu. Bersuami. Seperti ada besitan rasa kecewa samar yang terlintas di d4danya."Ehem! Jadi suaminya bekerja di perusahaan kita?" Pria itu sedikit mengendorkan dasi."Iya, Tuan. Dan suaminya baru mengajukan cuti selama beberapa hari ini."Pria itu merapikan jasnya. Tak ada kata lagi yang keluar. ---Sebelum Alya bertemu dengan dengan pria itu, dia terlebih dahulu dibantu seorang wanita untuk berganti baju di salah satu ruangan. Tak hanya baju, Alya juga disediakan sendal slop flat.'Baguslah, aku nggak perlu pakai pakaian penuh d4rah untuk berkeliling rumah sakit ini.' Alya tersenyum dengan mata berkaca membayangkan Ardi. Selangkah lagi dia telah mendekati kebenaran. Apa nanti benar-benar akan kuat? Harus kuat! Wanita itu terus menguatkan hatinya.Lantas Alya didorong kembali untuk menemui pria itu.Saat tiba di sebuah lobi. Sekele

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 10. Pengakuan Ardi

    Dunia Alya seketika runtuh. Rasa cinta yang telah dipupuk dan dirawat sekian lama itu kian menguap.Hatinya yang terpaut dalam suka duka kini terjerembab dalam luka yang dalam. Rasa cinta itu kini bagai petir yang menyambar menghancurkan hidupnya.Batinnya menjerit sakit. Dia telah terperangkap dalam lubang kekecewaan dan kepedihan.Nyeri .... Rasa itu bahkan tak bisa digambarkan lagi dalam lisannya. Cairan bening itu luruh tanpa iringan isakan."Alya!" teriak Bara dengan mata lebar. Dia gusar sendiri melihat reaksi wanita itu. Lantas, pria itu sengaja mendekat dan mencoba memahami apa yang ada dalam rekaman. Sebuah praduga telah dia simpan dalam pikiran.Alya mencoba menguatkan hati dan pikirannya. Jiwa raganya tak boleh tumbang di tempat yang salah. Wanita itu memungut puing-puing hatinya yang hancur. "Akh!" Seolah ada say4tan puing kaca di dad4nya. Wanita itu kini merangkup wajahnya dengan getaran isakan rendah. Bergetar, hingga bahunya bergerak.Bara menyuruh bawahannya yang lain

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 11. Saat Raga Tak Bisa Menopang Rasa

    Istri pendarahan setelah melahirkan. Kata-kata itu terus terngiang dalam benak Alya. Yang jelas kata istri, dia juga istri Ardi. Namun, melahirkan? Dia malah tidak boleh hamil untuk saat ini. Lantas, benarkah wanita itu juga menyandang status istri untuk suaminya?'Mas ... tega kamu!' nyeri batin Alya.Alya merem4s kuat jas belakang milik Bara. Dia membekap kuat mulutnya agar tangisnya tidak pecah. Satu langkah tatih, Alya merapatkan dirinya ke punggung Bara. D4danya semakin sesak. Dia menekan kuat rahang dan bekapannya."Istrimu?" Bara mengulang tanya. Tatapannya tajam pada Ardi. Entah kenapa dia geram dan miris dengan pria yang ada di hadapannya itu.Ardi mengangguk. "Benar, Tuan. Baru beberapa hari ini dan keluarga saya jauh. Jadi terpaksa saya menjaganya sendiri. Tapi, saya aja segera masuk kerja lagi. Kebetulan kondisi istri saya juga telah membaik."Alya tak kuat lagi mendengar pengakuan lebih, tapi dia masih ingin mengetahui soal penghianatan suaminya selama ini. 'Tega kamu, Ma

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 12. Akal Licik Ardi

    Rasa cinta itu ... kita mampu menyakiti diri agar dia yang kita cintai tidak menangis. Bagaimana jika ada suami menggunakan kain sutra untuk membalut bel4ti tajam ke arah istrinya? Seperti Ardi. Ternyata kelembutannya tak semanis yang selama ini Alya rasakan.Sedang Bara, pria yang terusik hatinya tanpa sebab yang jelas. Sampai dia penasaran kenapa mau membuang waktu berharganya hanya untuk istri orang.---Sebelum Bara datang ke rumah sakit.Bara tinggal di hotel mewah selama menyelesaikan pekerjaan di daerah itu."Kapan jadwalku kembali ke pusat kota?""Nanti sore, Tuan.""Kalau begitu hari ini aku harus benar-benar melakukan pekerjaan dengan baik."Ivan mengangguk. "Akan saya atur sesuai keinginan Anda."Bara menatap pantulan dirinya pada cermin panjang. "Bagaimana menurutmu soal tindakanku kemarin pada wanita yang jelas bukan tanggung jawabku? Katakan yang benar!"Ivan menarik nafas dalam. "Maaf, Tuan. Anda sedikit berlebihan."Bara mengeratkan giginya. "Sudah kuduga. Aku hampir

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 13. Melihat Kemesraan Suami dengan Wanita Lain

    Suami selingkuh, lantas anak hasil selingkuhannya dibawa pulang agar dirawat Alya. Kini suaminya bilang pada keluarganya kalau anak itu adalah buah hati dan buah cinta mereka. Bagaimana cara Alya bisa menerima semua itu? Miris! Wanita dianjurkan untuk menjadi istri yang baik. Menjadi pelipur lara, tempat berkeluh kesah, dan jadi pengertian pada suami. Namun, jika seperti ini, haruskah Alya jadi istri jahat?Bahkan Bara pun tertawa lepas. "Baru kali ini aku tertarik pada drama rumah tangga. Jujur aku lebih suka nonton film trailer, tapi ... kamu membuatku sangat ingin tertawa. Ternyata drama rumah tangga selucu ini."Alya juga terkekeh dengan mata berkaca."Memang lucu. Sangat lucu. Aku saja terus menertawakan diriku. Lucu sekali!"Bara beranjak. Dia mendorong kursi roda ke dekat Alya."Selesaikan urusanmu dulu. Setidaknya kamu bisa menurunkan level kebod0hanmu di mata suamimu yang sangat pintar dan baik hati itu."Selang beberapa saat. Alya telah berganti pakaian. Dia juga memakai ma

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 14. Lidah Pedas Mertua

    'Urusan dengan Mas Ardi harus aku selesaikan dulu. Setelah itu aku sendiri yang akan membuka topeng suamiku pada keluarganya,' batin Alya."Kakimu kenapa, Alya? Ardi nggak bilang kamu terluka. Kamu istirahat dulu biar baikan." Hadi-ayah mertua Alya baru menyadari balutan perban di kaki menantunya."Makasih, Yah. Aku nggak apa-apa. Ini sudah membaik.""Wah, semakin aneh dunia ini. Untung Ibu datang tanpa kabar, jadi tahu seperti apa kelakuan istri Ardi sebenarnya. Ayah jangan terkecoh dengan luka kecil seperti itu, Ibu yakin itu karena kualat sama suami. Itu akibat istri bertingkah aneh-aneh di belakang suami. Pulang-pulang jadi pincang!" Ratih-ibu mertua yang selalu benci pada Alya."Maaf, Bu. Memang aku seperti apa?" Alya berjalan tertatih ke sofa, lalu duduk pelan."Bu, sudahlah. Kita hanya dulu kenapa Alya bisa mendapat luka ini.""Nggak bisa, Yah. Ibu tetap mau kasih tahu seperti apa dia. Ibu ini juga seorang istri, gak pernah punya tingkah seperti Alya."Hadi menghela nafas berat

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 15. Bayangan Memadu Kasih

    Wanita lembut? Baik? Mengalah? Semua itu akan Alya perankan untuk pria yang pantas mendapatkannya.Alya merem4s kuat sisi ranjang menunggu apa yang akan dikatakan suaminya. "Kalau Mas malu karena sudah keceplosan biar aku saja yang menjelaskan sama ayah ibu. Nggak masalah. Aku akan bilang kalau kita sengaja menunda kehamilan dan Daffa itu anak yang kamu bawa pulang."Terdengar suara decitan mobil. Sepertinya Ardi langsung menepi."Mas, kamu nggak apa-apa, kan?" teriak Alya.Nafas Ardi terdengar berat tersengal. "Alya sayang. Aku sudah jelas sangat mencintaimu, jadi apa pun yang akan aku lakukan nanti pasti demi kebahagiaan kita. Kamu jangan bertindak gegabah atau ceroboh dulu, tunggu aku pulang."Alya tersenyum miris. "Demi kebahagiaanku atau kebahagiaanmu?""Alya, kamu kenapa sih? Apa kamu masih sakit? Bentar lagi aku sampai. Sebentar banget. Habis itu aku antar kamu ke dokter. Jangan ngomong ngaco lagi."Panggilan ditutup Alya.Setelah itu, Alya lantas ke kamar mandi. Dia harus seg

Latest chapter

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 89. Botol Obat

    "Mas, kamu menyuruhku bertemu dengan Mas Ardi di restoran? Jangan bercanda. Aku nggak mau." Alya melipat tangan di depan dada, raut wajahnya jelas penolakan."Sebenarnya aku kurang suka kamu menyebut pria itu 'Mas' bisakah kamu memanggil dengan sebutan lain?" Bara mengurai lipatan tangan istrinya, dan memegang dua tangan itu. Wajahnya menatap cemburu tak terima."Kayaknya sulit, Mas. Lagian aku panggil Mas bukan cuma sama Mas Ardi. Sama turir juga aku panggil Mas. Jangan berlebihan. Kita kembali ke pembahasan awal. Aku nggak mau ketemu dia.""Kamu nggak akan bertemu sama dia, Sayang. Kamu lihat saja nanti. Ikuti saja apa yang aku katakan.""Tapi jangan aneh-aneh, Mas." "Nggak akan."Bara mengeluarkan ponselnya, mengetik pesan cepat untuk Ardi.[Besok, jam 8 malam, Eleven Night Restaurant, private room.]Balasan dari Ardi datang hanya beberapa detik kemudian. [Dengan senang hati.]Alya memperhatikan suaminya. Terlihat tenang, tapi gerak-geriknya mengundang tanya. "Mas, jujur saja. Ada

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 88. Istri Gila Benny

    "Nona Julia, Anda pasti akan suka dengan kabar ini. Alya menerima kedatanganku dan sudah tidak membahas soal kesalahan masa lalu. Kami bahkan bertukar nomor telepon." Ardi berdiri menatap Julia dengan senyum tipis, tapi tatapan tajam."Duduk!" Julia memainkan gelas berkakinya.Ardi memilih kursi di depan Julia. Tidak seperti yang lain menunduk di hadapannya, Ardi duduk dengan punggung tegak, ekspresi datar tenang."Bara adalah teman masa kecilku. Aku juga sangat dekat dengan keluarganya. Orang tua Bara sering mengeluh padaku tentang bagaimana anak mereka berubah menjadi durhaka sejak Alya datang. Kamu pasti paham. Mantan istrimu tidak pantas jadi istri seorang Bara."Ardi mendengarkan tanpa banyak reaksi. Hanya mengangguk pelan, mengiyakan apa yang dikatakan Julia."Lantas kenapa dulu merestui hubungan mereka?"Julia malah tertawa. "Karena pengaruh Alya yang begitu kuat, Bara bahkan sampai hampir kehilangan nyawanya. Orang tua mana yang sanggup melihat anaknya sekarat hanya demi seora

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 87. Tawaran Barter

    [Saya ingin bertemu dengan istri Anda atau Anda, Tuan Bara. Kapan dan di mana, saya yang menentukan. Ardi.] Mendapat pesan seperti itu, darah Bara mendidih. Tak sabar menanti besok atau lusa lagi, pria itu langsung menekan kontak Ardi dan .... Tersambung. Dan langsung diangkat Ardi. "Berani sekali kamu mengirim pesan seperti itu padaku! Memangnya siapa kamu, ha?!" sentak Bara, tepat setelah tersambung. "Saya? Bisa jadi saya yang akan menyelamatkan Alya saat ini, Tuan." Ardi terdengar tertawa kecil. Hingga Bara semakin marah. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan dari Alya sekarang?Aku tahu trik murahan seorang mantan sepertimu. Kamu datang berlagak peduli." Ardi kembali tertawa kecil, seakan puas pada sesuatu hal pada Bara. "Tuan Bara, lebih baik kita bertemu langsung. Bicara dengan kepala dingin. Tidak perlu emosi di telepon seperti ini." "Ok, besok kita akan bertemu. Dan aku pastikan kamu akan terima akibatnya setelah berani muncul di depan istriku!" Bara langsung memutus

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 86. Sebenarnya Apa Maunya?

    "Aku terpaksa harus keluar kota beberapa hari, padahal ada yang harus segera kuselesaikan. Kamu nggak apa-apa kan aku tinggal sebentar, Sayang?" Bara memeluk erat istrinya. Sungguh dia berat untuk meninggalkan Alya, tapi mau bagaimana lagi. Alya membalas pelukan itu dan mengangguk pelan. "Jangan lupa selalu kabari aku. Aku akan baik-baik saja kalau kamu juga baik-baik saja, Mas." Bara mengusap rambut pelan, dan menghirup aroma istrinya. "Aku pastikan mama nggak akan datang ke rumah selama aku pergi. Percayalah, aku akan selalu melindungimu. Tapi kalau sampai ada sesuatu yang membuatmu nggak nyaman, jangan menunda waktu langsung hubungi aku. Jangan buat aku cemas dan merasa bersalah karena kamu sedih dan terlambat datang." "Pasti. Aku pasti akan mengadukan padamu apa yang terjadi nanti." Alya melepas pelan pelukan itu. Lalu, dia tersenyum tipis, merasa tenang dengan jaminan suaminya. Bara bergegas meninggalkan rumah. ---- Keesokan harinya, di depan rumah mewah itu, seorang

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 85. Ardi dan Tugasnya

    "Kalau kamu tetap mau Alya di sini, jangan sampai orang tuamu menyakitinya. Kemarin ayah dan ibu melihat sendiri apa yang mereka lakukan pada anak kami. Sungguh kami tidak ridho. Kamu menikahi Alya bukan untuk direndahkan. Kalau seperti itu, ayah bisa saja membawa Alya darimu." Ayah Alya menatap tajam Bara, seolah menguliti niat di balik keteguhan menantunya.Bara merunduk sedikit, tangannya mengepal di atas lutut. "Aku minta maaf atas keteledoran itu, Yah. Sungguh tidak menyangka mama akan bertindak sejauh itu. Ini salahku dan menyesalkan sampai Alya harus menerima perlakuan tidak layak."Ibu Alya menghela nafas panjang, matanya sembab dan bengkak karena semalam banjir air mata. "Kami tahu kamu suaminya, Bara. Berhak menentukan di mana istrinya berada dan harus bagaimana. Tapi hati seorang ibu ini tidak bisa tenang setelah melihat anaknya diperlakukan seperti itu. Alya sudah kehilangan anaknya. Malah dihina seperti itu."Alya menyentuh lengan ibunya. "Bu, percaya sama Mas Bara. Dia n

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 84. Sekoper Uang

    Flash back saat Bara ada di panti asuhan."Tuan, ternyata bukan panti asuhan yang ini." Ivan menjelaskan setelah mendapat pesan dari bawahannya.Bara menggeram, tangannya mengepal hingga kukunya memutih. "Lantas, di mana anakku?"Baru saja mereka tiba di panti asuhan terdekat sesuai informasi awal. Mobil bahkan belum sempat berhenti sempurna ketika kabar baru datang. Tawanan pria yang sempat mereka bawa ternyata memberi informasi lain sebelum kehilangan kesadaran."Sebelum dia pingsan, dia menyebutkan lokasi lain," lanjut Ivan dan menunggu arahan lebih lanjut."Cepat ke sana sekarang. Tidak ada waktu untuk menunggu!" Bara menghentakkan punggungnya ke sandaran kursi, rahangnya mengeras. Dia dibuat frustrasi.Mobil melaju sangat cepat di bawah arahan sopir. Bara menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Dia melihat bayangan istrinya yang menangis di kuburan. Dalam waktu kurang dari tiga puluh menit, mereka tiba di panti asuhan kedua."Ini panti asuhannya, Tuan."Begitu memastikan a

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 83. Siapa yang Berani Menyakiti Istriku?

    "Maksud Mama apa aku nggak bisa ketemu sama mas Bara lagi?" Alya berdiri gelisah, matanya tajam menatap Desi yang bersikap seolah tak punya rasa bersalah.Desi tersenyum culas. Tidak menjawab, malah melambaikan tangan pada dua pria berjas hitam yang berdiri di sudut ruangan. Dengan langkah cepat, mereka maju ke arah Alya."Apa ini, Mama? Jangan main-main!" Alya mundur, tubuhnya gemetar saat kedua pria itu mulai memegang lengannya. Dia berusaha berontak."Ikut saja. Kamu tidak punya pilihan lain kalau masih mau jadi menantuku." Desi terkekeh."Hey, Alya. Kamu itu harus didaur ulang biar layak pakai layak pajang. Kamu tahu sampah, kan? Nah harus masuk ke pabrik dulu biar jadi barang berguna." Julia tertawa kecil dengan menutup mulutnya.Alya menatap tajam Julia sambil terus memberontak, berusaha melepaskan diri dari genggaman mereka. "Mas Bara pasti akan marah dengan tindakan ini, Ma. Dia nggak akan tinggal diam.""Marah? Siapa yang peduli? Bara harus tahu apa yang terbaik untuknya. Di

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 82. Panti Asuhan

    "Siapa yang menyuruhmu. Jangan bertele-tele lagi!" bentak Bara.Pria itu terdiam, mengalihkan pandangannya, masih enggan untuk menjawab.Detik itu, anak buah Bara yang sedang memeriksa berlari ke depan.“Tuan, kami menemukan sesuatu di kamar belakang.”Pria itu melebarkan mata dan menelan ludah dan semakin tegang."Tidak ada apa pun di belakang." Pria itu mencoba menahan. "Jangan berani menghalangi kami!"Bara bergegas, diikuti Ivan. Mereka sampai di kamar kecil di bagian belakang rumah. Di sana, tampak sebuah tempat tidur bayi yang kosong dan seperti baru digunakan.Bara menatap tempat tidur bayi itu. Seluruh tubuhnya tegang. Pandangannya kemudian beralih ke pria tersebut. “Mana anak itu sekarang?”"Ehm ... Ehm ... anak itu ...." Pria itu belum mau menjawab. Ivan mendekatinya dengan tatapan tajam. “Kamu akan membayar mahal jika terjadi sesuatu pada anak itu. Bukan cuma menderita di penjara, tapi lebih dari itu!”Pria itu gemetar. Namun, dia masih ragu untuk mengaku. Padahal, dahiny

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 81. Di mana Bayiku! Siapa yang Menyuruhmu!

    “Aku punya cara biar Bara benci sama Alya tanpa kita susah payah, Tante.” Julia tersenyum culas.Dua alis Desi terangkat. “Bagaimana caranya?”“Dengan menghadirkan masa lalu Alya." Desi melebarkan senyumnya. "Kamu pintar, Julia."“Alya itu janda, kan? Mantannya namanya Ardi. Dulu wanita kampungan itu sangat cinta padanya. Kalau Bara tahu Alya punya hubungan lebih sama mantan, dia pasti jijik.”Desi mengangguk. “Apalagi sekarang hidup Ardi sudah hancur. Dia nggak punya karir. Mungkin ini saat yang tepat untuk mengorek masa lalunya. Kita buat sedikit provokasi pada Ardi. Siapa sih yang nggak suka duit.”"Kamu memang cerdas, Julia. Nggak sia-sia Bara punya teman perhatian seperti kamu. Eh, calon istri maksud Tante."Julia tersenyum lebih lebar, melihat sinar ketertarikan di mata Desi yang semakin nyata. “Bayangkan, Tante. Kalau Bara melihat betapa lekatnya Alya dan Ardi dulu, apalagi kalau kita buat seakan mereka masih ada hubungan sampai sekarang, apa yang akan dilakukan Bara yang kera

DMCA.com Protection Status