Share

Bab 7. Mencari Posisi Suami

Penulis: Angsa Kecil
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-29 10:38:59

Wanita bisa sangat setia dan menjadi goyah lantas dingin tergantung bagaimana pasangannya.

Alya telah turun di sebuah hotel sederhana. Tak seperti yang mereka lihat. Jabatan suaminya tak setinggi itu dan uang yang diberikan sang suami juga tidak banyak. Uang yang dipakai Alya saat ini adalah hasil dari tabungannya. 

"Ini cukup." Alya mengedar pandangan di kamar hotel standard room yang di pesannya. Lantas dia duduk di sisi r4njang untuk melepas penat.

Ini sudah petang dan Alya memutuskan untuk memulai besok lagi sejak pagi. Dia juga butuh istirahat dan saat ini sangat ingin sendiri duduk meringkuk, larut dengan gejolak rasa dan kalutnya pikiran.

Seperti sekarang ini, Alya menggeser duduknya hingga bersandar pada headboard. Dia tekuk lututnya dan meringkuk dengan tangan memeluk dua kaki itu. Kepalanya direbahkan bertumpu dua lutut. Pandangan kosong.

'Mas, apa mencintaimu dengan tulus serta setia saja tidak cukup? Benarkah dengan apa yang mereka katakan jika aku memang tak layak dipandang? Bisakah kamu jelaskan apa saja kekuranganku? Hingga aku bisa memperbaiki diri. Bukan malah mencari apa yang kamu inginkan pada wanita lain,' batin Alya miris.

Dering ponsel memecah lamunan Alya. Wanita itu gegas menyambar ponselnya di nakas. Dari suaminya. Ya, sesuai apa yang dikatakan saat berangkat, jika Ardi akan menelepon atau vidio call tak hanya membalas pesan.

Kali ini Ardi membuat panggilan telepon. Tak apa, malah Alya sangat beruntung. Jadi Ardi tidak tahu jika sekarang dia ada di daerah yang sama.

"Assalamualaikum, Mas." Alya membuat nada lembut seperti biasa.

"Wa'alaikumsalam, Sayang. Maaf, tadi dijalan Mas ketiduran. Aku baru saja sampai di luar kota dan langsung menghubungimu.

Bagaimana, apa kamu masih nangis?" Suara Ardi tak ada kejanggalan. Alya menajamkan rungunya juga tak ada suara lain.

"Hem, beginilah. Kamu nggak mau lihat sendiri aku menangis atau nggak sekarang?" Alya sengaja memancing, tapi dia yakin kalau Ardi akan menolak. Sungguh d4da Alya sangat sesak. Gejolak rasa terus mendesak hingga di pelupuk matanya.

Hening sejenak, hanya ada suara hembusan nafas berat Ardi.

"Maaf, Sayang, kamu harus bersedih sebentar. Aku juga nggak bisa lihat wajahmu karena nggak tega. Mas yakin kamu sedang nangis sekarang."

Alya memang sedang menangis. Tapi dia menangis karena kebohongan Ardi.

"Di mana Daffa?" Tiba-tiba Ardi malah membahas bayi itu.

"Aku masih lemas, jadi aku berikan pada Mbok Sari saja. Kamu nggak apa-apa 'kan kalau sementara Daffa juga juga dirawat sama Mbok Sari?"

"Nggak apa-apa, lah. Asal kamu nyaman dan Daffa baik-baik saja."

"Bagaimana kabar orang tua Daffa?" Alya menghembus nafas berat dari mulut dan berusaha agar suaranya tidak serak.

Hening sejenak. Alya menunggu dengan membekap mulutnya agar isakan itu tak meledak.

"Sudah lebih baik. Jika mereka sudah siap mengurus Daffa, aku akan segera mengembalikan Daffa pada mereka."

Alya mengangguk-anggukkan kepala dengan mata berkedip-kedip. "Dan kita siap punya anak sendiri, kan?"

Tak ada jawaban. Ardi tak mengeluarkan sahutan.

"Hem, Sayang. Aku dipanggil rekan kerja. Mas harus segera ke lokasi proyek. Nanti Mas akan hubungi kamu lagi." 

Sambungan dimatikan Ardi tanpa mengucap salam.

"Hah!" Alya menghentakan punggungnya di headboard. Dia melengkungkan bibirnya dengan kekehan miris. 

"Alya .... Alya. Bagaimana kamu akan menghadapi semua ini. Kamu telah melangkah sejauh ini apa nantinya sudah siap menerima kenyataan?" Dia tertawa kecil dengan isakan merutuki diri.

Tangisnya pecah. Wanita itu membekap mulutnya kuat sambil membungkuk hingga tersungkur. Sekian saat, dia menumpahkan sesak dadanya.

---

"Bagaimana Daffa, Mbok?"

"Alhamdulillah tidak rewel, Bu. Bagaimana dengan Ibu di sana? Ini baik-baik saja?" 

Alya mendesah berat. "Simbok jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Dan jika tidak baik, maka aku akan berusaha untuk selalu baik-baik saja. Aku pasti akan pulang secepatnya."

Sambungan diputus Alya setelah mengucap salam.

Mentari mulai menyengat, Alya berdiri di depan cermin panjang dan membenarkan jilbabnya. Wanita itu menghentak nafasnya kuat sambil menguatkan hati.

"Alya kamu pasti bisa melihat kenyataan sepahit apa pun!"

Wanita itu menyambar tas selempang hitam dan mulai melangkah.

Tahap pertama dia akan mendatangi pusat perbelanjaan sesuai dengan struk belanja suaminya itu. Alya telah melakukan dengan taksi.

Sekian saat melaju, Alya turun di tempat yang diharapkan.

Alya memegang struk belanja itu untuk memastikan sekali lagi.

"Nggak salah lagi ini tempatnya." Alya tidak masuk. Tujuannya datang ke tempat itu hanya untuk melihat bangunan-bangunan yang dimungkinkan bisa jadi tempat tinggal suaminya. Karena menurut perkiraannya, suaminya pasti akan belanja di tempat yang tidak jauh dari huniannya.

Disekitar itu ada hotel mewah, apartemen mewah dan apartemen bagus dengan kualitas dibawahnya yang kemungkinan gaji Ardi bisa menjangkau.

"Jika tebakanku benar, maka bisa jadi Mas Ardi ada di apartemen itu. Ok, sekarang aku akan ke rumah sakit itu dulu."

Alya memutar arah berjalan sambil membuat pesanan taksi. Taksi yang datang secepatnya belum bisa dia dapatkan. Masih harus menunggu sekian puluh menit lagi. Wanita itu kini melangkah gontai menyusuri jalan tanpa pikiran jernih.

Hati dan pikiran terus terpaku ada sosok suaminya. 'Mas .... Mas .... Mas ....' Hati itu terus menyebut nama suami dengan campuran rasa tak karuan. Hingga Alya tak sadar jika alur langkahnya tak benar.

Alya memakai Heels 7 cm. Dengan langkah segontai itu dia kurang keseimbangan.

"Akh!" Alya tergelincir kerikil, dia keseleo dan terhuyung miring ke arah jalan.

"Awas, Mbak!" teriak seorang.

Akan tetapi, ....

Ada sebuah mobil sedan yang telah melintas dan menghentikan mobilnya mendadak.

Ciitttt ...! 

Brukkk! Alya terserempet dan tersungkur.

"Akh!" Ponsel yang digenggam Alya juga terlempar.

Beberapa orang yang punya simpati berhambur mendekat.

Dari dalam mobil.

"Tuan, bagaimana ini?" Sang sekretaris menoleh menunggu perintah.

"Haish, kamu turun dan bawa dia masuk. Aku nggak mau banyak orang yang membuatku pusing! Lihat, wanita itu juga menangis membuat drama. Dia pasti punya rencana lain."

Seorang pria menghentakan punggungnya di sandaran kursi. Dia mencebik dan mendesis geram. Pikirannya ada praduga wanita itu akan memerasnya, seperti yang dilakukan orang pada umumnya. Menjatuhkan diri dan mencari keuntungan.

Sekretaris laki-laki itu gegas keluar.

"Maaf, kami juga kaget. Nona ini tadi tiba-tiba ingin jatuh saat kami melintas."

"Soal bagaimananya kalian urus nanti yang penting bahwa wanita ini ke rumah sakit segera!" Salah satu penolong angkat bicara.

"Ya, kamu obati dulu wanita ini, baru membahas duduk perkaranya!"

"Saya pasti akan bertanggung jawab. Permisi, Bapak-bapak dan Ibu-ibu."

Alya meringis dan menahan ngilu. Dia menangis. Bukan karena sakitnya luka di tangan dan kaki, tapi ... semiris itukah langkahnya hanya sekedar ingin mencari jawaban soal suaminya?

"Nona, silahkan ikut saya ke rumah sakit." Sekretaris itu mengulurkan tangan.

Alya hanya mendongak tak menjawab. Namun, beberapa orang memapahnya dan membantu masuk ke mobil itu. Dia tak seperti tak ada kekuatan untuk menolak.

Kini mobil melaju. Alya hanya diam dan bahkan tak menoleh pada pria yang duduk di sebelahnya. Wanita itu bersandar dan menatap arus jalan.

Sedang sang pria itu malah menatap intens wajah dan luka Alya. Dia masih ingat. Ya, sangat ingat betul dengan wajah wanita yang hampir terserempet di depan perusahaan miliknya kemarin.

'Dia terluka, tapi diam saja. Bukankah tadi dia menangis? Lantas kenapa sekarang diam? Pasti sedang merencanakan sesuatu. Heh, aku ingin lihat seperti apa orang yang berpakaian seperti ini. Semua tubuhnya dibungkus seperti bantal atau ... barang siap paket. Pasti karena dia tidak punya sesuatu yang dibanggakan, lantas semua disembunyikan!' batin pria itu dengan senyum sinis tipis.

"Mas, bisa ke rumah sakit XXXX?" Tiba-tiba Alya memecah keheningan.

"Bagaimana, Tuan?" Sang sekretaris menunggu persetujuan.

"Kamu ikuti saja kemauan dia dan selesaikan di sana!" 

Mobil melaju ke rumah sakit yang diinginkan Alya.

Kini, Alya menatap kondisi dirinya. Kaki dan tangannya terluka hingga warna merah membuat noda lebar di banyak titik gamisnya. Perih, tapi lebih perih sakit hatinya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
sabar Alya sapa tahu CEO di perusahaan suami nnti jd pengganti suamimu
goodnovel comment avatar
Novia Nurlin
udah tau kondisi diri tidak fit dan banyak masalah, pergi dg hells 7 cm, pusing ambruk deh..., alya ini asli perempuan bodoh dan gak logis sama sekali... dungu atau rada oon ya.?
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
apa yg bisa diharapkan dari wanita yg tak lebih berharga dari babu bagi suaminya. dungu,tolol dan ceroboh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 8. Tiba di Rumah Sakit

    Wanita itu merem4s tangannya. Dia benar-benar menahan sakit. D4danya seperti ada tusvkan jarum begitu banyak dan tak berhenti. Sesekali seolah ada bilah pisau yang meny4yat jika dia membayangkan kalau ... kalau saja nanti benar-benar mendapati suami yang dicintainya sedang bersama wanita lain.Alya menunduk dengan tangan bertaut di atas pangkuan. Bulir-bulir bening telah menetes membasahi tangan yang bergetar itu.Pria di sisinya melebarkan mata. Dia mencebik malas tak mau ada drama lagi. "Van! Percepat lagi! Wanita ini sudah kes4kitan. Aku tidak mau dia pingsan atau kenapa di mobilku!" seru pria tampan berahang tegas itu. Pria itu lantas menatap tajam Alya yang tak menatapnya sedari tadi. Tangannya mengepal kuat karena gumpalan gemuruh rasa yang muncul. Aneh, sangat aneh. Kenapa ada wanita yang tak merespon keberadaannya? Dia tak terima dan semakin geram.Alya menoleh. Dia menatap sesaat si pemilik mata elang itu, lantas memalingkan pandangannya. "Terima kasih," lirihnya bergetar. D

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 9. Mendapat Bukti Rekaman

    "Kamu sudah dapat data-data wanita itu, Van?""Sudah, Tuan." Ivan menyodorkan tablet pada tuannya.Pria itu mengernyit dan menatap sekian lama data wanita itu. Bersuami. Seperti ada besitan rasa kecewa samar yang terlintas di d4danya."Ehem! Jadi suaminya bekerja di perusahaan kita?" Pria itu sedikit mengendorkan dasi."Iya, Tuan. Dan suaminya baru mengajukan cuti selama beberapa hari ini."Pria itu merapikan jasnya. Tak ada kata lagi yang keluar. ---Sebelum Alya bertemu dengan dengan pria itu, dia terlebih dahulu dibantu seorang wanita untuk berganti baju di salah satu ruangan. Tak hanya baju, Alya juga disediakan sendal slop flat.'Baguslah, aku nggak perlu pakai pakaian penuh d4rah untuk berkeliling rumah sakit ini.' Alya tersenyum dengan mata berkaca membayangkan Ardi. Selangkah lagi dia telah mendekati kebenaran. Apa nanti benar-benar akan kuat? Harus kuat! Wanita itu terus menguatkan hatinya.Lantas Alya didorong kembali untuk menemui pria itu.Saat tiba di sebuah lobi. Sekele

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 10. Pengakuan Ardi

    Dunia Alya seketika runtuh. Rasa cinta yang telah dipupuk dan dirawat sekian lama itu kian menguap.Hatinya yang terpaut dalam suka duka kini terjerembab dalam luka yang dalam. Rasa cinta itu kini bagai petir yang menyambar menghancurkan hidupnya.Batinnya menjerit sakit. Dia telah terperangkap dalam lubang kekecewaan dan kepedihan.Nyeri .... Rasa itu bahkan tak bisa digambarkan lagi dalam lisannya. Cairan bening itu luruh tanpa iringan isakan."Alya!" teriak Bara dengan mata lebar. Dia gusar sendiri melihat reaksi wanita itu. Lantas, pria itu sengaja mendekat dan mencoba memahami apa yang ada dalam rekaman. Sebuah praduga telah dia simpan dalam pikiran.Alya mencoba menguatkan hati dan pikirannya. Jiwa raganya tak boleh tumbang di tempat yang salah. Wanita itu memungut puing-puing hatinya yang hancur. "Akh!" Seolah ada say4tan puing kaca di dad4nya. Wanita itu kini merangkup wajahnya dengan getaran isakan rendah. Bergetar, hingga bahunya bergerak.Bara menyuruh bawahannya yang lain

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 11. Saat Raga Tak Bisa Menopang Rasa

    Istri pendarahan setelah melahirkan. Kata-kata itu terus terngiang dalam benak Alya. Yang jelas kata istri, dia juga istri Ardi. Namun, melahirkan? Dia malah tidak boleh hamil untuk saat ini. Lantas, benarkah wanita itu juga menyandang status istri untuk suaminya?'Mas ... tega kamu!' nyeri batin Alya.Alya merem4s kuat jas belakang milik Bara. Dia membekap kuat mulutnya agar tangisnya tidak pecah. Satu langkah tatih, Alya merapatkan dirinya ke punggung Bara. D4danya semakin sesak. Dia menekan kuat rahang dan bekapannya."Istrimu?" Bara mengulang tanya. Tatapannya tajam pada Ardi. Entah kenapa dia geram dan miris dengan pria yang ada di hadapannya itu.Ardi mengangguk. "Benar, Tuan. Baru beberapa hari ini dan keluarga saya jauh. Jadi terpaksa saya menjaganya sendiri. Tapi, saya aja segera masuk kerja lagi. Kebetulan kondisi istri saya juga telah membaik."Alya tak kuat lagi mendengar pengakuan lebih, tapi dia masih ingin mengetahui soal penghianatan suaminya selama ini. 'Tega kamu, Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 12. Akal Licik Ardi

    Rasa cinta itu ... kita mampu menyakiti diri agar dia yang kita cintai tidak menangis. Bagaimana jika ada suami menggunakan kain sutra untuk membalut bel4ti tajam ke arah istrinya? Seperti Ardi. Ternyata kelembutannya tak semanis yang selama ini Alya rasakan.Sedang Bara, pria yang terusik hatinya tanpa sebab yang jelas. Sampai dia penasaran kenapa mau membuang waktu berharganya hanya untuk istri orang.---Sebelum Bara datang ke rumah sakit.Bara tinggal di hotel mewah selama menyelesaikan pekerjaan di daerah itu."Kapan jadwalku kembali ke pusat kota?""Nanti sore, Tuan.""Kalau begitu hari ini aku harus benar-benar melakukan pekerjaan dengan baik."Ivan mengangguk. "Akan saya atur sesuai keinginan Anda."Bara menatap pantulan dirinya pada cermin panjang. "Bagaimana menurutmu soal tindakanku kemarin pada wanita yang jelas bukan tanggung jawabku? Katakan yang benar!"Ivan menarik nafas dalam. "Maaf, Tuan. Anda sedikit berlebihan."Bara mengeratkan giginya. "Sudah kuduga. Aku hampir

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 13. Melihat Kemesraan Suami dengan Wanita Lain

    Suami selingkuh, lantas anak hasil selingkuhannya dibawa pulang agar dirawat Alya. Kini suaminya bilang pada keluarganya kalau anak itu adalah buah hati dan buah cinta mereka. Bagaimana cara Alya bisa menerima semua itu? Miris! Wanita dianjurkan untuk menjadi istri yang baik. Menjadi pelipur lara, tempat berkeluh kesah, dan jadi pengertian pada suami. Namun, jika seperti ini, haruskah Alya jadi istri jahat?Bahkan Bara pun tertawa lepas. "Baru kali ini aku tertarik pada drama rumah tangga. Jujur aku lebih suka nonton film trailer, tapi ... kamu membuatku sangat ingin tertawa. Ternyata drama rumah tangga selucu ini."Alya juga terkekeh dengan mata berkaca."Memang lucu. Sangat lucu. Aku saja terus menertawakan diriku. Lucu sekali!"Bara beranjak. Dia mendorong kursi roda ke dekat Alya."Selesaikan urusanmu dulu. Setidaknya kamu bisa menurunkan level kebod0hanmu di mata suamimu yang sangat pintar dan baik hati itu."Selang beberapa saat. Alya telah berganti pakaian. Dia juga memakai ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 14. Lidah Pedas Mertua

    'Urusan dengan Mas Ardi harus aku selesaikan dulu. Setelah itu aku sendiri yang akan membuka topeng suamiku pada keluarganya,' batin Alya."Kakimu kenapa, Alya? Ardi nggak bilang kamu terluka. Kamu istirahat dulu biar baikan." Hadi-ayah mertua Alya baru menyadari balutan perban di kaki menantunya."Makasih, Yah. Aku nggak apa-apa. Ini sudah membaik.""Wah, semakin aneh dunia ini. Untung Ibu datang tanpa kabar, jadi tahu seperti apa kelakuan istri Ardi sebenarnya. Ayah jangan terkecoh dengan luka kecil seperti itu, Ibu yakin itu karena kualat sama suami. Itu akibat istri bertingkah aneh-aneh di belakang suami. Pulang-pulang jadi pincang!" Ratih-ibu mertua yang selalu benci pada Alya."Maaf, Bu. Memang aku seperti apa?" Alya berjalan tertatih ke sofa, lalu duduk pelan."Bu, sudahlah. Kita hanya dulu kenapa Alya bisa mendapat luka ini.""Nggak bisa, Yah. Ibu tetap mau kasih tahu seperti apa dia. Ibu ini juga seorang istri, gak pernah punya tingkah seperti Alya."Hadi menghela nafas berat

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 15. Bayangan Memadu Kasih

    Wanita lembut? Baik? Mengalah? Semua itu akan Alya perankan untuk pria yang pantas mendapatkannya.Alya merem4s kuat sisi ranjang menunggu apa yang akan dikatakan suaminya. "Kalau Mas malu karena sudah keceplosan biar aku saja yang menjelaskan sama ayah ibu. Nggak masalah. Aku akan bilang kalau kita sengaja menunda kehamilan dan Daffa itu anak yang kamu bawa pulang."Terdengar suara decitan mobil. Sepertinya Ardi langsung menepi."Mas, kamu nggak apa-apa, kan?" teriak Alya.Nafas Ardi terdengar berat tersengal. "Alya sayang. Aku sudah jelas sangat mencintaimu, jadi apa pun yang akan aku lakukan nanti pasti demi kebahagiaan kita. Kamu jangan bertindak gegabah atau ceroboh dulu, tunggu aku pulang."Alya tersenyum miris. "Demi kebahagiaanku atau kebahagiaanmu?""Alya, kamu kenapa sih? Apa kamu masih sakit? Bentar lagi aku sampai. Sebentar banget. Habis itu aku antar kamu ke dokter. Jangan ngomong ngaco lagi."Panggilan ditutup Alya.Setelah itu, Alya lantas ke kamar mandi. Dia harus seg

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25

Bab terbaru

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 100. Bahagia itu Sederhana

    "Alya sudah masuk kamar itu, Nona Julia. Reporter juga telah siap." Bawahan Julia melapor.Julia tersenyum dingin. "Bagus. Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Begitu pintu terbuka, biarkan mereka langsung menyerbu masuk. Dan ... Ha ha ha ha sad ending!"Bawahannya mengangguk, lalu keluar dengan cepat.Julia menyandarkan tubuhnya di sofa. Ya, dia ada di kamar sebelah, menanti momen yang telah rencanakan dengan detail. Tujuannya jelas -menghancurkan reputasi Alya dan membuat Bara tidak menginginkan istrinya lagi.Rencana inti dimulai. Kamar Ardi dibuka dari luar. BRAKKK!"Siapa kalian?" teriak Ardi."Apa yang sedang kali lihat aku?" teriak Alya.Seketika suasana gaduh dan kacau. Kilatan lampu kamera berlomba di ruangan itu. Para reporter mencoba mendesak masuk. Namun, apa yang mereka temukan membuat semua orang terdiam heran. Tidak seperti yang dikatakan Julia.Alya berdiri di tengah ruangan dengan senyum miring. "Ada yang bisa saya bantu? Kenapa kalian semua ada di sini?" Dia m

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 99. Berontaknya Bara

    "Mau tidak mau, kamu harus eksekusi rencana itu besok. Aku akan atur soal Alya bisa sampai ke tanganmu. Setelah itu, kamu selesaikan. Kalau sampai gagal, kamu dan keluargamu akan masuk penjara!" Julia menatap tajam wajah Ardi, menekan ancamannya.Ardi menelan ludah, mengangguk tanpa suara. Julia tersenyum tipis, merasa sudah menang. "Bagus kalau kamu mengerti. Aku ingin semua berjalan mulus. Aku akan langsung melihat hasilnya. Jangan sampai ada satu pun kesalahan."Tanpa menunggu jawaban, Julia keluar dari ruangan itu.Setelah memastikan Julia telah benar-benar pergi, Ardi menarik ponselnya.[Julia akan beraksi besok. Semua sudah disiapkan di hotel seperti rencananya. Bisa jadi dia akan menggunakan media untuk membesarkan skandal.] Pesan terkirimkan pada Bara.Balasan Bara datang beberapa detik kemudian. [Lakukan apa yang dia mau. Jangan sampai dia curiga. Sisanya aku yang atur. Tetap berkoordinasi.]----"Sayang, sepertinya soal bertemu dengan anak kita hanya bisa malamnya. Karena b

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 98. Akhir Kesabaran Bara

    "Bara, istrimu menuduh mama bersekongkol dengan pembantu untuk mencelakainya. Ini sudah kelewatan. Mama nggak terima dan kamu harus kasih dia pelajaran!" Desi berlari mendekati Bara, wajahnya langsung dipenuhi air mata.Alya menatap sendu ke arah suaminya. Senyum kaku tersungging di bibirnya. "Mas, kamu pulang?" Biasanya dia akan menghampiri dan mencium punggung tangan suaminya, tapi karena ada drama mertua kali ini dia menahan diri.Bara menatap bingung keduanya. "Apa yang sebenarnya terjadi?""Mama difitnah, Bara."Alya melangkah maju. "Pembantu itu mengaku, Mas. Mama menyuruhnya memberikan obat berbahaya untukku."Desi langsung mendengkus, menyeka air matanya. "Itu bohong! Pembantu itu jelas bekerja sama dengan Alya untuk menjatuhkan mama. Kenapa kamu percaya omong kosong seperti itu, Bara? Kamu lihat sendiri, Alya hanya ingin menghancurkan hubungan ibu dan anak!""Apa maksud Mama menghancurkan hubungan? Aku hanya ingin kebenaran terungkap." Alya menatap Desi heran.Desi tidak meny

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 97. Membongkar Kebusukan Mertua

    "Itu hasil tes DNA. Kamu lihat sendiri." Benny berdiri tegak dengan tatapan kosong, mencoba menyembunyikan gejolak batinnya. Ada ketakutan yang disembunyikan dalam hatinya. Tangannya sedikit gemetar saat memberikan amplop itu pada Bara.Bara cepat meraih amplop itu, lalu pelan membukanya. Jantungnya berdetak kencang. Dia juga gemetar. Dalam hati berharap semoga hasil seperti yang dia inginkan.Lembar kertas putih itu terlihat jelas di tangannya. Matanya bergerak membaca setiap kata, setiap angka yang tertulis di sana. Dalam sekejap, matanya berkaca-kaca. Bibirnya bergetar menahan luapan emosi."Dia anakku, benar-benar anakku." Suaranya pecah, tangannya mencengkeram kertas itu. Senyumnya lebar. Dia bernafas lega, seperti kebahagiaan kembali digenggamnya.Benny tetap mematung. Wajahnya datar, tapi di dadanya sedang ada pergelutan rasa. Dia tahu apa yang harus dilakukan, tapi cinta pada istrinya terlalu besar."Anak ini sudah menjadi bagian dari keluarga kami, Tuan Bara. Dia bukan hanya

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 96. Malam Romantis di Hotel

    "Kamu yakin istriku ada di kamar ini? Apa sebelum dia booking hotel, mengatakan sesuatu?" Bara menatap Ivan ragu . Pikirannya kacau, terutama setelah Alya mematikan ponselnya seharian tanpa penjelasan. Sangat jelas kalau istrinya itu sedang menghindarinya dan tidak mau bicara padanya.Ivan menggeleng. "Berdasarkan laporan, tidak ada tanda-tanda nyonya Alya marah, Tuan. Saya juga tidak tahu apa rencana nyonya. Kenapa sampai bisa ada di hotel."Bara mendekati pintu kamar, menekan bel ragu. Ketika pintu terbuka, Alya tidak langsung terlihat."Masuk, Mas." Hanya terdengar suaranya saja.Bara melangkah perlahan, matanya menyapu ruangan. Tidak ditemukan istrinya. Begitu pintu ditutup. "Mas."Bara tercengang melihat Alya berdiri di balik pintu dengan pakaian yang membuatnya menelan ludah."Mas, kenapa?" Alya menatap puas melihat wajah suaminya seperti itu."Ke-kenapa kamu memakai pakaian seperti itu? Ehm, lingerie?" Bara berusaha menyembunyikan rasa panas yang muncul tiba-tiba.Alya tidak

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 95. Istriku jadi Aneh

    "Aku harus bertemu dengan Rani, istri Ardi. Ada masalah apa dia?" Alya masih menatap layar ponselnya. Pesan itu membuatnya tidak tenang.Dia mengetik balasan. [Aku setuju bertemu. Tapi aku yang tentukan tempatnya.] Pesan terkirim. Sebuah nama restoran juga dilampirkan, lengkap dengan alamatnya. Alya duduk di kursi belakang. "Pak, tolong kabari seseorang karena aku akan bertemu istri mas Ardi. Sepertinya ada yang perting." Alya bicara pada sopirnya yang merupakan orang kepercayaan untuk menjaganya saat pergi. "Baik, Nyonya. Dan lebih baik Anda hati-hati nanti. Jangan sampai rencana Tuan terkendala.""Aku tahu."Setibanya di restoran. Alya duduk menunggu dengan tatapan ke layar. Dia masih menunggu pesan balasan atau telepon suaminya. "Sedang apa Mas Bara sebenarnya?" Dia duduk tak tenang. Pikirannya semakin macam-macam. Dia sengaja tidak membahas pada orang lain.Beberapa waktu kemudian, Rani datang. Wanita itu hanya membawa dirinya, tanpa kedua anaknya. Ya, Rani telah mengasuh dua

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 94. Pertunangan Bara? Nggak Mungkin!

    "Wah, ada calon mantan nyonya ternyata." Julia tertawa remeh. "Ssttt! Jangan begitu sama Alya. Dia sangat pintar bersandiwara kalau di depan Bara. Sampai Tante yang melahirkannya pun dibenci sama anaknya sendiri gara-gara wanita ini." Desi tersenyum sinis dengan picingan mata tajam.Alya mencoba untuk tenang. Dia mengulum senyum lebar. "Mama, Julia.""Saya tidak tahu kalau Nyonya besar dan Nona Julia juga ada di sini," ucap pembantu itu.Desi tersenyum dingin, matanya menyapu Alya dari kepala hingga kaki. "Seharusnya kamu lebih banyak di rumah. Jadi ibu rumah tangga yang bener. Kalau keluar dengan tampilan seperti ini, nama baik anakku yang langsung jatuh. Istri kampungannya pamer kebodohan."Julia menggeleng remeh. "Payah. Istri pengusaha hebat, tapi penampilan sama pembantu saja kalah."Alya tetap tenang. Dia merasa tidak ada yang salah dengan penampilannya. Hanya memang tidak berlebihan dalam memakai make up dan perhiasan. Dia cukup pakai dress lengan panjang dan jilbab."Mas Bara

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 93. Dia Anakku?

    "I-ini ... anakku?" Bara menatap foto bayi mungil yang tertawa lebar di layar ponselnya. Matanya berkaca-kaca, dadanya mendesir hebat. Jarinya mengusap layar, seolah ingin menyentuh pipi bulat si kecil yang tampak bahagia.Ivan membiarkan atasannya larut dalam buncahan rasa."Ya, itu anak Anda. Mereka menyebut Zayn, tapi Anda punya nama sendiri." "Biar istriku yang kasih nama nanti. Dia pasti akan senang melihat bayinya. Jangan sampai lama-lama."Sekian saat, Bara larut dalam campuran rasa bahagia dan kesedihan. Dia terus mengusap wajah di ponsel itu. "Huuufff ...." Bara berusaha mengatur pikiran dan perasaannya. Dia tidak boleh terlalu terburuk. Harus segera membawa bayi itu pada istrinya. "Anda baik-baik saja, Pak?""Kirimkan foto anakku padaku. Aku akan taruh di file khusus. Jangan sampai istriku melihatnya sebelum aku siap. Akhir-akhir ini dia sudah mulai tersenyum, aku nggak mau dia kembali menangis karena aku belum bisa membawa anaknya kembali.""Baik, Pak."Bara menurunkan p

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 92. Lebih Nyaman dengan Mantan?

    "Kabar baik apa yang bisa aku dengar setelah kamu bertemu dengan Alya, Ardi?" Julia menatap tajam depan. Dia duduk di kursi belakang mobil.Sebentar Ardi menoleh belakang. "Dia terlihat sangat lelah. Katanya, rumah tangganya dengan Bara sedang tidak baik-baik saja. Sungguh di luar dugaanku. Bara adalah seorang pengusaha hebat. Jadi istrinya adalah sebuah impian. Tapi tadi, Alya berkata seperti itu. Dia bilang selama ini memendam semuanya sendiri. Pada saat bertemu denganku, dia langsung menumpahkan keluh kesahnya yang menumpuk."Julia mencondongkan tubuh ke arah kursi depan. "Lelah? Apa maksudnya dia lelah? Aku lihat selama ini dia sangat berani melawan Tante Desi dan aku. Dia malah bilang siapa yang berani merusak rumah tangganya, tidak akan tinggal diam."Ardi terdiam sesaat. Dia harus memilih kata yang tepat, jangan sampai Julia ragu padanya. "Dia merasa tidak pantas menjadi istri Bara. Alya bilang, dia selalu direndahkan oleh mertuanya. Katanya, dulu saat bersamaku, meski aku tida

DMCA.com Protection Status