Bab 10 Kehidupan Hana
'Aku tak menyangka semua hal berbalik begitu cepat. Saat kata yang terucap bertentangan dengan apa yang ada di dalam hati, aku benar-benar ingin mengulang semuanya dari awal.'
(Yori Kristian Hirata)
***
Rintik hujan mulai terdengar, ukiran air yang menetes membuat pola garis vertikal di jendela kaca restoran hingga dua wajah yang saling beradu pandang itu menjadi buram ketika dilihat dari luar. Kedua insan manusia seumuran itu kini sedang mencoba untuk mengubah apa yang telah digariskan keluarga mereka. Mampukah?
"Aku …."
Yori menahan perasaannya, menahan suara yang seolah tertelan di tenggorokan. Ia tidak menyangka bahwa Hana adalah wanita yang berhasil mengusik perasaannya beberapa hari ini, mencuri hat
Bab 11 Di Luar Rencana'Aku tidak menyangka, bisa patah hati hanya karena telah jatuh hati.'(Yori Kristian Hirata)****Yori kembali pulang ke rumahnya. Bajunya terlihat kusut, dengan langkah gontai ia berjalan memasuki rumah. Sama saja rasanya, antara mendapat kabar rencana perjodohan dengan berhasil menemui Hana. Semua tidak sesuai dengan ekspektasi, sesak di dada.Rasanya ia sudah mengalami patah hati sebelum mengungkapkan perasaannya. Hana menolaknya, dan itu malah yang membuatnya sedih."Yori," panggil ibunya yang baru saja turun dari lantai atas."Bun," jawab Yori memandang sejenak dan beralih menuju ke sofa, mendaratkan tubuhnya di sana dan tiduran miring dengan mata terpejam."Kamu kok lesu? Katanya habis ketemu sama Hana, tadi ayah yang bilang," tanya ibunya merasa
Bab 12 Menumpahkan Emosi'Jangan mencoba melewati batas, karena sekali aku bertindak, akan kukejar hingga kamu tak lagi mengembuskan napas.'(Yori Kristian Hirata)***Yori dan pria itu sama-sama keluar dari kantor polisi, saling memberikan tatapan sinis sebelum akhirnya berpisah bersama orang tua yang hadir untuk menjemput mereka berdua dari sana. Mereka harus diamankan petugas karena berkelahi dan adu jotos di kamar mandi kafe milik Yori.Untung saja keributan itu bisa segera dihentikan setelah satu rekan yang bersama pria itu berteriak dan meminta tolong kepada semua pengunjung yang ada di dalam kafe untuk melerai keduanya.Setelah sama-sama menandatangani surat persetujuan damai, akhirnya keduanya yang sempat bertikai dilepaskan petugas polisi dengan syarat dijemput kedua o
Bab 13 Terima Kasih Untuk Hadirmu'Bibir kita bisa menyangkal, tetapi tidak dengan hati.'(Yori Kristian Hirata)*** Hana mengendarai sepeda motor dan segera meluncur ke Rumah Sakit saat Yori memberi kabar bahwa ibunya sedang sakit. Ia merasa cukup cemas, mengingat kembali kebaikan wanita itu saat membantunya mengatasi pihak sekolah, ketika dirinya hampir saja di drop out sewaktu SMA karena saking seringnya membolos. Wanita yang merupakan sahabat baik ibunya.Motornya menyibak jalanan, tampak lebih sepi dengan malam yang semakin merangkak naik. Beberapa penghuni kota mungkin saja malah sudah terlelap dalam mimpi. Hana terbiasa membuang suntuk dengan berada di jalanan. Jadi, ia tidak merasa gentar sama sekali walau keadaan malam seperti ini berada jauh dari rumah.
Bab 14 Sebuah Permintaan"Harusnya tidak ada kata berhenti untuk sebuah peran sebagai orang tua, bukan?"(Hana Aulia Divandra)***Yori membalik badan, kini pandangannya beralih menatap pintu ruang ICU yang masih tertutup rapat. Keterbatasan kunjungan pasien membuatnya harus puas menatap ibunya dari luar ruangan. Ia tahu, ayahnya begitu mencintai ibu dan menghawatirkan wanita itu hingga dirinya harus mengalah untuk menunggu malaikat hidupnya di dalam sana."Terima kasih ayah, karena telah dengan setia mencintai ibu hingga saat ini. Aku beruntung memiliki kalian di dalam hidupku. Soal Hana? Terima kasih sudah berusaha untuk menariknya ke dalam keluarga kita agar kenyamanan kasih sayang bisa ia rasakan lagi, tolong aku … ayah, ibu. Kalian benar, ternyata aku memang mencintainya, tapi menjadi sul
Bab 15 Pergi Dari Rumah'Saat keadaan genting seperti ini, kenapa daftar teratas harus namamu?' (Hana Aulia)--Syala Yaya--*** Hana segera melanjutkan langkahnya meniti tangga ke lantai atas, setelah beberapa saat menunggu jawaban ayahnya yang tak kunjung diterima.Hatinya terasa sakit, lebih sakit daripada saat pukulan fisik diterimanya selama ini. Ia semakin membenci pria itu, pria mana pun juga.Gadis yang genap berusia dua puluh empat dua bulan lagi itu segera berjalan menuju kamar, mengabaikan tatapan Kean yang dengan polos menyapanya. Hatinya sedang bergolak, tidak mau menjadikan adik tirinya korban pelampiasan emosi."Aku akan pergi," ucapnya setelah cukup lama terdiam di depan pintu kamar.
Bab 16. Pesan Dari Hana'Bertahanlah, demi aku.'(Yori Hirata)--Syala Yaya--***Hana berjalan dengan kaki diseret paksa keluar dari mobil. Ia tidak menyangka dirinya malah dibawa Denny ke sebuah rumah yang sepi, tampak rumah tetangga kiri dan kanan berpagar tinggi. Hana meronta dengan mulut mengumpat tanpa berkesudahan.“Please, brengsek. Ini di mana?!" decak Hana mencoba menahan langkah ketika tubuhnya didorong keras memasuki gerbang.”Rumahku, kalau kita ke apartemen nggak aman, banyak CCTV," jawabnya terkekeh."Gila, kamu, ya? Ngapain kita ke sini. Pulangin aku cepet, Denny!" bentak Hana hanya diberi kekehan pria itu.
Bab 17 Mencari Keberadaanmu.'Kupikir kali ini hidupku hancur berkeping.'--Hana & Yori--****Hana berteriak, memberi reaksi penolakan keras pada perlakuan yang bisa ia simpulkan sebagai sebuah penyerangan tidak beradab, beberapa kali ia mundur menggeser badannya hingga memberi jarak di antara keduanya. Denny semakin menyukai bentuk perlawanan Hana karena baginya malah terlihat sangat menggairahkan.“Diajak seneng aja, kok, susah amat sih, Han?” lontarnya tertawa, kini langkahnya semakin mendekat dengan duduk di pinggiran ranjang dengan santai.Hana terus beringsut mundur, setelah berhasil mencapai tepian ia pun segera turun dari kasur dan bergerak cepat menjauhi benda berkontur empuk itu demi bisa men
Bab 18 Terlihat Baik-baik saja'Tanpamu, harus kuakui duniaku gelap.'--Hana Aulia Divandra--*****Yori mengambilkan secangkir susu hangat ke hadapan Hana yang masih duduk meringkuk di pojokan sofa. Kepala menunduk menatap nanar lantai tanpa isak tangis lagi. Setelah mendapatkan rentetan pertanyaan sebagai saksi dan korban di kantor polisi, akhirnya gadis itu mau diajak Yori pulang ke Kafenya. Terlihat Yori, Andi, dan Nia menemaninya di sana.Hana menolak keras ketika akan melibatkan orang tuanya pada kasus yang tengah menimpanya. Ia memohon dengan derai air mata hingga mau tak mau ayah Yori yang menjadi pendampingnya saat dimintai keterangan. Yori menjadi bingung sendiri bagaimana cara memulai pembicaraan dengan gadis yang kini masih terguncang itu.
Bab 64. Kebahagiaan Yang Sempurna'Virus cinta menginfeksi tubuh berpusat pada hati. Campuran dari rasa kagum, cemburu, egois, sayang, dan juga rindu. Ia kuat, tetapi mampu merapuhkan. Ia ramah, tetapi sanggup menghancurkan. Hitam putih warnanya tergantung pada siapakah kita letakkan biangnya.'(Syala Yaya)*****Delapan bulan sudah berlalu, hidup berjalan dengan indah. Saat ini pasangan itu sedang menunggu kelahiran buah cinta mereka yang akan terlahir dua minggu lagi. Keduanya disibukkan dengan persiapan untuk menyambut dengan mendesain ulang kamar. Hana sangat antusias, tidak kalah dengan keluarga Yori yang kini sering berkunjung ke rumahnya.Setelah m
Bab 63. Menikmati Kesabaran.'Tidak ada yang menang ketika memilih jalan untuk melepaskan genggaman silaturahmi. Keindahan saat kebersamaan terjalin harus pupus oleh keegoisan karena memaksakan keadaan untuk bisa memiliki.'(Syala Yaya)****Hana memandang Yori dalam diam. Ia lebih banyak menyimak obrolan mertuanya yang heboh dalam memilih nama yang kelak akan diberikan kepada calon anaknya kelak. Sebenarnya ia cukup bingung untuk ikut berkomentar. Ini bahkan terlalu cepat untuk membicarakan masalah itu berhubung kehamilannya baru menginjak enam minggu.“Cowok apa cewek, ya?” oceh Ayu belum berhenti berspekulasi.
Bab 62. Kabar Bahagia.'Kebahagiaan tidak bisa diukur dari materi. Setiap saat bisa memeluk, mencium, dan mengucapkan selamat pagi saja rasanya sudah cukup.'(Hana Aulia Divandra)****Hari-hari berlalu dengan begitu cepat. Minggu berganti bulan dan semua bahkan tidak menyadarinya.Hana lebih sering ke rumah sakit untuk menemani ayahnya. Sambil menunggu kemoterapi dan berbagai pengobatan sebelum mendapatkan donor hati yang cocok, Hana pun mengisi waktunya dengan membuat gambar desain. Iwan yang melihat begitu seriusnya Hana bekerja, mendadak menitikkan air mata diam-diam. Seorang anak yang sering ia maki dengan kata-kata tidak pantas hanya karena tidak ko
Bab 61. Hidup Dengan Perasaan Damai'Bila bibir masih mampu mengucapkan kata maaf dan sayang, maka lakukanlah. Sungguh, sebenci apa pun pada seseorang, dia masih memiliki hak untuk diberi kesempatan yang ke dua.'(Syala Yaya)****Hana mematung di ambang pintu. Ia tidak pernah dekat lagi dengan papahnya sejak mamah meninggal. Dunia mereka berdua seakan tersekat waktu dan keadaan. Hana merasa papah sudah membangun dunianya yang baru hingga sulit baginya untuk ikut masuk ke dalamnya.Hana menatap sekeliling ruang, tampak kosong. Perempuan itu pun sadar, Mila sama sekali tidak merawat papahnya. Kakinya pun kini melangkah maju untuk me
Bab 60. Mengakhiri perang dingin.'Memaafkan masa lalu adalah cara efektif untuk membuang bayangan kelam saat menatap masa depan.'(Syala Yaya)*****Begitu tiba di rumah, Hana segera bergegas menghubungi papahnya. Tubuhnya sebenarnya cukup letih, tetapi wajah Yori lagi-lagi membuatnya terus bertanya-tanya. Ada apa dengan papahnya? Sayang sekali, kemudian ia pun memutuskan hubungan sepihak saat terdengar dari seberang suara papahnya menyahut panggilan.“Aku pergi sebentar, ya. Istirahatlah,” pamit Yori kemudian bergegas pergi.Yori segera menerima
Bab 59. Bulan Madu 2'Jangan pernah lari dariku. Secepat apa pun kamu menghilang, aku akan tetap menemukanmu.'(Yori Kristian Hirata)*****Malam bertabur bintang. Cuaca sangat bagus untuk makan malam di teras yang terletak di samping area kamar dengan suasana terbuka dan menyatu dengan taman.Hana sudah siap, duduk berhadapan dengan Yori. Keduanya saling menautkan jemari tangan di atas meja. Saling memindai wajah satu sama lain diiringi senyuman. Mata berkabut asmara sangat terlihat jelas dari keduanya saat saling memandang.“Terima kasih sudah bersedia menjadi bagian dari hidup Yor
Bab 58. Bulan Madu'Cinta, kenapa bisa seindah ini. Bila aku tidak pernah merasakan sakitnya saat putus, sudah kupastikan akan menggenggam cinta selamanya.'(Hana Aulia Divandra)****Keesokan harinya Hana dan Yori berangkat ke Gili Trawangan. Memilih tempat destinasi wisata tersebut karena sang bunda sudah menyewakan sebuah resort khusus berada di pantai sangat terpencil. Yori sangat kagum dengan keromantisan ayah dan bundanya saat berlibur. Pria itu tidak menyangka mereka berdua memiliki selera yang sama uniknya.“Bunda kamu keren,” bisik Hana ketika mereka berdua sudah dijemput oleh pihak resort setelah menggunakan fast boat dari Pelabuhan
Bab 57. Resepsi Pernikahan'Izinkan aku sekali lagi untuk mengukuhkan, betapa berharganya kamu di dalam hidupku.'(Yori Kristian Hirata)*****Ballroom Hotel Santosa.Tidak seperti bulan lalu saat perayaan ulang tahun Yori yang ke-24. Kali ini acara digelar untuk resepsi pernikahan Yori dan Hana yang akadnya telah dilangsungkan bulan lalu di tempat yang sama.Yori dan Hana terlihat bahagia saat menyalami tamu yang hadir untuk memberikan ucapan selamat pada mereka. Sengaja tidak menerima kado maupun sumbangan. Dalam acara malam ini keluarga Hirata menggunakan momen itu dengan mengajak para tamu undanga
Bab 56. Posisiku Sangat Berarti'Saat cinta sudah mulai tumbuh, kumohon tidak akan ada lagi halangan yang bisa memisahkan kita. Aku dan kamu selamanya. Menunggu malaikat kecil yang akan menyempurnakan kisah perjalanan rumah tangga kita.'(Yori Kristian Hirata)****Hana memasukkan suapan besar ke dalam mulutnya. Merasai setiap sensasi kuah menyegarkan yang menggoyang lidah. Sangat menyenangkan dan membuatnya senang. Makanan kesukaan mamahnya.Kerinduan pada sang mamah yang tiba-tiba menyentuh kalbu Hana, bukan lagi kesedihan melainkan perasaan cinta yang menggebu. Yori pun ikut memesan menu sama seperti Hana, menatap bahagia perempuan itu. Hana malam ini makan dengan sangat lahap