Bab 64. Kebahagiaan Yang Sempurna
'Virus cinta menginfeksi tubuh berpusat pada hati. Campuran dari rasa kagum, cemburu, egois, sayang, dan juga rindu. Ia kuat, tetapi mampu merapuhkan. Ia ramah, tetapi sanggup menghancurkan. Hitam putih warnanya tergantung pada siapakah kita letakkan biangnya.'
(Syala Yaya)
*****
Delapan bulan sudah berlalu, hidup berjalan dengan indah. Saat ini pasangan itu sedang menunggu kelahiran buah cinta mereka yang akan terlahir dua minggu lagi. Keduanya disibukkan dengan persiapan untuk menyambut dengan mendesain ulang kamar. Hana sangat antusias, tidak kalah dengan keluarga Yori yang kini sering berkunjung ke rumahnya.
Setelah m
Atas nama Yori K. Hirata01 Agustus 2010''Jadinamamu Hana Aulia Divandra?'07 Agustus 2011'Aku cuma berani menatapmu dari jauh.'27 April 2012'Kamu membuatku merasa kesal, penampilanmu lihatlah? Menyakiti mataku.'09 September 2013'Hana, kamu sebenarnya kenapa? Kamu berubah menjadi sangat aneh.'14 Februari 2014'Aku nggak mau pacaran, biar nanti pas nikah aku bisa benar-benar menyayangi istriku. Dengan begitu nggak akan ada nama mantan yang masuk sebagai kenangan dan menjadi bahan perbandingan.'08 Mei 2014'Aku bener-bener nggak ngerti sama kamu, kamu berubah. Kamu nggak seperti yang dulu kukenal. Kalau aku bisa berbicara denganmu, membuang gengsiku dan berani menanyakannya, mungkin saja aku nggak akan sebingung ini.'13 Juli 2014'Hana, semoga kamu sukses nantinya. Pertemuan kita telah usai, ngga
Australia, 10 Januari 2021'Selamat tinggal Negeri Kanguru, aku pasti akan merindukanmu. Dan kamu yang tinggal di kawasan Wyndham, maaf aku tidak sempat pamitan.'**Dua hari sudah berlalu, kini pria berusia dua puluh empat tahun itu sudah tiba di rumah. Setelah menempuh perjalanan selama lebih dari tujuh setengah jam, akhirnya ia bisa bernapas lega menyaksikan sendiri wajah bahagia keluarga dalam menyambutnya pulang.Jelas terpancar kerinduan mendalam di mata bunda dan ayahnya, hingga Yori malu sendiri menjadi tontonan para assisten rumah tangga rumah karena sudah diperlakukan seperti anak kecil, dipeluk dan dijewer daun telinganya karena kesalahannya jarang memberi kabar.Yori segera memeluk wanita yang telah melahirkannya dengan ras
'Kalau aku bisa kembali ke masa itu, aku ingin merubah sesuatu.' (Yori Kristian Hirata)***Yori kini sedang duduk menatap hidangan makan malamnya yang tiba-tiba terasa hambar. Ia tidak mengerti dengan pembicaraan malam ini yang menurutnya tidak masuk akal.Bagaimana mungkin ayah dan ibunya semudah itu membicarakan hal yang menurutnya sangat penting dalam menjalani sebuah hubungan. Ia hampir saja tersedak karenanya.Ia menjadi limbung, tangannya tak mampu lagi menopang sendok hingga lentingan suaranya yang terjatuh menimpa piring terdengar kasar."Apa! Menikah? Apa maksud Ayah dengan hadiah sebuah pertemuan dan pernikahan?" tanya Yori merasa butuh penjelasan.Ia sangat terkejut dengan apa yang baru saja disampaikan ayahnya. Kedua bola matanya membulat sempurna, menatap kedua orang tuanya yang terl
******()******Aku lupa, kenapa dulu kamu begitu menarik perhatianku, aku rasa bukan cinta, tapi … sebuah simpati mungkin. (Yori Kristian Hirata)***Sayup-sayup suara ayam tetangga sudah terdengar. Alarm alami yang didengarkan setiap pagi oleh Yori sejak kecil, tentu saja koleksi ayam milik tetangganya. Ia pun menggeliat pelan, mengembus napas mengumpulkan seluruh nyawanya. Lelah sekali tubuhnya, rasanya malas untuk bangun, tetapi rugi juga kalau menghabiskan waktu hanya untuk rebahan."Kemarin mimpi bukan sih?" gumamnya pelan.Ia mengingat kembali, semalam kedua orang tuanya memberitahukan masalah hadiah ulang tahunnya. Setelah memastikan itu bukan mimpi, pria itu dengan kesal mengentak kaki kemudian bangun dan duduk di pinggiran ranjang.
******()******'Entah mengapa sampai saat ini pun, aku masih penasaran sama kamu.'(Yori Kristian Hirata)***"Apa dia kuper, ya?" ucap Alan bernada sewot.Yori dan Andi segera menoleh ke arah si gaul berambut kuning keemasan itu dengan senyuman samar. Yori mengakui, melacak nama Hana seperti mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Bagaimana tidak? Semua akun atas nama Hana ribuan jumlahnya. Bahkan sesekali mata nakalnya mengintip gambar wanita sexy yang diupload pemilik akun yang tidak diprivat."Gila! Nggak bisa gini caranya," lontar Andi meletakkan ponselnya di meja.Ia merasa lelah sekaligus penasaran dengan sosok Hana yang jujur saja tidak pernah sekelas dengannya. Jadi, ia tidak ada bayangan sedikit pun mengenai wajah gadis dengan nama Hana yang berarti 'Bunga' dalam Jepang itu. Apalagi
'Aku tidak pernah merasakan nervous seperti ini sebelumnya. Ah, aku harus banyak belajar untuk bersabar.'(Yori Kristian Hirata)***Yori duduk termangu di kursi kemudi mobil, memandang orang-orang yang berlalu-lalang di parkiran hendak meninggalkan area perkebunan. Terdengar embusan napasnya yang seolah menyiratkan sebuah rasa lelah dalam menunggu.Sudah lebih dari satu jam ia mengirimkan sebuah pesan. Itu pun lebih dari sepuluh kali pula setelah ia meyakinkan diri untuk melakukannya, tetapi entah mengapa si pemilik akun bernama 'Bunga Matahari' belum juga membalas pesannya. Ia menjadi kesal sendiri karena merasa sudah diabaikan."Cabut, ah!" putusnya kemudian.Yori segera memasukkan p
Bab 7 Kamu Bukan Hanaku'Kalau itu kamu, apakah tidak ada ingatan sedikit pun tentang aku?'(Yori Kristian Hirata)***Pria itu mematung menatap kedua wanita yang berada di hadapannya. Nama Hana yang terlontar seolah membuat dunianya seakan berhenti, ingin sekali ia menanyakan lebih jauh mengenai wanita jutek itu, tetapi urung. Ia merasa tidak siap melakukannya."Kenapa kamu terlihat terkejut begitu?" tanya Lusi si rambut pirang mengernyitkan dahinya, wanita itu merasa bingung kenapa pria berwajah tampan itu malah diam mematung."Ah, tidak. Ya sudah, lanjutkan perjalanan kalian. Aku permisi," sahut Yori kemudian sambil memutar kembali badannya dan membuka pintu mobil."Baiklah, terima kasih. Tapi …," ucap Lusi tertahan.Yori segera masuk ke dalam mobilnya seraya memandang Lusi dengan w
Bab 8 Berharap Kamu adalah Dia'Perasaan aneh ini menjalariku, rasanya seperti sepuluh tahun lalu hadir kembali, harusnya kamu Hanaku.'(Yori Kristian Hirata)***Yori meninggalkan restoran cepat saji dengan perasaan tidak menentu. Ada satu sisi menginginkan Hana yang jutek itu sebagai Hana yang ia kenal saat masih sekolah.Apa ada kemiripan?Yori lagi-lagi menggeleng pelan, ia tidak ingat. Melupakan wajah Hana saat masih abegeh, yang tentunya kini usia gadis itu sama dengannya yaitu dua puluh empat tahun. Dulunya teman sekolah yang diam-diam membuatnya selalu tertarik pada kesehariannya itu adalah sosok gadis yang gendut dan acak marut, tetapi Hana yang dia temui di restoran punya badan ramping, cekatan dalam bekerja dan memiliki struktur wajah yang sangat enak dipandang mata. Yori betah kalau harus memandangnya seumur hidup. Sambil mengembus n